Brilio.net - Seiring berkembangnya zaman, konsumsi fast food di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dari hasil survei yang dilakukan oleh AcuityHub, di kota Jakarta, Bodetabek, Surabaya dan Medan terhadap 2.000 responden, diketahui 75% masyarakat mengonsumsi fast food di akhir pekan dan 24% mengkonsumsi fast di hari kerja.
Kebiasaan mengonsumsi fast food pun dilakukan oleh kalangan remaja. Melansir dari riset kesehatan remaja yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI pada 2021, yang melibatkan 133.274 remaja usia 13-18 tahun, hasilnya menunjukkan ada 42,5% remaja mengonsumsi fast food dalam 7 hari terakhir dan 18,1% remaja mengonsumsi fast food minimal 2 kali dalam seminggu.
BACA JUGA :
10 Rekomendasi kondisioner rambut untuk anak sekolah harga di bawah Rp 50 ribu
Selain itu, diketahui kebiasaan kalangan remaja di perkotaan mengonsumsi fast food lebih tinggi dibandingkan remaja di pedesaan. Angka persentase remaja di perkotaan mencapai 47,8%, sedangkan remaja pedesaan sebesar 35,8%. Menelisik data tersebut jelas memperlihatkan bahwa masalah kesehatan terutama berkaitan nutrisi makanan remaja semakin mengintai dari waktu ke waktu.
Bila dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin remaja Indonesia akan mengalami krisis kesehatan. Salah satunya obesitas maupun diabetes. Lantas apa saja dampak buruk fast food bagi kesehatan tubuh? Yuk simak ulasan lengkapnya dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (24/5).
Dampak konsumsi fast food bagi kesehatan tubuh.
Fast food atau makanan cepat saji memiliki dampak buruk bagi kesehatan, tak terbatas usia maupun gender. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa pun bisa terkena dampak buruk fast food. Berikut ini beberapa dampak buruk fast food bila dikonsumsi setiap hari.
BACA JUGA :
45 Pantun buat pacar cowok, menghibur sekaligus bikin hubungan makin romantis
1. Berpotensi obesitas.
foto: freepik.com
Fast food umumnya tinggi kalori, lemak jenuh, dan lemak trans. Lemak jenuh yang terhidrogenasi dalam tubuh bisa berbahaya bagi pembuluh darah. Selain itu, kandungan tersebut juga dapat memicu kenaikan berat badan lebih cepat bila dikonsumsi secara berlebihan.
Merujuk pada penelitian Longitudinal yang melibatkan lebih dari 3.000 responden orang dewasa muda selama 15 tahun, hasilnya menunjukkan orang yang sering makan di restoran junk food (lebih dari dua kali seminggu) mengalami kenaikan berat badan rata-rata 4,5 kilogram dibandingkan dengan orang yang jarang melakukannya (kurang dari satu kali seminggu).
Terlebih tanpa diimbangi olahraga atau gaya hidup sehat sehingga remaja yang sering makan junk food atau fast food lebih berisiko tinggi mengalami obesitas di kemudian hari.
Obesitas pada masa remaja umumnya berlanjut hingga dewasa. Seorang remaja yang mengalami obesitas juga berisiko tinggi memiliki kadar kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner, dan berbagai penyakit umum lainnya.
2. Penyakit jantung.
foto: freepik.com
Fast food umumnya mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans yang berasal dari minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng makanan. Lemak jenuh dan lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.
Kolesterol LDL yang tinggi dapat menumpuk di dinding arteri, membentuk plak, dan menyempitkan aliran darah.
Penyempitan arteri ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, seperti serangan jantung dan stroke.
Selain itu, makanan fast food mengandung banyak natrium (garam) yang berasal dari bahan pengawet sehingga dapat meningkatkan tekanan darah tinggi.
Nggak cuma itu, makanan fast food juga cenderung rendah serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Padahal vitamin dan mineral sangat dibutuhkan untuk menurunkan kolesterol, menjaga kesehatan pencernaan, serta kesehatan jantung.
3. Diabetes.
foto: freepik.com
Melansir dari Medical News Today, fast food bukan hanya tinggi lemak dan kalori, tetapi juga memiliki indeks glikemik tinggi. Artinya, gula darah akan naik dengan cepat setelah mengonsumsi makanan fast food.
Selain itu, porsi fast food biasanya besar namun tidak membuat kenyang, nggak heran bila kamu lebih cepat lapar kembali dalam waktu singkat. Hal ini meningkatkan keinginan untuk makan secara berlebihan, yang berakibat fatal terhadap lonjakan gula darah yang berpotensi mengalami diabetes.
