1. Home
  2. ยป
  3. Kesehatan
3 Oktober 2024 06:10

Apa itu penyakit Japanese Encephalitis, kenali gejala, penyebab, dan cara mengatasinya

Japanese Encephalitis disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Dwiyana Pangesthi
foto: freepik.com/jcomp

Brilio.net - Penyakit Japanese Encephalitis (JE) terdengar asing di telinga masyarakat umum. Meski demikian, penyakit ini termasuk dalam kategori yang cukup serius dan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang berat. Sebagian besar kasus terjadi di Asia, terutama di daerah pedesaan yang memiliki banyak tempat penampungan air, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penularan.

Japanese Encephalitis disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, khususnya nyamuk dari genus Culex. Meskipun banyak orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, namun beberapa individu dapat mengalami gejala yang cukup parah. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih lanjut tentang penyakit ini, termasuk gejalanya, penyebabnya, dan cara mengatasinya agar kamu dapat lebih waspada dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.

BACA JUGA :
Murah dan efektif, ini 6 cara sederhana dapatkan asupan vitamin D agar terhindar dari penyakit serius


Masyarakat perlu mengetahui bahwa vaksinasi menjadi salah satu cara yang efektif untuk melindungi diri dari Japanese Encephalitis. Vaksin ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tinggal atau berkunjung ke daerah endemis.

Berikut ulasan brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (3/10) mengenai gejala, penyebab, dan cara mengatasi penyakit ini.

Apa Itu Japanese Encephalitis?

BACA JUGA :
Awas dikira saraf kejepit, kenali gejala limfoma hodgkin, penyebab, dan cara mencegahnya

foto: freepik.com

Japanese Encephalitis adalah infeksi virus yang menginflamasi otak dan dapat menimbulkan komplikasi serius, bahkan kematian. Penyakit ini terutama terjadi di Asia dan wilayah Pasifik Barat. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 68.000 kasus JE dilaporkan setiap tahun, dengan angka kematian berkisar antara 10% hingga 30 persen pada kasus yang parah.

Virus JE ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex yang terinfeksi, dan sering kali dapat ditemukan di daerah yang memiliki kolam atau sawah, tempat mereka berkembang biak. Penyakit ini lebih umum di daerah pedesaan, terutama selama musim hujan. Nyamuk ini biasanya aktif pada malam hari, sehingga penting untuk menghindari gigitan nyamuk di waktu-waktu tersebut.

Meskipun tidak semua orang yang terinfeksi virus JE akan mengalami gejala, mereka yang menunjukkan gejala bisa mengalami penyakit yang cukup berat. Oleh karena itu, kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit ini sangat penting untuk mencegah penyebarannya.

Gejala Japanese Encephalitis.

foto: freepik.com

Gejala Japanese Encephalitis bisa sangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Pada sebagian besar kasus, infeksi ini tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun, pada sekitar 1 dari 250 infeksi, individu dapat mengalami gejala yang lebih serius seperti demam tinggi, sakit kepala, dan perubahan perilaku.

Pada tahap awal, gejala yang umum terjadi meliputi demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Seiring perkembangan penyakit, gejala dapat semakin parah dengan munculnya kekakuan pada leher, kebingungan, dan bahkan kejang. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa berlanjut menjadi koma atau bahkan kematian.

Penting untuk segera mencari perawatan medis jika mengalami gejala-gejala tersebut setelah terpapar nyamuk di daerah endemis. Penanganan dini dapat sangat membantu dalam mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.

Penyebab Japanese Encephalitis.

foto: freepik.com

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyebab utama Japanese Encephalitis adalah virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di tempat yang memiliki genangan air, seperti sawah, kolam, dan lokasi lainnya yang lembap. Setelah terinfeksi, nyamuk dapat menularkan virus kepada manusia saat menggigit.

Bagi sebagian besar orang, virus ini tidak menimbulkan gejala, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi serius. Faktor-faktor tersebut termasuk perjalanan ke daerah endemis, kontak dengan hewan ternak, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Mereka yang tinggal di area pedesaan dan dekat dengan habitat nyamuk juga berisiko lebih tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hampir 75 persen dari kasus Japanese Encephalitis dilaporkan terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap infeksi virus ini dibandingkan dengan orang dewasa.

Cara mengatasi Japanese Encephalitis.

foto: freepik.com/jcomp

Meskipun tidak ada pengobatan khusus untuk Japanese Encephalitis, penanganan yang cepat dapat membantu mengurangi keparahan gejala. Perawatan medis biasanya melibatkan perawatan suportif seperti memberikan cairan, obat penghilang rasa sakit, dan perawatan untuk mengatasi kejang. Dalam kasus yang parah, pasien mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.

Penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dari dokter jika mengalami gejala yang mencurigakan. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes darah untuk mendeteksi keberadaan virus. Semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik prognosis pasien.

Selain pengobatan, pencegahan adalah langkah yang paling efektif dalam mengatasi Japanese Encephalitis. Vaksinasi menjadi metode pencegahan utama yang sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang tinggal atau melakukan perjalanan ke daerah endemis. Vaksin ini biasanya diberikan dalam dua dosis dan efektif dalam memberikan perlindungan terhadap virus.

Pencegahan dan perlindungan.

Pencegahan Japanese Encephalitis tidak hanya bergantung pada vaksinasi, tetapi juga meliputi langkah-langkah perlindungan diri. Beberapa cara untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk termasuk menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, menggunakan obat nyamuk, dan menghindari area yang dikenal sebagai habitat nyamuk pada waktu-waktu aktifnya.

Menerapkan pengendalian lingkungan juga penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan dan menghilangkan genangan air dapat mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk. Selain itu, menghindari kegiatan di luar ruangan saat malam hari dapat membantu mengurangi risiko terkena gigitan nyamuk.

Dengan memahami penyakit Japanese Encephalitis secara menyeluruh, kamu dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar kamu. Kesadaran akan gejala, penyebab, dan cara penanganan penyakit ini sangat penting untuk mencegah kasus yang lebih parah dan melindungi kesehatan masyarakat.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags