Brilio.net - Wabah virus Corona atau COVID-19 yang pertama kali ditemukan di pasar makanan Wuhan, China masih menjadi fokus perhatian dunia. Setiap harinya, jumlah korban yang teridentifikasi virus Corona atau COVID-19 semakin bertambah. Dilansir brilio.net dari livescience.com pada Jumat (20/3), tercatat 82.500 orang positif terjangkit Corona sedangkan sebanyak 2.810 orang dinyatakan meninggal dunia.
Panic buying menjadi salah satu fenomena yang terjadi di masyarakat. Hal ini karena kekhawatirannya jika mereka positif teridentifikasi positif terjangkit Corona. Namun, sebaiknya masyarakat tidak perlu terlalu panik dalam menghadapi virus Corona. Para ahli mengatakan bahwa virus ini akan berangsur hilang ketika seseorang memiliki kekebalan tubuh yang baik sehingga tidak mudah terserang COVID-19.
BACA JUGA :
Tangisan pilu anak tak bisa peluk ibu yang obati pasien Corona
Menurut Profesor Epidemiologi di New York, Joshua Epstein, rantai penularan virus ini akan berakhir jika seseorang memiliki kekebalan tubuh yang kuat sehingga virus akan susah menginfeksinya. Maka dari itu disarankan seseorang mengonsumsi vitamin dan sayur-sayuran bergizi untuk mencegah penularan virus Corona.
foto: shutterstock.com
BACA JUGA :
China sebut obat Avigan dari Jepang efektif atasi Corona
Selain itu, cara terbaik untuk memperlambat penyebarannya yaitu dengan tindakan pencegahan mengkarantina masyarakat yang baru saja bepergian keluar kota maupun ke luar negeri. Para ahli menyarankan periode masa karantina ini berlangsung selama 14 hari.
Namun, akan sangat sulit mengidentifikasi orang yang positif Corona karena penyebarannya melalui udara yang sangat mudah dengan masa inkubasi yang lama. Sehingga, seseorang akan mengetahui bahwa ia mengalami gejala setelah beberapa hari terkena virus ini.
Sebuah studi yang diterbitkan The Washington Post cara paling umum untuk mengidentifikasi virus Corona yang telah digolongkan menjadi pandemi ini dapat dengan mudah menular melalui air liur dan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Namun, masih belum bisa dipastikan COVID-19 dapat menyebar sebelum gejala dimulai karena virus ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu.
Sebelumnya, Corona virus juga pernah menginfeksi ratusan orang di Guangdong, China pada tahun 2002. Virus ini disebabkan oleh hewan yang menyerang sistem pernapasan manusia. Virus yang dinamakan SARS ini pun telah memicu ketakutan masyarakat dunia karena penyebarannya yang cepat ke-26 negara di dunia. Namun, virus ini dapat mereda karena masyarakat memiliki sistem imun yang kuat untuk menangkal penyebaran SARS.
Secara teoritis, kondisi lingkungan juga dapat memengaruhi penularan virus, sehingga virus memiliki musim-musim tertentu dalam penyebarannya. Masyarakat dan pemerintah perlu bahu-membahu menangani permasalahan agar virus tak menyebar. Salah satunya dengan membuat vaksin untuk menanganinya.
Baru-baru ini sekelompok peneliti melakukan penelitian tentang manfaat protein yang mampu memberikan antibodi bagi tubuh manusia. Sehingga, jika seseorang disuntikkan vaksin ini mereka akan memiliki kekebalan tubuh dari serangan virus Corona.
Tetapi, vaksin ini masih diuji lagi. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan vaksin tentu dibutuhkan waktu yang lama untuk memastikan apakah vaksin ini sudah layak diedarkan atau belum. Para peneliti ini pun mempercepat pembuatan vaksin yang diperkirakan akan jadi siap dalam waktu 10 tahun, kini mereka memperkirakan jika selama 18 bulan hingga 24 bulan lagi vaksin COVID-19 ini siap untuk diedarkan di masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menghimbau kepada seluruh negara agar memastikan kesediaan alat yang digunakan untuk mendeteksi virus Corona ini. Diperlukan kerjasama antar sesama untuk memerangi virus yang telah merenggut banyak korban jiwa ini.