Brilio.net - Meningitis merupakan peradangan atau inflamasi pada selaput otak pelindung (meningen). Selaput ini berfungsi sebagai lapisan pelindung yang menyelimuti otak serta saraf tulang belakang. Melansir dari laman Databoks, penderita meningitis yang meninggal di Indonesia pada 2016 mencapai 4.313 orang dari 78.018 kasus.
Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara akibat penyakit meningitis. Melansir dari situs resmi World Health Organization (WHO), umumnya penyebab utama meningitis ialah virus, jamur, dan bakteri. Selain itu, ada pula penyebab lainnya seperti reaksi imunologi, penyakit, sistematik, hingga lupus.
BACA JUGA :
Tingkatkan imun, 7 makanan ini bantu mencegah meningitis
Sayang, kondisi seperti ini seringkali sulit dikenali karena gejala awal penyakitnya cenderung menyerupai flu, demam, atau sakit kepala. Virus, bakteri, dan jamur yang menyerang tadi menyebabkan melemahnya sistem imun tubuh sehingga terbentuklah penyakit ini.
Oleh karena itu, biar nggak asal meremehkan sakit sederhana seperti flu, demam, dan sakit kepala. Yuk kenali gejala, penyebab, dan cara pencegahan meningitis. Diulas brilio.net lebih dalam dari berbagai sumber pada Selasa (4/6).
Penyebab meningitis.
BACA JUGA :
5 Jenis meningitis, penyakit sebabkan Glenn Fredly meninggal dunia
foto: Freepik.com
Meningitis sebuah penyakit yang bisa menyerang cairan radang selaput otak maupun sumsum tulang belakang karena infeksi menular. Melansir dari Healthline.com, ketika seseorang mengidap penyakit ini rentan kehilangan nyawa bila tidak segera ditangani, pasalnya bakteri meningitis menular sangat cepat.
Terdapat 4 macam bakteri yang bisa menyebabkan meningitis, diantaranya Neisseria Meningitidis (Meningokokus), Streptococcus Pneumoniae (Pneumokokus), Haemophilus Influenzae, dan Streptococcus Agalactiae (Streptokokus grup B)
Berikut ulasan lebih lengkapnya penyebab meningitis, sebagai berikut:
1. Bakteri.
Bacterial meningitis merupakan salah satu penyebab penyakit meningitis yang masuk dalam aliran darah, lalu menyebar ke jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Selain itu, bacterial meningitis juga terjadi ketika bakteri secara langsung menyerang meninges.
Hal ini bisa terjadi karena infeksi telinga atau sinus, patah pada bagian tengkorang, atau melalui beberapa jenis operasi. Penyebaran bisa melalui batuk, bersin, dan atau kontak fisik yang memungkinkan perpindahan air liur. Seperti dijelaskan sebelumnya beberapa jenis bakteri ini bisa menyerang siapa saja, meliputi:
- Streptococcus pneumoniae (biasanya menyerang bayi, anak-anak, dan orang dewasa)
- Neisseria meningitidis (menyerang remaja dan orang berusia dewasa muda)
- Haemophilus influenzae (menyerang anak-anak)
- Listeria monocytogenes (menyerang ibu hamil, bayi baru lahir, orang berusia lanjut, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah).
2. Virus.
Selain bakteri, ada juga virus viral meningitis yang menyebabkan penyakit meningitis. Virus ini biasanya bersifat ringan atau bersifat self limiting disease (bisa membaik dengan sendirinya), seperti herpes simplex, virus gondok, virus West Nile, dan lainnya. Namun, dalam beberapa kasus, meningitis virus bisa berakibat fatal. Hal ini tergantung dengan virus yang menginfeksi, usia penderita, dan sistem ketahanan tubuh.
3. Jamur.
Selanjutnya, meningitis juga disebabkan oleh jamur yang dikenal fungal meningitis. Umumnya fungal meningitis ditularkan melalui spora jamur yang ada di tanah, kayu lapuk, hingga kotoran burung. Berbeda dari virus dan bakteri lainnya, fungal meningitis tidak menular antara satu penderita ke orang lain.
4. Parasit.
Melansir dari Mayoclinic.org, parasit dapat menyebabkan jenis meningitis langka yang disebut meningitis eosinofilik. Meningitis parasit disebabkan oleh infeksi cacing pita di otak atau malaria serebral. Biasanya meningitis jenis ini ditularkan ketika seseorang mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi dengan parasit. Meningitis parasit juga tidak menular antar manusia.
5. Non-infeksi.
Selain dari keempat poin di atas, meningitis ternyata juga bisa disebabkan oleh penyebab non-infeksi. Misalnya reaksi dari bahan kimia, alergi obat, bberapa jenis kanker dna penyakit inflamasi seperti sarkoidosis.
Gejala meningitis.
foto: Freepik.com
Bila terkena penyakit ini, kamu akan mengalami beberapa penyakit diantaranya:
1. Gejala awal meningitis.
Penyakit meningitis menunjukkan gejala awal mirip dengan flu. Nggak heran bila sakit ini pada awalnya sulit untuk dikenali. Akan tetapi gejalanya bisa berkembang dalam beberapa jam maupun beberapa hari kedepannya.
