1. Home
  2. »
  3. Kesehatan
31 Maret 2020 12:21

8 Cara mengatasi kepanikan pada anak yang takut corona

Anak juga bisa merasakan tekanan dan stres dengan adanya wabah virus corona covid-19. Rizka Mifta
foto: pixabay.com dan freepik.com

Brilio.net - Wabah virus corona covid-19 membuat meningkatkan kewaspadaan pada diri kita. Namun bukan berarti lantas kamu harus takut dengan virus ini. Justru kamu harus memahaminya dan mengambil langkah tepat untuk meminimalisir penyebaran virus ini. Sebagai virus baru, nggak bisa dipungkiri rasa takut atau resah akan muncul pada dirimu. Tapi perlu kamu tahu, nggak cuma kamu yang merasakan kok.

Wajar ketika kamu merasakan hal ini sebagai pengalaman baru, bahkan orang tua hingga anak-anak sekalipun juga bisa merasakan tekanan akibat adanya virus ini. Apalagi saat ini kita dianjurkan untuk selalu berada di rumah agar memutus rantai penularan virus corona covid-19. Maka daripada kamu merasa takut, sebaiknya kamu kelola perasaan itu agar lebih tenang dalam menghadapi virus ini.

BACA JUGA :
Temulawak tingkatkan imun tubuh, ini kata pakar kesehatan


Begitu pula untuk para orangtua, jangan sampai terlalu fokus mempersiapkan bahan pangan untuk social distancing, membuatmu lupa memberikan perhatian pada anak. Perlu diingat, meskipun masih kecil anak-anak juga bisa merasakan tekanan dan stres dengan adanya wabah virus corona covid-19. Ketidaktahuan mereka mengenai virus corona covid-19 juga bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Maka orangtua perlu mengatasi dengan tepat ketika anak mengalami stres atau tekanan ketika wabah virus corona covid-19. Karena dalam kondisi ini seorang anak bisa memberikan tanda stres dengan nafsu makan menurun hingga rewel berkepanjangan. Nah atasi yuk permasalahan kepanikan anak dalam situasi ini. Simak ulasan brilio.net pada Selasa (31/3) dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Dalam masa tumbuh kembang anak, seringkali mereka merasakan tekanan dalam berbagai keadaan. Setiap anak akan menunjukkan tanda yang berbeda-beda pada setiap fase umurnya. Peran orangtua sangat penting dalam keadaan ini, karena orangtua menjadi pihak yang paling dekat dan memahami keadaan anak.

BACA JUGA :
Tangani Corona, pesan 5 tenaga medis tentang keluarga ini menyentuh

Dengan memberikan perhatian kepada anak, akan menjadi satu bentuk dukungan yang memberikan dampak besar pada kesehatan mental anak. Nah sebelum mengetahui cara mengatasinya, sebaiknya orangtua memahami terlebih dahulu apa saja faktor yang bisa membuat anak panik dalam keadaan darurat.

Faktor penyebab anak merasa panik dalam keadaan darurat.

foto: freepik.com

1. Keterlibatan langsung dengan keadaan darurat.
2. Kejadian traumatis atau stres yang pernah dialami sebelumnya.
3. Kehilangan anggota keluarga, teman terdekat, atau hewan peliharaan.
4. Berpisah dengan pengasuh.
5. Cidera fisik.
6. Pengaruh respon orangtua atau pengasuh.
7. Komunikasi dan hubungan dengan keluarga.
8. Terpapar informasi secara berulang mengenai kejadian traumatis.
9. Pengaruh perubahan rutinitas.
10. Perbedaan budaya.

Cara mengatasi kepanikan pada anak.

foto: freepik.com

Orangtua menjadi seorang panutan untuk anak-anaknya. Bagaimana cara berpikir dan cara bertindak orangtua menjadi acuan anak-anak dalam menanggapi sebuah keadaan. Ketika orangtua panik dalam mengatasi situasi wabah Corona, tentu anak juga akan semakin panik.

Maka setelah memahami faktor penyebab kepanikan anak, orangtua sebaiknya melakukan beberapa contoh untuk mengelola stres pada anak. Mulai dari mangonsumsi gizi seimbang, berolahraga bersama, sampai mengajak anak untuk bersama-sama mengelola stres. Selain itu orangtua juga bisa melakukan cara lain dalam mengatasi kepanikan pada anak baik pada sebelum, selama, dan sesudah masa darurat seperti saat ini.

1. Sebelum wabah.

a. Komunikasikan dengan anak mengenai wabah ini, sehingga mereka memahami bahwa orangtua sedang menjaga mereka agar tetap aman.
b. Buatlah sebuah perencanaan keselamatan dalam keadaan darurat. Memiliki perencanaan dalam mengatasi keadaan genting bersama anak, akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mengahadapi situasi darurat. Sehingga mereka bisa memahami apa langkah yang seharusnya mereka lakukan dalam situasi tertekan.

foto: freepik.com

2. Selama wabah.

a. Tetap tenang dan yakinkan pada anak-anak agar mereka ikut tenang.
b. Bicarakan dengan anak mengenai situasi yang terjadi dengan bahasa yang mereka pahami. Kamu bisa menggunakan ilustrasi berupa gambar agar anak tertarik untuk menyimak.
c. Sampaikan informasi secara sederhana, sesuai dengan kelompok usia mereka.

3. Sesudah wabah.

a. Berikan kesempatan pada anak untuk menceritakan apa yang mereka alami, rasakan, atau pikirkan. Pancing anak untuk membagikan perasaannya sehingga timbul keterbukaan dari anak pada orangtua. Cara ini juga bisa membentuk hubungan kepercayaan antara anak dan orangtua.

b. Orangtua bisa membantu anak dalam mengelola perasaan untuk mengambil tindakan dalam situasi pasca wabah. Misalnya, orangtua bisa mengajak anak untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan akibat wabah.

c. Bukan hal yang mudah untuk memprediksi bagaimana respon anak setelah melalui masa traumatis. Hal ini karena dalam satu hari anak-anak akan diawasi oleh orang yang berbeda, mulai dari guru di sekolah, pengasuh di rumah, sampai orangtua. Maka orangtua perlu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak tersebut untuk memantau bagaimana sikap dan respon yang diberikan anak pasca wabah. Sehingga akan lebih mudah untuk mengambil tindakan ketika anak mengalami perubahan setelah melewati masa traumatis.


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags