5. Perilaku hiperaktif pada anak
Pengawet makanan tertentu, terutama pewarna dan pengawet sintetis tertentu, telah dikaitkan dengan kecenderungan perilaku hiperaktif pada anak-anak. Contohnya, pewarna makanan seperti tartrazin, yang sering digunakan dalam makanan dan minuman, telah dikaitkan dengan peningkatan gejala hiperaktif pada anak-anak yang sensitif terhadap zat tersebut.
Selain itu, beberapa pengawet makanan tertentu, seperti benzoat, sulfat, dan nitrat, juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perilaku hiperaktif pada anak-anak.
BACA JUGA :
Awas tersedak, 11 tulisan lucu di kemasan minuman ini bikin haus hilang
Meskipun hubungan antara pengawet makanan dan perilaku hiperaktif belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat-zat kimia dalam pengawet makanan dapat mempengaruhi neurotransmitter dalam otak, seperti dopamin dan serotonin, yang berperan dalam pengaturan mood dan perilaku. Selain itu, pengawet makanan juga dapat menyebabkan reaksi alergi atau intoleransi pada anak-anak, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi anak-anak dan memilih makanan yang sehat dan alami untuk mengurangi risiko efek negatif dari pengawet makanan.
foto: unsplash.com
BACA JUGA :
Trik simpel membuka kemasan susu karton ini bikin nggak mudah tumpah saat dituang
6. Memicu terkena penyakit kanker
Beberapa pengawet makanan mengandung senyawa nitrat dan nitrit, yang dapat berubah menjadi senyawa nitrosamin ketika terpapar panas tinggi, seperti pada proses memasak atau pencernaan dalam tubuh.
Nitrosamin diketahui sebagai senyawa karsinogenik yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker, terutama kanker lambung, usus besar, dan kanker lainnya. Selain itu, pengawet makanan juga dapat mengandung senyawa lain seperti asam benzoat dan butilhidroksianisol (BHA), yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker pada beberapa studi.
Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet dengan bijaksana dan memilih makanan segar dan alami sebanyak mungkin untuk mengurangi paparan terhadap bahan tambahan berpotensi berbahaya tersebut.
foto: Freepik.com
7. Kelemahan jaringan hingga sebabkan gangguan jantung
Senyawa nitrat dan nitrit dapat merusak sel endotel pembuluh darah, yang dapat mengganggu fungsi normal pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak lemak menumpuk di dinding arteri, yang dapat menyebabkan penyempitan arteri dan membatasi aliran darah ke jantung.
Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelemahan jaringan jantung dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner serta gagal jantung. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pengawet berpotensi berbahaya tersebut untuk menjaga kesehatan jantung.
Magang: Robiul Adil Robani