1. Home
  2. ยป
  3. Kesehatan
6 November 2024 08:10

Kenali penyakit tumor hipofisis, ini 5 gejala, faktor risiko, dan cara pencegahannya

Terletak di kelenjar hipofisis atau pituitari yang berada di dasar otak, tumor ini muncul di kelenjar yang berperan besar dalam mengatur hormon. Dwiyana Pangesthi
foto: freepik.com

Brilio.net - Tumor hipofisis mungkin bukan istilah yang sering didengar, tetapi kondisi ini ternyata bisa memengaruhi banyak hal dalam tubuh. Terletak di kelenjar hipofisis atau pituitari yang berada di dasar otak, tumor ini muncul di kelenjar yang berperan besar dalam mengatur hormon. Kelenjar hipofisis mengendalikan fungsi hormon utama seperti pertumbuhan, tekanan darah, metabolisme, dan sistem reproduksi, sehingga saat ada tumor di area ini, berbagai gejala kesehatan bisa terjadi.

Walaupun sebagian besar tumor hipofisis bersifat jinak, efeknya tetap perlu diwaspadai. Tumbuhnya tumor ini dapat menyebabkan perubahan hormon dan memengaruhi kondisi fisik dan mental. Banyak orang mungkin tidak menyadari tanda-tanda tumor hipofisis karena gejalanya sering kali mirip dengan penyakit ringan atau kondisi yang biasa terjadi, seperti sakit kepala atau penglihatan buram. Ketika tanda-tanda ini diabaikan, gejalanya bisa semakin berkembang dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

BACA JUGA :
Curahan hati Putri Patricia kena tumor padahal jalani hidup sehat, rahasiakan penyakit dari sang ibu


Mengenal gejala awal dan faktor risiko dari tumor hipofisis bisa membantu kamu lebih waspada dan mengerti kapan perlu memeriksakan diri ke dokter. Yuk simak rangkuman lengkapnya seperti brilio.net himpun dari berbagai sumber, Selasa (5/11), supaya kamu bisa memahami langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan sejak dini.

Apa itu tumor hipofisis?

foto: freepik.com

BACA JUGA :
Kisah pilu wanita idap penyakit tumor, berawal dari sakit kepala

Tumor hipofisis adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di kelenjar pituitari. Meski sebagian besar bersifat non-kanker (jinak), tumor ini bisa memengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Jenis tumor ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan jenis sel yang terlibat. Mikroadenoma adalah tumor hipofisis berukuran kecil, sedangkan makroadenoma adalah tumor yang lebih besar dan cenderung lebih mengganggu fungsi hormon.

Gejala tumor hipofisis.

Gejala tumor hipofisis bisa sangat bervariasi tergantung pada ukuran tumor dan jenis hormon yang terpengaruh. Berikut beberapa gejala yang mungkin muncul:

1. Sakit kepala yang berulang.

Sakit kepala yang terus menerus atau lebih intens dari biasanya bisa menjadi tanda adanya tumor di hipofisis. Tekanan dari tumor pada jaringan otak di sekitarnya bisa menyebabkan nyeri kepala yang tak kunjung reda meskipun sudah mengonsumsi obat pereda nyeri.

2. Penglihatan buram atau menyempit.

Tumor yang tumbuh di kelenjar hipofisis bisa menekan saraf optik, yang berdekatan dengan kelenjar ini. Tekanan pada saraf optik bisa menyebabkan penglihatan buram, atau dalam beberapa kasus, menyebabkan hilangnya penglihatan di bagian tepi atau "penglihatan terowongan."

3. Perubahan berat badan dan kelelahan berlebih.

Ketidakseimbangan hormon akibat tumor hipofisis bisa menyebabkan kenaikan atau penurunan berat badan secara tiba-tiba tanpa alasan jelas. Selain itu, kamu mungkin merasa lelah atau lemah meskipun tidak sedang melakukan aktivitas berat.

4. Perubahan suasana hati dan stres yang meningkat.

Hormon yang diatur oleh kelenjar hipofisis juga berperan dalam pengaturan emosi. Tumor yang mengganggu produksi hormon tertentu bisa membuat kamu merasa lebih cemas, stres, atau mengalami perubahan suasana hati yang tidak biasa.

5. Masalah reproduksi dan perubahan seksual.

Pada pria, tumor hipofisis bisa mengurangi produksi hormon testosteron, menyebabkan berkurangnya libido dan energi. Pada wanita, gejala yang sering muncul meliputi menstruasi yang tidak teratur atau bahkan berhenti sama sekali.

Faktor risiko tumor hipofisis.

foto: freepik.com/master1305

Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami tumor hipofisis, antara lain:

- Riwayat keluarga.

Meskipun tidak selalu diwariskan, risiko tumor hipofisis bisa meningkat pada orang dengan riwayat keluarga yang memiliki kondisi serupa. Beberapa sindrom genetik, seperti Multiple Endocrine Neoplasia type 1 (MEN1), juga dapat meningkatkan risiko.

- Usia.

Tumor hipofisis umumnya ditemukan pada orang dewasa di usia paruh baya, meskipun bisa muncul di berbagai usia. Wanita di usia produktif juga dikatakan memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi.

- Paparan hormon estrogen.

Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan estrogen, seperti dari pil KB, dengan risiko tumor hipofisis. Namun, kaitannya masih belum sepenuhnya jelas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Langkah pencegahan dan deteksi dini.

foto: freepik.com/brgfx

Menjaga gaya hidup sehat bisa membantu meminimalisir risiko beberapa penyakit, termasuk tumor. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama jika ada gejala yang berkaitan dengan hormon, bisa membantu mendeteksi tumor sejak dini. Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini, lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui kemungkinan risiko dan pemeriksaan yang disarankan.

Penanganan tumor hipofisis.

Penanganan tumor hipofisis umumnya tergantung pada jenis, ukuran, dan dampaknya pada tubuh. Operasi adalah salah satu pilihan yang sering diambil untuk mengangkat tumor besar yang menekan jaringan sekitarnya. Terapi radiasi dan pengobatan dengan obat-obatan hormonal juga bisa menjadi solusi untuk mengendalikan gejala dan mencegah pertumbuhan tumor.

Penting untuk menjaga kesehatan tubuh dengan memeriksakan diri secara teratur, terutama jika kamu mengalami gejala yang tidak biasa. Jika ada keluhan seperti sakit kepala berkepanjangan, perubahan penglihatan, atau perubahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags