Brilio.net - Di zaman serba canggih ini, mitos tentang penyakit kusta menyebar di masyarakat. Ada yang menyebutkan jika penyakit ini merupakan turunan bahkan ada yang mengatakan kutukan. Lantas apa sih, sebenarnya penyakit kusta itu? Kusta atau lepra merupakan penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf pelifer, selaput lendir pada pernapasan atas serta mata.
Penyakit kusta juga merupakan penyakit menular yang begitu ditakuti masyarakat karena dampaknya yang sangat fatal, yaitu dapat menyebabkan kebutaan hingga kecacatan fisik. Penderita penyakit kusta biasanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyasar semua usia, baik laki-laki maupun perempuan. Selain anak-anak, orang dewasa atau lansia juga rentan terhadap kusta karena daya tahan tubuhnya mulai melemah.
Banyak orang masih awam dengan penyakit ini. Oleh sebab itu, brilio.net akan merangkum penjelasan soal penyakit kusta serta penyebab dan ciri-cirinya, seperti dihimpun dari berbagai sumber pada Kamis (28/11).
Penyebab penyakit kusta.
BACA JUGA :
Macam-macam penyakit menular dan cara mengatasinya
foto: freepik.com
Sejak dahulu kala, kusta dianggap sebagai penyakit kutukan sehingga penderitanya kerap dikucilkan di masyarakat. Masyarakat dahulu belum mengetahui penyakit kusta, penyebab dan cirinya. Padahal penyakit ini murni disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan tentunya bisa disembuhkan.
Bakteri tersebut dapat berkembang pesat di bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti wajah, kaki, tangan dan lutut. Berikut adalah beberapa faktor risiko penyebab kusta:
- Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
- Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan. Hewan tersebut di antaranya adalah armadillo dan simpanse.
- Memiliki kelainan genetik yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Penurunan penyakit kusta ini biasanya melalui kontak kulit yang terluka, terjadi secara terus menerus dan lama dengan pengidapnya. Selain kontak fisik yakni dapat ditularkan melalui inhalasi atau menghirup udara.
Sebab beberapa bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Umumnya penderita membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala. Nah, kusta juga tidak diturunkan pada ibu ke janinnya.
Ciri yang harus diketahui.
BACA JUGA :
5 Penyebab asam urat dan kolesterol serta pencegahannya
foto: freepik.com
Penyakit kusta terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler dan kusta basah atau multi basiler. Secara mendasar ciri penyakit kusta adalah kurang rasa atau mati rasa sama sekali pada gejala yang muncul. Hal inilah yang dapat menjadikan kecacatan jika penderitanya dibiarkan atau tak langsung ditangani. Sebab saraf mereka rusak sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus.
Ciri kusta kering biasanya terdapat gejala bercak putih seperti panu. Sedangkan ciri-ciri kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan disertai penebalan pada kulit.
Lalu apa saja gejala atau ciri lain yang harus diketahui tentang penyakit kusta?
- Mati rasa, tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
- Perubahan bentuk pada wajah.
- Lepuh atau ruam.
- Muncul bisul tapi tidak sakit.
- Rambut rontok.
- Nyeri persendian.
- Penurunan berat badan.
- Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut.
- Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
- Lemah otot atau kelumpuhan.
- Hilangnya jari jemari.
- Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
- Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
Pengobatan penyakit kusta.
foto: freepik.com
Cara untuk mengetahui apakah seseorang terkena gejala kusta atau bukan adalah dengan diagnosis dokter. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penularan, mengobati serta menyembuhkan pengidap dan mencegah timbulnya kecacatan permanen. Orang yang sudah terdiagnosis kusta biasanya akan diberi antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun lamanya.
Jenis antibiotik, dosis, serta durasinya pun tergantung jenis kusta tersebut. Umumnya pembedahan akan dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Hal ini dilakukan untuk menormalkan fungsi dari saraf yang rusak, memperbaiki bentuk fisik penderita yang cacat dan mengembalikan fungsi anggota tubuh. Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Untuk mencegah penyebaran penyakit kusta perlu dilakukan beberapa cara seperti berikut:
- Memberikan informasi penyuluhan mengenai penyakit kusta terhadap masyarakat, terutama di kawasan endemik kusta.
- Mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan diri, mendapatkan pengobatan agar dapat menghindari dampak kecacatan fisik akibat tidak langsung ditangani.
- Mendidik penduduk setempat mengenai pencegahan cedera dan pembersihan luka.
- Tidak mengucilkan penderita. Sebab diskriminasi yang dialami dapat mengakibatkan gangguan mental seperti depresi hingga bunuh diri.
Jika kamu atau kerabat mengalami ciri-ciri di atas, segeralah memeriksakan ke dokter, agar dapat segera ditangani. Umumnya perhatikanlah jika tubuhmu memiliki tanda seperti panu atau kadas tapi tidak terasa gatal namun malah mati rasa.