Brilio.net - Pergantian tahun 2018 ke 2019 tinggal hitungan jam. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pergantian tahun baru dirayakan dengan salah satunya pesta kembang api serta tiup terompet.
Namun ternyata, ritual tiup terompet mengundang keresahan masyarakat. Beredar kabar bahwa meniup terompet bergantian dengan orang lain bisa memicu risiko penyakit berbahaya.
BACA JUGA :
10 Pertanyaan kesehatan paling populer di Google sepanjang 2018
"Seperti tahun-tahun sebelumnya selalu saja di akhir tahun beredar isu mengenai berbagai penyakit berbahaya termasuk kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, HIV, TBC dan penyakit-penyakit menular lain yang ditularkan melalui terompet," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari F Syam di Jakarta, Senin (31/12), sebagaimana dilansir Brilio.net dari Antara.
Ari menegaskan penggunaan terompet tidak menularkan sejumlah penyakit mematikan. Menurutnya, kanker termasuk kanker mulut, lidah, atau kanker darah tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain.
Kanker mulut memang disebabkan virus yang dinamakan virus Human Papilloma (HPV). Virus ini memang bisa menyebabkan kanker lidah, kanker amandel, atau kanker tenggorokan.
BACA JUGA :
Menstruasi tidak teratur memengaruhi peluang hamil, benarkah?
"Akan tetapi penularan virus tersebut melalui mulut terutama melalui aktivitas seksual misalnya oral seks, sedangkan penggunaan alat makan atau sedotan secara bersamaan tidak akan menularkan penyebaran virus tersebut." jelasnya.
Termasuk juga orang yang meniup terompet yang habis ditiup orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat tertular infeksi tersebut. Begitu pula penularan virus HIV penularan juga tidak mudah, harus melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau komponen darah yang ditransfusi dari satu pasien ke pasien lain.
Sedangkan untuk penyakit TBC, tambahnya, ditularkan dari satu orang kepada orang lain bukan melalui kontak singkat. Tidak seperti infeksi virus influenza bahwa seseorang dapat tertular dengan orang yang sedang mengalami flu dengan sekali kontak.
"Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus," ujarnya.
Selain itu kuman ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet. Biasanya orang tertular penyakit TBC jika tinggal serumah dengan orang yang sedang mengalami TBC paru aktif.
"Ujung terompet memang bisa jadi sumber penularan penyakit melalui droplet atau air liur yang tersisa pada ujung terompet tetapi tentu bukan penyakit TBC atau penyakit kanker mulut," terangnya.
Meski demikian, Ari berharap agar masyarakat perlu membersihkan dulu ujung terompet yang digunakan.
"Bahkan kalau perlu gunakan penyaring khusus ketika ujung terompet tersebut akan kita gunakan," pungkasnya.