1. Home
  2. »
  3. Kesehatan
29 Juli 2024 04:00

7 Bahaya penyakit kebiasaan bertukar pakaian, bisa tularkan infeksi jamur menular

Ketika pakaian tersebut dipakai oleh orang lain, jamur ini memiliki kesempatan untuk menginfeksi kulit barunya. Sri Jumiyarti Risno

Brilio.net - Kebiasaan bertukar pakaian dengan orang lain ternyata menyimpan bahaya yang tidak disadari banyak orang. Melansir dari Antara News, pakar kesehatan kulit dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), memperingatkan bahwa sering bertukar pakaian ini bisa menyebabkan penularan infeksi jamur seperti kurap.

Bertukar pakaian, terutama yang telah dipakai, meningkatkan risiko terpapar berbagai mikroorganisme penyebab penyakit kulit. Lebih jauh dijelaskan, bahwa jamur penyebab kurap dapat bertahan hidup di serat pakaian selama beberapa waktu. Ketika pakaian tersebut dipakai oleh orang lain, jamur ini memiliki kesempatan untuk menginfeksi kulit barunya.

BACA JUGA :
Dapat terjangkit penyakit serius, ini 7 dampak buruk coba tester makeup di drugstore kosmetik


Meskipun terdengar sepele, dampak dari kebiasaan ini bisa cukup serius. Infeksi jamur seperti kurap tidak hanya menyebabkan gatal maupun rasa nggak nyaman, tetapi juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran masyarakat akan risiko kesehatan dari kebiasaan bertukar pakaian ini.

Penting diketahui, selain sebabkan kurap ternyata sering bertukar pakaian juga sebabkan beberapa penyakit kulit lainnya. Apa saja bahaya penyakit yang mengancam bila sering bertukar pakaian? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini! Senin (30/7).

Bahaya penyakit jika kebiasaan bertukar pakaian dengan orang lain.

BACA JUGA :
Wanita ini terkena herpes usai coba produk tester make up, kenali herpes, penyebab, & cara mengatasi

foto: freepik.com

1. Tinea corporis (Kurap badan)

Tinea corporis, atau yang lebih dikenal sebagai kurap badan, merupakan infeksi jamur yang menyerang kulit tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita, terutama dari genus Trichophyton dan Microsporum.

Gejala utama tinea corporis adalah bercak merah berbentuk lingkaran dengan tepi yang lebih menonjol dan bagian tengah yang lebih pucat. Bercak ini biasanya gatal dan dapat menyebar jika tidak diobati.

Penelitian yang dilakukan oleh Havlickova et al. (2008) dalam jurnal Mycoses menunjukkan bahwa jamur dermatofita dapat bertahan hidup pada serat pakaian hingga 1-2 minggu, tergantung pada kondisi kelembaban dan suhu.

Oleh sebab itu, bertukar pakaian terutama yang lembap atau berkeringat, sangat meningkatkan risiko penularan tinea corporis karena jamur penyebabnya dapat bertahan di serat pakaian.

2. Tinea cruris (Kurap selangkangan)

Bahaya selanjutnya ialah tinea cruris. Atau yang lebih dikenal kurap selangkangan ini menjadi infeksi jamur yang menyerang area selangkangan, paha bagian dalam, dan terkadang di pantat.

Infeksi jamur menular ini juga disebabkan oleh jamur dermatofita. Gejalanya mirip dengan tinea corporis, tetapi lokasinya spesifik di area lipatan kulit yang lembab. Bertukar pakaian dalam atau sering memakai celana yang ketat dapat meningkatkan risiko penularan tinea cruris, terutama jika pakaian tersebut lembab atau tidak bersih.

Lebih jauh dijelaskan dalam Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Dermatology (2014) oleh Gupta et al. menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan tinea cruris dapat mencapai 20-25% dalam 12 bulan setelah pengobatan, terutama pada orang yang enggan menjaga kebersihan tubuh sekaligus pakaiannya.

3. Kandidiasis kutaneus

Kandidiasis kutaneus merupakan infeksi jamur pada kulit yang disebabkan oleh spesies Candida, terutama Candida albicans. Infeksi ini sering terjadi di area lipatan kulit yang lembab seperti ketiak, lipatan payudara, dan selangkangan.

Gejalanya berupa ruam merah, gatal, dan kadang disertai lepuhan kecil. Salah satu bahaya sering bertukar pakaian, khususnya yang menyerap keringat seperti pakaian olahraga, bisa meningkatkan risiko penularan kandidiasis kutaneus. Jadi, nggak boleh disepelekan ya.

foto: freepik.com

4. Pityriasis versicolor (Panu)

Bahaya penyakit akibat sering bertukar pakaian selanjutnya adalah panu. Atau dalam bahasa medisnya dikenal dengan pityriasis versicolor.

Pityriasis versicolor merupakan jamur yang disebabkan oleh Malassezia furfur. Penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak yang berwarna lebih terang atau lebih gelap dari warna kulit normal, biasanya di dada, punggung, dan lengan.

Walau terkesan biasa saja, tapi panu sangat mengganggu penampilan seseorang. Bahkan menimbulkan stigma yang kurang enak bagi si penderitanya. Bercak panu ini bisa gatal terutama saat berkeringat.

Ketika kamu sering bertukar pakaian dengan si penderita atau memakai pakaian orang lain, terutama di lingkungan yang panas maupun lembab, kemungkinan besar bisa meningkatkan risiko penularan pityriasis versicolor tersebut.

5. Scabies (Kudis)

Bahaya selanjutnya adalah ancaman penyakit kulit kudis. Meskipun bukan disebabkan oleh jamur, scabies juga dapat ditularkan melalui bertukar pakaian.

Penyakit ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang menggali terowongan di bawah kulit. Gejalanya berupa gatal yang intens, terutama di malam hari, serta ada ruam kecil yang menyerupai jerawat atau lepuhan.

Saat kamu bertukar pakaian dengan orang lain, tanpa disadari ternyata dia menderita scabies besar kemungkinan kamu juga terjangkit penyakit ini. Apalagi pakaiannya dipakai dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan penularan.

6. Pediculosis corporis (Kutu badan)

Pediculosis corporis atau infestasi kutu badan juga dapat ditularkan melalui bertukar pakaian. Kutu ini hidup dan bertelur di pakaian, terutama di bagian yang bersentuhan langsung dengan kulit.

Gejalanya berupa gatal yang intens serta bintik-bintik merah di kulit akibat gigitan kutu. Bertukar pakaian dengan orang yang terinfestasi kutu badan sangat berisiko menyebabkan penularan.

7. Dermatitis kontak

Terakhir ada risiko penularan dermatitis kontak. Jenis penyakit ini bisa terjadi akibat bertukar pakaian. Kondisi ini terjadi ketika kulit bereaksi terhadap bahan kimia atau zat iritan yang mungkin ada di pakaian orang lain, seperti deterjen, pelembut pakaian, atau parfum. Gejalanya berupa ruam merah, gatal, dan kadang disertai pembengkakan atau lepuhan.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags