Brilio.net - Autoimun menjadi kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat karena salah mengenali sebagai ancaman. Penyakit autoimun dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari kelelahan, nyeri sendi, hingga masalah kulit. Dampak kronis autoimun terhadap kesehatan bisa sangat serius jika tidak ditangani dengan baik.
Dalam jangka panjang, penyakit autoimun dapat memengaruhi berbagai organ tubuh lalu menyebabkan komplikasi kronis. Beberapa dampak kronis autoimun termasuk kerusakan permanen pada organ seperti ginjal, paru-paru, hingga sistem saraf. Nggak heran bila mengalami penyakit ini, bisa mengurangi kualitas hidup penderita secara signifikan dan memicu kondisi kesehatan lain yang lebih kompleks.
BACA JUGA :
5 Cara mengecek kepribadian: Temukan keseimbangan hidupmu
Pencegahan serta penanganan dini sangat penting untuk mengurangi dampak kronis autoimun. Langkah-langkah seperti pola hidup sehat, manajemen stres, hingga pengobatan yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala sekaligus mencegah kerusakan lebih lanjut.
Oleh sebab itu, memahami penyakit autoimun dan dampaknya menjadi kunci untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini, yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (6/9).
Dampak kronis autoimun terhadap kesehatan jangka panjang
BACA JUGA :
Minimalkan gejala, ini 9 makanan yang perlu dikonsumsi anak saat terserang penyakit autoimun
1. Kerusakan organ permanen
Penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh yang terkena. Misalnya, pada lupus eritematosus sistemik (LES), peradangan dapat merusak ginjal (lupus nefritis), hati, dan sistem kardiovaskular.
Penelitian dari Journal of Rheumatology menunjukkan bahwa sekitar 40-50% penderita LES mengalami gangguan ginjal yang memerlukan perawatan khusus. Kerusakan organ ini seringkali tidak dapat dipulihkan sepenuhnya, meningkatkan risiko komplikasi serius seperti gagal ginjal atau penyakit jantung.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Penyakit autoimun dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah. Misalnya, pada pasien rheumatoid arthritis (RA), peradangan kronis yang terkait dengan penyakit ini bisa merusak dinding pembuluh darah serta meningkatkan risiko aterosklerosis.
Studi American Journal of Cardiology, menunjukkan bahwa penderita RA memiliki risiko dua hingga tiga kali lebih tinggi terkena penyakit jantung dibandingkan populasi umum. Penanganan yang tidak memadai terhadap peradangan ini dapat menyebabkan perkembangan penyakit jantung yang lebih parah.
3. Gangguan fungsi saraf dan kognitif
Beberapa penyakit autoimun dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga memengaruhi fungsi kognitif maupun motorik. Contohnya, pada sklerosis ganda (multiple sclerosis), sistem kekebalan tubuh menyerang mielin, selubung pelindung saraf, yang dapat menyebabkan masalah koordinasi, keseimbangan, dan memori.
Menyadur dari laman Neurology menunjukkan bahwa sekitar 50% penderita multiple sclerosis mengalami penurunan fungsi kognitif yang signifikan dalam jangka panjang. Gangguan ini dapat memengaruhi kualitas hidup sekaligus independensi si penderita.
4. Kelelahan kronis
Tak jarang pula, dampak kronis autoimun juga mencakup kelelahan kronis yang sangat memengaruhi kualitas hidup. Penderita penyakit autoimun seperti fibromyalgia atau lupus sering melaporkan kelelahan yang tidak hilang meskipun cukup istirahat.
Kelelahan ini disebabkan oleh peradangan yang berkelanjutan maupun beban emosional dari kondisi penyakit, serta dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari (source: Journal of Clinical Rheumatology). Dampak ini mengurangi produktivitas sekaligus kepuasan hidup secara keseluruhan.
5. Komplikasi Psikologis
Selain dampak fisik, penyakit autoimun juga dapat menyebabkan komplikasi psikologis dan mental. Penderita sering mengalami depresi bahkan kecemasan akibat beban fisik maupun emosional dari penyakit.
Berdasarkan penelitian Psychiatry Research menemukan bahwa hingga 30% pasien dengan penyakit autoimun mengalami gangguan mood atau kecemasan yang signifikan. Kondisi mental ini sering kali memperburuk kualitas hidup serta memerlukan pendekatan holistik dalam penanganannya.
6. Peradangan kronis
Peradangan kronis ialah ciri khas dari banyak penyakit autoimun. Meskipun peradangan jadi mekanisme perlindungan normal tubuh, namun peradangan yang berkelanjutan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Reviews Immunology menunjukkan bahwa peradangan kronis dapat mempercepat penuaan seluler, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, dan bahkan memicu perkembangan kanker. Peradangan yang terus-menerus juga dapat menyebabkan kelelahan kronis, nyeri, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
7. Komorbiditas
Penyakit autoimun sering dikaitkan dengan peningkatan risiko komorbiditas, yaitu kondisi medis tambahan yang muncul bersamaan dengan penyakit utama.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Autoimmunity Reviews menunjukkan bahwa pasien dengan satu penyakit autoimun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit autoimun lainnya.
Misalnya, pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit tiroid autoimun. Selain itu, studi yang diterbitkan dalam JAMA Network Open menemukan bahwa pasien dengan penyakit autoimun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular hingga gangguan metabolik seperti diabetes tipe 2.
Cara mencegah penyakit autoimun.
1. Mengatur pola makan yang sehat
Mengonsumsi makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein berkualitas tinggi dapat memperkuat daya tahan tubuh. Makanan yang kaya antioksidan dan vitamin juga berperan dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.
2. Mengelola stres dengan baik
Stres yang berlebihan dapat menurunkan kekuatan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit autoimun. Mengatasi stres melalui teknik seperti meditasi, yoga, atau melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat membantu tubuh berfungsi lebih optimal dan meningkatkan kemampuannya untuk melawan penyakit.
3. Berolahraga secara teratur
Aktivitas fisik yang rutin tidak hanya membantu menjaga berat badan ideal, tetapi juga meningkatkan aliran darah, mengurangi peradangan, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Kegiatan seperti berjalan kaki, berlari, atau berenang secara rutin dapat mendukung kesehatan secara menyeluruh dan melawan penyakit autoimun.
4. Menghindari kontak dengan bahan kimia berbahaya
Paparan terhadap bahan kimia berbahaya bisa memicu reaksi autoimun. Sebaiknya hindari kontak dengan zat-zat kimia yang berbahaya di kehidupan sehari-hari, seperti pestisida, asap rokok, dan bahan kimia pembersih yang keras. Menggunakan produk yang lebih alami dan ramah lingkungan dapat mengurangi risiko terkena bahan berbahaya.
5. Menjaga kesehatan Psikologis
Tekanan emosional dan mental dapat mempengaruhi keseimbangan sistem kekebalan tubuh. Merawat kesehatan mental dengan melakukan terapi, mendapatkan dukungan sosial, dan menjalani hobi yang menyenangkan dapat membantu menjaga stabilitas emosional dan fisik.