1. Home
  2. »
  3. Kesehatan
3 Juli 2024 07:00

Apa itu batuk rejan (pertusis)? Kenali gejalanya dan risiko komplikasinya

Epidemi batuk rejan kini tengah jadi perhatian. Sri Jumiyarti Risno

Brilio.net - Epidemi batuk rejan telah mewabah ke berbagai daerah, termasuk di Australia. Pada enam bulan terakhir terjadi lonjakan kasus batuk rejan melewati 11.000 kasus dibandingkan dengan tahun lalu hanya sekitar 2.447.

Penyakit ini sangat menular khususnya bagi bayi di bawah usia enam bulan. Terlebih bayi yang belum bisa diimunisasi cukup rentan terkena penyakit ini. Sementara pada orang dewasa batuk rejan juga rentan namun tidak separah yang menyerang bayi.

BACA JUGA :
Mengenal West Nile, virus mematikan yang menyerang Israel


Apabila dibiarkan begitu saja, batuk rejan bisa menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian pada anak di bawah usia 2 tahun. Lantas apa itu batuk rejan ini? Yuk simak ulasan di bawah ini, seperti dilansir brilio.net pada Rabu (3/7).

Apa itu batuk rejan (pertusis)?

foto: freepik.com

BACA JUGA :
Kenali bahaya sering rebahan, ini 7 dampak buruknya bagi kesehatan: memicu kanker

Batuk rejan atau pertusis atau nama lainnya whooping cough merupakan kondisi medis yang menyerang saluran pernapasan dan paru-paru seseorang. Umumnya ditandai dengan rentetan batuk keras dan batuk biasanya yang terjadi terus-menerus.

Tanda berikutnya yakni adanya suara tarikan napas panjang melengking yang terdengar seperti suara 'whoop'. Tak jarang, apabila alami penyakit ini bisa menyebabkan penderitanya sulit bernapas.

Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan dan paru-paru ini kerap disamakan dengan penyakit tuberkulosis atau TB. Sebab, keduanya sama-sama menimbulkan gejala batuk secara terus-terusan. Namun, keduanya punya perbedaan terutama terdapat di bakteri penyebabnya.

Jika alami TB, biasanya memiliki kecenderungan yang lebih parah, seperti batuk lebih dari dua minggu, berat badan menurun, keringat berlebihan di malam hari, sampai batuk berdarah.

Penyebab batuk rejan (pertusis).

foto: freepik.com

Penyebab utama batuk rejan (pertusis) yaitu infeksi bakteri Bordetella pertussis di saluran pernapasan. Bakteri inilah yang menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) penderita batuk rejan atau bahkan ketika menyentuh barang milik si penderita yang terpapar bakteri ini.

Setiap orang berisiko terdampak penyakit batuk rejan. Namun lebih berisiko terjadi pada beberapa kategori, diantaranya:

- Bayi dibawa 1 tahun.

- Orang tua di atas 65 tahun.

- Menetap atau berkunjung di daerah yang terkena wabah pertusis.

- Orang hamil.

- Kontak langsung dengan penderita batuk rejan (pertusis)

- Penderita obesitas.

- Orang yang punya riwayat asma.

Kenali gejala batuk rejan (pertusis).

foto: freepik.com

Jika anggota keluarga alami batuk secara terus-menerus maka perlu diwaspadai. Terutama orang yang berisiko alami batuk rejan. Ketika terinfeksi batuk rejan, bakteri Bordetella pertussis ini akan masuk ke tubuh lalu melepaskan racun, sehingga menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan.

Saat itu terjadi, tubuh penderita memberikan respon dengan meningkatkan produksi lendir agar menangkap bakteri. Selanjutnya dikeluarkan melalui batuk yang terjadi secara terus-menerus.

Ketika batuk yang terjadi terus-terusan membuat penderita secara refleks menarik napas panjang dan cepat. Akibatnya menimbulkan bunyi lengkingan atau whooping. Ciri inilah yang menjadi gejala khas batuk rejan.

