Brilio.net - Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kabar aktor Indra Bruggman yang diketahui mengidap penyakit hipertiroid. Pria berusia 43 tahun ini mengungkapkan bahwa ia telah mengalami gejala hipertiroid sejak tahun 2019, namun baru menyadarinya setelah mengalami penurunan berat badan yang drastis.
Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Penyakit ini dapat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh dan menimbulkan gejala yang beragam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali penyebab, gejala, dan cara penanganan yang tepat untuk penyakit hipertiroid.
BACA JUGA :
9 Pemanis pengganti gula ini ternyata bahaya, erythritol dapat tingkatkan serangan jantung dan stroke
foto: freepik.com
Melihat apa yang dialami oleh Indra Bruggman, kasus ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk lebih memahami penyakit hipertiroid yang kadang tidak kita sadari. Brilio.net akan memberikan ulasan soal penyakit hipertiroid yang dilansir dari berbagai sumber, Rabu (14/8), bisa menjadi referensi memahami soal penyakit ini.
BACA JUGA :
9 Vitamin yang aman dan direkomendasikan untuk penderita penyakit ginjal
Pengertian penyakit hipertiroid
foto: freepik.com
Hipertiroid atau yang juga dikenal sebagai tirotoksikosis, adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan. Menurut American Thyroid Association, kelenjar tiroid merupakan organ berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher dan bertanggung jawab untuk memproduksi hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh.
Dalam kondisi normal, hormon tiroid berperan penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, seperti detak jantung, suhu tubuh, dan penggunaan energi. Namun, ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan, terjadilah kondisi hipertiroid. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh yang tidak normal dan mempengaruhi berbagai sistem organ.
Dilansir dari Mayo Clinic, hipertiroid dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih sering ditemukan pada wanita dan orang-orang berusia di atas 60 tahun. Penyakit ini juga dapat muncul pada usia muda, seperti yang dialami oleh Indra Bruggman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami faktor-faktor risiko dan gejala awal hipertiroid.
Penting untuk dicatat bahwa hipertiroid bukanlah kondisi yang dapat disepelekan. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertiroid dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk masalah jantung, osteoporosis, dan krisis tiroid yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, diagnosis dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi tersebut.
Penyebab terjadinya penyakit hipertiroid
Penyakit hipertiroid dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit Graves. Penyakit autoimun ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, yang mengakibatkan produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Selain penyakit Graves, hipertiroid juga dapat disebabkan oleh nodul tiroid atau adenoma toksik. Dilansir dari Cleveland Clinic, nodul tiroid adalah pertumbuhan abnormal pada kelenjar tiroid yang dapat memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Dalam beberapa kasus, nodul ini dapat berkembang menjadi tumor, baik jinak maupun ganas.
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertiroid adalah konsumsi yodium berlebihan, baik dari makanan maupun suplemen. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, asupan yodium yang terlalu tinggi dapat memicu produksi hormon tiroid yang berlebihan pada individu yang rentan. Oleh karena itu, penting untuk mengatur asupan yodium sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala hipertiroid
foto: freepik.com
Gejala hipertiroid dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, namun ada beberapa tanda umum yang perlu diwaspadai. Gejala-gejala utama hipertiroid meliputi penurunan berat badan yang tidak disengaja, detak jantung yang cepat atau tidak teratur (takikardia), keringat berlebih, dan kecemasan atau mudah gugup.
Selain itu, penderita hipertiroid juga mungkin mengalami peningkatan nafsu makan, tremor pada tangan dan jari, perubahan pada siklus menstruasi pada wanita, pembesaran kelenjar tiroid (goiter), serta intoleransi terhadap panas. Dalam kasus yang lebih parah, penderita dapat mengalami masalah tidur, kelemahan otot, dan perubahan pada kulit dan rambut.
Penting untuk diingat bahwa gejala hipertiroid dapat berkembang secara perlahan dan mungkin tidak disadari pada tahap awal. Seperti yang dialami oleh Indra Bruggman, gejala mungkin baru disadari setelah terjadi perubahan yang signifikan pada tubuh. Oleh karena itu, jika kamu mengalami beberapa gejala di atas, terutama jika disertai dengan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Cara ampuh penanganan penyakit hipertiroid
Penanganan penyakit hipertiroid harus dilakukan secara komprehensif dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Berikut adalah beberapa cara ampuh untuk menangani penyakit hipertiroid:
1. Obat-obatan antitiroid
Obat-obatan antitiroid seperti methimazole dan propylthiouracil (PTU) dapat digunakan untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Obat-obatan ini bekerja dengan cara menghambat kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon tiroid berlebih. Penggunaan obat antitiroid harus dilakukan di bawah pengawasan dokter karena dapat memiliki efek samping.
2. Terapi yodium radioaktif
Dilansir dari Mayo Clinic, terapi yodium radioaktif adalah salah satu metode pengobatan yang efektif untuk hipertiroid. Dalam prosedur ini, pasien menelan kapsul atau cairan yang mengandung yodium radioaktif.
Yodium ini kemudian diserap oleh kelenjar tiroid, yang menyebabkan kelenjar menyusut dan mengurangi produksi hormon tiroid. Meskipun efektif, metode ini memiliki beberapa risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan.
3. Pembedahan (Tiroidektomi)
Dalam beberapa kasus, terutama jika ada tumor atau goiter besar, dokter mungkin merekomendasikan pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Menurut American Thyroid Association, tiroidektomi dapat menjadi pilihan pengobatan yang efektif, terutama untuk pasien yang tidak dapat menjalani terapi yodium radioaktif atau memiliki alergi terhadap obat antitiroid.
4. Pengobatan beta-blocker
Untuk mengatasi gejala hipertiroid seperti detak jantung yang cepat dan kecemasan, dokter mungkin meresepkan obat beta-blocker. Dilansir dari Cleveland Clinic, obat-obatan ini dapat membantu mengurangi gejala kardiovaskular dan neurologis yang terkait dengan hipertiroid, meskipun tidak mengatasi penyebab utama penyakit.
5. Modifikasi gaya hidup
Selain pengobatan medis, penderita hipertiroid juga disarankan untuk melakukan modifikasi gaya hidup. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Thyroid Research, diet seimbang yang kaya akan antioksidan, olahraga teratur, dan manajemen stres dapat membantu mengurangi gejala hipertiroid dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
6. Pemantauan rutin
Penting bagi penderita hipertiroid untuk melakukan pemeriksaan rutin dan pemantauan kadar hormon tiroid. Pemantauan rutin memungkinkan dokter untuk menyesuaikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan mencegah komplikasi jangka panjang.
7. Dukungan psikologis
Hipertiroid dapat mempengaruhi kesehatan mental pasien, menyebabkan kecemasan dan perubahan mood. Dilansir dari American Thyroid Association, dukungan psikologis dan konseling dapat membantu pasien mengatasi dampak emosional dari penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
8. Edukasi pasien
Edukasi pasien tentang penyakit hipertiroid dan pengelolaannya sangat penting. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, pasien yang memahami kondisi mereka dengan baik cenderung lebih patuh terhadap pengobatan dan memiliki hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.