Brilio.net - Meninggalnya penyanyi campursari ternama Didi Kempot pada Selasa (5/5) pagi ini, sedikit banyak membuat perhatian publik mengenai penyakit jantung menjadi meningkat. Kendati demikian, masih ada hal yang kerap luput dipahami masyarakat.
Tak sedikit masyarakat yang belum memahami bahwa terdapat perbedaan antara serangan jantung dan henti jantung. Hal tersebut pun disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam sub-spesialis kardiovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Simon Salim.
BACA JUGA :
Mengenal jenis virus corona yang berkembang di Indonesia
"Henti jantung mendadak perlu dibedakan dengan serangan jantung (penyakit jantung koroner). Memang istilah ini sering dipakai tumpang tindih," kata Simon, seperti dilansir brilio.net dari Liputan6, Selasa (5/5).
Simon mengatakan bahwa henti jantung mendadak bisa disebabkan karena serangan jantung. Akan tetapi, kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh penyebab lain, seperti DVT (Deep Vein Thrombosis).
"Makanya serangan jantung dan henti jantung tidak selalu sama. Ibaratnya orang apabila keselek kedondong pun juga bisa mengakibatkan henti jantung," kata Simon.
BACA JUGA :
Orang bisa kena psikosomatik saat wabah Corona, ini penjelasannya
Lebih jauh, pihaknya menjelaskan bahwa pada serangan jantung, aliran darah ke jantung terganggu, sehingga organ kurang mendapatkan darah tetapi masih berdenyut. Sementara itu, pada henti jantung, organ tidak berdenyut sehingga aliran darah ke seluruh tubuh pun terhenti.
Lalu, untuk penyakit jantung koroner, Simon mengatakan bahwa gaya hidup sehat memang bisa menurunkan risiko tersebut. Meski begitu, tidak selalu hal tersebut menurunkan risiko kelainan jantung lain.
"Salah satu kelainan, contohnya kelainan genetik. Ada beberapa orang memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan irama jantung. Gangguan ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Yang berat tentu saja, beberapa bisa menyebabkan kematian (henti jantung mendadak), namun hal ini bukan disebabkan karena penyakit jantung koroner," ujarnya.
Meski begitu, Simon menerangkan bahwa kadangkala kelainan tersebut juga tidak menimbulkan gejala. Pada umumnya, pasien akan mengalami henti jantung mendadak saja.
"Belum lagi kalau misalnya ada konsumsi obat-obatan atau penyakit di luar jantung yang bisa mempengaruhi jantung," ujarnya.
Oleh karenanya, ia pun menegaskan bahwa pasien yang mengalami henti jantung harus segera mendapatkan pertolongan. Pasalnya, jika tidak, pasien bisa meninggal apabila dalam beberapa menit tidak segera diberikan pertolongan.