Jika terinfeksi, batuk rejan muncul sekitar 5-10 hari setelah terpapar bakteri penyebab batuk rejan. Adapun gejala batuk rejan, diantara:

1. Tahap awal.

Fase awal atau fase catarrhal ini menimbulkan gejala selama 1-2 minggu dan umumnya berupa batuk pilek biasa.

Penderita akan mengalami keluhan batuk ringan seperti bersin-bersin, pilek, atau hidung tersumbat. Selain itu, gejala lainnya bisa berupa mata merah, berair dan demam.

Walau masih di fase awal, penderita batuk rejan berpotensi menularkan ke orang lain. Jadi perlu hati-hati agar tidak terpapar.

2. Tahap lanjut.

Selanjutnya berkembang menjadi fase paroksismal atau tahap lanjutan ini berlangsung selama 1-6 minggu. Di tahap ini biasanya semakin memperburuk kesehatan si penderita bahkan menimbulkan berbagai keluhan, seperti:

- Batu keras dengan bunyi whoop. Apalagi ketika menarik napas panjang diantara batuk.

- Paras memerah atau kebiruan saat batuk

- Muntah setelah batuk

- Sering merasa lelah setelah batuk

- Kesulitan bernapas atau mengambil napas

Di kondisi parah, batuk yang terjadi bisa berlangsung selama 1 menit, terutama di malam hari.

3. Tahap pemulihan.

Setelah melewati dua tahap tersebut, penderita akan mengalami prses pemulihan atau fase convalescent. Proses pemulihan biasanya berlangsung selama 2-3 minggu. Fase ini tidak berlangsung secara serentak tetapi tingkat keparahannya dan frekuensinya jadi berkurang. Akan tetapi, batuk bisa kambuh selama beberapa bulan jika mengalami infeksi saluran pernapasan.

Apabila menyerang bayi atau anak-anak, penderita batuk rejan tidak menimbulkan gejala tertentu. Adapun keluhannya seperti:

- Napas terhenti sementara (apnea)

- Kulit bayi membiru karena kekurangan oksigen

Komplikasi batuk rejan.

foto: freepik.com

Jika tidak segera ditangani, penyakit batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi, terutama pada bayi atau anak-anak. Adapun beberapa komplikasi batuk rejan (pertusis), meliputi:

- Memar atau tulang rusuk retak akibat batuk keras secara intens.

- Pneumonia

- Mimisan atau pendarahan otak.

- Kejang.

- Hernia abdominalis.

- Kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan kerusakan otak.

- Mengalami saluran pernapasan dan paru-paru di kemudian hari.

- Infeksi telinga, misalnya otitis media.

Cara mencegah batuk rejan.

foto: freepik.com

Untuk mencegah pertusis biasanya dilakukan vaksinasi pertusis. Umumnya vaksinasi ini bisa diberikan bersamaan dengan vaksin difteri maupun tetanus (vaksin DPT) yang diberikan pada anak ketika berusia 2,3, dan 4 bulan.

Supaya pencegahan maksimal, disarankan agar dilakukan imunisasi booster sebanyak 4 kali, yakni di usia 18 bulan, 5 tahun, 10-12 tahun, dan ketika anak berusia 18 tahun.

Sementara pada ibu hamil disarankan untuk lakukan booster ketika kehamilan sudah menginjak usia 27-36 minggu. Tujuannya supaya melindungi si bayi dari batuk rejan di minggu pertama usai kelahiran.

Terlepas dari anjuran vaksinasi, pencegahan batuk rejan bisa dilakukan dengan cara:

1. Tingkatkan sistem kekebalan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat. Rutin olahraga dan pola makan yang baik.

2. Rutin cuci tangan usai dari luar rumah.

3. Kenakan masker ketika berada di luar rumah atau di tempat yang berpotensi memiliki infeksi ini.

4. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags