Brilio.net - Wabah virus Corona menjadi fokus pemerintah Indonesia dan dunia. Penyebaran virus tersebut telah menjangkau banyak wilayah. Pemerintah Indonesia terus memberikan update terkait perkembangan kasus Corona. Pihaknya juga memberikan edukasi terkait cara memperlambat penyebaran virus.
Virus Corona (COVID-19) ini terbilang baru. Virus ini mampu menyerang siapa saja dengan imunitas yang rendah. Meski begitu, kekebalan tubuh manusia bisa melawannya dengan sendiri. Virus ini mudah menjangkit orang-orang rentan seperti lansia hingga pengidap penyakit autoimun. Lalu bagaimana dengan wanita yang hamil atau bayi? Apakah mereka termasuk golongan yang rentan dengan virus Corona?
Dikutip brilio.net dari Antara, Sistem kekebalan tubuh wanita hamil umumnya berubah. Kondisi tersebut disebut mampu meningkatkan risiko terkena komplikasi dari virus seperti flu. Kendati demikian, diberitakan Antara yang melansir dari Medical Daily and Science Alert, Senin (23/3) para ahli kesehatan mengatakan virus Corona baru atau COVID-19 tampaknya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada wanita hamil dan janinnya. Hal ini juga diakui pejabat kesehatan di Inggris.
Faktanya, tidak ada negara yang melaporkan wanita hamil meninggal karena infeksi COVID-19. Bahkan, jika wanita terkena COVID-19 selama kehamilan, penyelidikan awal menunjukkan bayinya tidak akan terinfeksi seperti data dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG), Royal College of Midwives and Royal College of Paediatrics dan Child Health (RCPCH).
Lebih lanjut, merujuk pada laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hanya 8 persen wanita hamil yang tertular COVID-19 mengalami gejala parah di China dan satu persen menderita sakit kritis. Mayoritas pasien hanya muncul dengan gejala ringan atau sedang.
Penelitian lain di China memperlihatkan, virus Corona tidak berpindah dari ibu ke bayi saat dalam kandungan. Hal tersebut terungkap dari penelitian yang mengambil sampel cairan ketuban, darah tali pusat dan ASI dari ibu hamil yang terjangkit Corona. Hasil tes menunjukkan bayi negatif Corona.
Sementara itu, pejabat kesehatan di Inggris mencatat tidak ada data COVID-19 bisa meningkatkan risiko keguguran. Studi yang meneliti SARS dan MERS juga tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan antara masalah kehamilan dan kedua penyakit itu.