Kelebihan berat badan dan lemak tubuh merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2. Diabetes menjadi faktor risiko utama penyakit jantung. Oleh karena itu, perhatikan asupan makanan yang kamu konsumsi.
4. Tekanan darah tinggi.
foto: freepik.com
Fast food dikenal sebagai makanan yang tinggi akan lemak jenuh dan lemak trans. Lemak jenuh dan lemak trans dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri (aterosklerosis). Hal ini bisa berakibat arteri menjadi kaku dan sempit, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah.
Selain itu melansir dari IOSR Journal of Nursing and Health Science, fast food seringkali kekurangan nutrisi penting seperti kalium, magnesium, dan serat. Kalium dan magnesium penting untuk mengatur tekanan darah, serta serat membantu menjaga kesehatan jantung maupun pembuluh darah. Oleh sebab itu, konsumsi fast food berisiko pada penyakit hipertensi.
Terlalu sering konsumsi fast food dapat mengganggu keseimbangan nutrisi dan menyebabkan berbagai kondisi kesehatan yang berakibat tekanan darah tinggi. Sebaiknya mengonsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi, rendah garam, lemak jenuh, dan rendah gula untuk menjaga tekanan darah tetap dalam batas normal.
Faktor yang memengaruhi remaja konsumsi fast food.
foto: freepik.com
Melansir dari jurnal BMC Public Health berjudul Determining intention, fast food consumption and their related factors among university students by using a behavior change theory dan jurnal MIPHMC dari e-journal.fkmumj.ac.id berjudul Fast Food Consumption Behavior in Adolescents, menunjukkan ada beberapa faktor yang memengaruhi kalangan remaja mengonsumsi fast food.
Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), diantaranya:
1. Rasa.
Rasa yang lezat dari makanan cepat saji seringkali menjadi alasan utama remaja memilih untuk mengonsumsi makanan cepat saji.
2. Harga yang terjangkau.
Makanan cepat saji biasanya ditawarkan dengan harga yang terjangkau, membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi remaja. Selain itu, kepraktisannya membuat remaja lebih memilih mengonsumsi fast food seperti burger, pizza, dan sejenisnya.
3. Tempat yang nyaman.
Tak jarang ditemukan restoran fast food menyediakan tempat yang nyaman untuk berkumpul, belajar, atau sekadar bersantai, sehingga menjadi menjadi daya tarik bagi remaja.
4. Pengaruh teman sebaya.
Remaja cenderung terpengaruh oleh pilihan dan perilaku teman sebayanya, termasuk dalam hal konsumsi makanan cepat saji. Ketika lingkungannya terbiasa nongkrong di restoran fast food maka tidak mungkin bila ia akan terpengaruh untuk konsumsi makanan yang sama.
Oleh karena itu, edukasi tentang dampak konsumsi makanan cepat saji dan pentingnya pola makan sehat bisa menjadi langkah penting dalam membantu remaja membuat pilihan makanan yang lebih sehat.
Tips mengurangi kebiasaan konsumsi fast food.
foto: freepik.com
Cara yang membantu kamu mengurangi kebiasaan konsumsi fast food, diantaranya:
1. Tulis alasan ingin berhenti mengonsumsi fast food.
Ketika ingin berhenti mengonsumsi fast food untuk menjaga kesehatan, coba tuliskan alasan utama keinginanmu tersebut. Misalnya bertekad turunkan berat badan, menghemat uang, investasi kesehatan di usia tua atau berbagai alasan lainnya. Tujuannya supaya mengingatkan diri untuk benar-benar berhenti konsumsi fast food.
2. Telisik makanan pemicu dan hindari sebaik mungkin.
Pahami dan hindari jenis fast food yang paling sering bikin ngiler. Salah satu caranya bisa dengan membawa makanan atau minuman sehat sendiri.
3. Buat rencana makan harian supaya bisa kurangi rasa lapar.
Buatlah menu makanan sehat yang dikonsumsi selama satu hari. Kurangi ngemil dan fokus makan makanan berat. Bila perlu susun rencana menu makanan selama satu minggu ke depan.
4. Pahami pola stres.
Biasanya, stres membuat seseorang cenderung ingin mengonsumsi makanan manis maupun makanan cepat saji. Oleh karena itu, kenali diri sendiri kapan waktu saat dirimu merasa stres. Setelah itu, upayakan untuk cari alternatif lain dalam mengatasi stres seperti jalan-jalan atau menikmati hari di alam.
5. Praktikkan mindful eating
Mindfull eating artinya makan dengan nyaman tanpa terdistraksi televisi, HP, dan aktivitas lainnya. Fokus hanya untuk makan dan nikmati setiap santapan. Harapannya dengan fokus pada makanan, kamu bisa lebih memperhatikan apa saja yang masuk ke dalam tubuh.