2. Gejala lanjutan meningitis.
Bila terdeteksi meningitis, beberapa gejala lanjutan yang umum terjadi, seperti:
- Demam
- Sakit kepala yang tidak kunjung hilang
- Sering merasa bingung
- Muntah
- Leher kaku
3. Gejala meningitis pada bayi dan anak-anak.
Meningitis dapat menyerang siapa saja tak terkecuali gender maupun usianya, untuk anak gejala yang terjadi yakni:
- Demam tinggi
- Menangis terus-menerus
- Mudah rewel atau sering mengantuk
- Sulit bangun dari posisi tidur
- Tidak aktif atau merasa lemah
- Tidak mudah bangun untuk makan
- Nggak nafsu makan
- Muntah
- Bengkak di atas kepala bayi
- Tubuh dan leher terasa kaku
4. Gejala meningitis pada orang dewasa.
Adapun gejala meningitis pada orang dewasa, diantaranya:
- Tiba-tiba demam tinggi
- Leher terasa kaku
- Sakit kepala yang parah
- Mual atau muntah
- Sulit berkonsentrasi saat beraktivitas atau kerap bingung
- Kejang
- Sulit bangun tidur atau gemuk
- Sensitif pada cahaya
- Nafsu makan hilang
- Ada ruam kulit (hanya terjadi pada beberapa kasus)
Risiko meningitis.
foto: Freepik.com
Disadur dari laman NHS.UK terdapat beberapa komplikasi yang umum terjadi bila seseorang diagnosis alami sakit meningitis, diantaranya:
1. Gangguan pendengaran ini bisa terjadi di satu atau dua telinga. Pada kasus yang ringan, gangguan yang timbul berupa dering di telinga. Ada pula pasien yang kehilangan pendengaran permanen. Untuk memastikan perlu tes pendengaran sesegera mungkin.
2. Kejang berulang (epilepsi)
3. Kehilangan konsentrasi dan sering lupa
4. Tubuh sulit bergerak
5. Kesulitan belajar dan adanya masalah perilaku, misalnya sulit membaca, menghitung, menulis, dan sebagainya.
6. Kehilangan penglihatan.
7. Kehilangan anggota tubuh, terkadang untuk mencegah penyebaran infeksi ke seluruh tubuh maka diangkat jaringan yang rusak. Akibatnya tubuh penderita harus diamputasi.
8. Masalah tulang dan sendi seperti arthritis.
9. Gagal ginjal, ketika bakteri meningitis menyebar dan menyerang aliran darah maka yang dihasilkan ialah racun yang membuat penderitanya merasa sakit dan demam. Disaat bersamaan gumpalan darah tersebut terbentuk sehingga sulit bagi darah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Bila terus-menerus maka ginjal akan mengalami cedera akut karena kurangnya suplai darah.
10. Hidrosefalus yakni menyebabkan peradangan yang berpotensi merusak otak. Di mana peradangan ini menghalangi cairan serebrospinal pada otak. Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan pelindung otak atau tulang belakang saat benturan terjadi. Komplikasi ini biasanya berkembang dari meningitis bakteri. Terkadang, hidrosefalus juga memberi tekanan pada otak dan bisa mengancam jiwa.
11. Ensefalitis adalah peradangan otak yang sering menyebabkan kerusakan otak permanen. Peradangan ini lebih berbahaya daripada meningitis. Karena sifatnya yang merusak otak, ensefalitis dapat menimbulkan masalah neurologis jangka panjang, termasuk defisit kognitif, perubahan kepribadian, gangguan penglihatan, serta kejang-kejang.
Cara mencegah meningitis.
foto: Freepik.com
Melansir dari Word Health Organization (WHO) terdapat cara untuk mencegah meningitis, meliputi:
1. Vaksinasi.
Vaksinasi menjadi cara paling efektif untuk mencegah meningitis. Ada beberapa jenis vaksin meningitis yang tersedia, antara lain:
- Vaksin MenB memberikan perlindungan terhadap bakteri meningokokus grup B, yang jadi penyebab umum meningitis pada anak-anak kecil.
- Vaksin 6-in-1 yakni vaksin yang diperkenalkan sebagai vaksin DTaP/IPV/Hib/Hep B. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, polio, dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Hib merupakan jenis bakteri yang bisa menyebabkan meningitis.
- Vaksin Pneumokokus merupakan vaksin yang memberikan perlindungan terhadap infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus, termasuk meningitis.
- Vaksin meningitis C yang memberikan perlindungan terhadap bakteri meningokokus grup C, yang dapat menyebabkan meningitis.
- Vaksin MMR yakni jenis vaksin yang dapat memberikan perlindungan terhadap campak, gondongan, dan rubella. Meningitis kadang-kadang bisa terjadi sebagai komplikasi dari infeksi-infeksi ini.
- Vaksin MenACWY sebuah vaksin yang didedikasikan untuk memberikan perlindungan terhadap 4 jenis bakteri penyebab meningitis diantaranya meningokokus grup A, C, W, dan Y.
2. Menjaga kebersihan diri.
Menjaga kebersihan diri dapat membantu mencegah penyebaran kuman penyebab meningitis. Berikut beberapa tips untuk menjaga kebersihan diri:
- Sering mencuci tangan dengan sabun dan air. Pastikan kamu mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik, terutama setelah batuk atau bersin, sebelum makan, dan setelah menggunakan toilet.
- Tutup mulut dan hidung kamu dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin. Jangan lupa buang tisu bekas ke tempat sampah lalu cuci tangan kembali.
- Menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit meningitis atau penyakit menular lainnya. Tujuannya supaya melindungi diri dari kemungkinan tertular virus, bakteri, atau jamur penyebab meningitis
- Jangan berbagi barang pribadi seperti gelas, piring, atau alat makan dengan orang lain.
3. Menjaga pola hidup sehat.
Menjaga pola hidup sehat dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh kamu terhadap infeksi. Misalnya rutin makan makanan yang bergizi kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan. Hindari makanan manis, tinggi kolesterol atau makanan olahan lainnya.
Selain itu, jangan lupa rutin olahraga serta istirahat yang cukup. Tidur 7-8 jam setiap malam, supaya bantu tubuh regenerasi sel-sel baru yang bantu tingkatkan sistem imun kamu. Ingat nggak boleh begadang ya.