Brilio.net - Kanker usus seringkali dikaitkan dengan usia. Semakin tua usia seseorang maka kemungkinan besar terkena kanker usus besar semakin tinggi. Namun sayangnya, seiring perkembangan zaman penyakit mematikan ini juga mengintai generasi muda.
Melansir dari laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menurut Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Dr. Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP dijelaskan bahwa kanker usus besar saat ini malah cenderung ditemukan pada anak muda.
BACA JUGA :
Masak pakai teflon tergores bisa sebabkan kanker, ini trik pilih penggorengan aman tak mudah gores
Lebih jauh jelaskan, pada riset-riset ditemukan bahwa kanker usus besar muncul tidak hanya karena faktor genetik semata. Namun bisa terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Lantas apa saja kebiasaan yang memicu kanker usus? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini!
Kebiasaan yang memicu kanker usus.
BACA JUGA :
Kenali bahaya sabun cuci piring untuk kesehatan, bisa sebabkan kanker
1. Konsumsi daging merah maupun daging olahan berlebihan
Konsumsi daging merah dan daging olahan dalam jumlah berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2015, daging olahan diklasifikasikan sebagai karsinogen Grup 1, yang berarti ada bukti kuat bahwa konsumsinya dapat menyebabkan kanker. Daging merah diklasifikasikan sebagai karsinogen Grup 2A, yang berarti kemungkinan besar bersifat karsinogenik.
Terdapat beberapa alasan kenapa, kedua jenis makanan ini tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan, yakni:
- Senyawa N-nitroso yang terbentuk selama proses pengolahan daging
- Zat besi heme yang dapat merusak sel-sel usus
- Pembentukan senyawa karsinogenik selama proses memasak daging pada suhu tinggi
Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam Journal of Internal Medicine pada 2020 menemukan bahwa setiap mengonsumsi 50 gram daging olahan per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus sebesar 18%.
2. Kurang konsumsi serat
Kebiasaan enggan makan buah dan sayur cenderung membuat kamu kekurangan serat. Ketika kurang serat sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko kanker usus. Pasalnya serat memainkan peran penting dalam kesehatan usus seperti:
- Mempercepat pergerakan makanan melalui usus, sehingga mengurangi waktu paparan zat berbahaya
- Mengikat zat karsinogen sekaligus membantu mengeluarkannya dari tubuh
- Memfermentasi menjadi asam lemak rantai pendek yang memiliki sifat anti-inflamasi
Melansir penelitian dari The Lancet pada 2019 menganalisis data dari 25 penelitian dan menemukan bahwa setiap peningkatan 10 gram serat per hari dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus sebesar 7%.
3. Konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol telah terbukti meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus. Bagaimana tidak, alkohol memiliki kandungan yang meningkatkan risiko kerusakan DNA langsung oleh asetaldehida, metabolit alkohol. Selain itu, alkohol juga menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi penting sehingga meningkatkan peradangan di usus
Mengutip penelitian dari penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Oncology pada 2018, konsumsi lebih dari 4 minuman beralkohol per hari meningkatkan risiko kanker usus sebesar 52% dibandingkan dengan non-peminum.
4. Merokok
Selanjutnya ada kebiasaan merokok, meskipun paling sering dikaitkan dengan kanker paru-paru, merokok juga meningkatkan risiko kanker usus. Zat karsinogen dalam asap rokok dapat masuk ke sistem pencernaan melalui tertelannya asap yang terhirup sekaligus masuk ke aliran darah
Menelisik penelitian dari International Journal of Cancer pada 2020 ditemukan perokok memiliki risiko 20% lebih tinggi terkena kanker usus dibandingkan dengan orang non-perokok.
5. Gaya hidup sedentari
Selanjutnya kebiasaan hidup sedentari, yakni hidup dengan kurangnya aktivitas fisik atau mageran. Malas melakukan aktivitas fisik meningkatkan risiko kanker usus. Pasalnya ketika kurang gerak membuat berat badan bertambah, terjadinya peradangan, menurunkan fungsi kekebalan tubuh, sekaligus perlambat pergekana makan melalui usus.
Ketika seseorang punya gaya hidup sedentari berpotensi besar terkena kanker usus. Sebab, tumpukan lemak atau asupan makanan tadi memicu timbulnya berbagai penyakit, termasuk kanker usus.
6. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko kanker usus. Bagaimana tidak, obesitas meningkatkan risiko peradangan kronis, resistensi insulin, hingga perubahan hormon metabolisme tubuh. Jika hal ini berlangsung terus-menerus tanpa perubahan hidup, kemungkinan besar berpotensi terkena kanker usus besar.
7. Konsumsi makanan cepat saji
Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji memang terkesan sepele. Tapi, jika dikonsumsi secara berlebihan ternyata bisa memicu berbagai penyakit, misalnya obesitas, perubahan mikrobioma usus, serta meningkatkan peradangan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam BMJ pada 2018 menjelaskan bahwa peningkatan 10% dalam proporsi makanan ultra proses di kehidupan sehari-hari lebih dari 10% meningkatkan risiko kanker secara umum, termasuk kanker usus.
8. Kurang Tidur
Gangguan ritme sirkadian, termasuk kurang tidur, dapat memengaruhi kesehatan usus bahkan hingga meningkatkan risiko kanker. Ketika kurang tidur tubuh tidak bisa memproduksi metahonin. Melatonin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak, terutama pada malam hari. Hormon ini tidak hanya mengatur siklus tidur-bangun, tetapi juga memiliki sifat anti-kanker.
Selain itu, ketika kurang tidur juga mengganggu metabolisme tubuh sekaligus melemahkan sistem kekebalan tubuh. Nggak heran jika orang yang kurang tidur rentan mengalami berbagai penyakit, termasuk risiko kanker usus.
9. Stres Kronis
Stres berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan usus dan meningkatkan risiko kanker melalui:
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh
- Meningkatkan proses peradangan
- Perubahan dalam mikrobioma usus
Meskipun hubungan langsung antara stres dan kanker usus masih diteliti, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Medicine pada 2019 menunjukkan bahwa manajemen stres dapat membantu dalam pencegahan maupun pengelolaan kanker usus.