Brilio.net - Masyarakat pada umumnya seringkali salah menganggap penyakit yang sebenarnya beda, yaitu gondok dan gondokan. Penyakit ini seringkali dianggap sama padahal beda jauh mengenai penyebab dan asal mula penyakit ini timbul. Penyakit gondok dan gondokan bisa terjadi kepada siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Melansir dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019, penyakit gondok merupakan penyakit tiroid yang paling umum terjadi di Indonesia, dengan prevalensi sekitar 1,5 persen di kalangan penduduk. Sementara penyakit gondokan menjadi urutan kedua yang paling umum di Indonesia dengan prevalensi sekitar 0,5 persen.
BACA JUGA :
Polio makin mengintai anak, kenali strategi penanggulannya dan manfaat imunisasi anak
Faktor yang memengaruhi kedua penyakit ini beragam seperti faktor genetik, lingkungan, usia dan masih banyak lagi. Penyakit gondok dan gondongan bisa berakibat pada pembengkakan di leher. Namun kedua penyakit ini memiliki perbedaan yang signifikan. Nah, dari uraian diatas dapat dilihat bahwa penyakit tersebut memiliki efek yang hampir sama. Supaya tidak tertukar dan salah tanggap berikut brilio.net merangkum dari bebragai sumber Senin, (3/6).
Apa itu gondongan?
foto: freepik.com
BACA JUGA :
8 Kelompok ini rentan terkena batu ginjal, intip risiko dan cara pencegahannya
Melansir dari National Library of Medicine menjelaskan bahwa gondongan merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak. Penyakit ini ditimbulkan oleh virus rubula yang masih termasuk dalam Paramyxoviridae. Hal ini menyebabkan pembengkakan yang sangat sakit pada kelenjar ludah parotis (Parotitis) dan menyebabkan pipi bengkak dan rahang bengkak.
Menurut Cleveland clinic, gondongan biasanya menyerang anak-anak pada usia 2 hingga 12 tahun yang belum menerima vaksin gondongan. Tidak menutup kemungkinan, penyakit satu ini bisa menyerang remaja dan dewasa yang telah divaksin. Perlu diwaspadai bahwa penyakit gondongan merupakan penyakit yang menular. Jika ada kasus seorang anak yang terkena penyakit gondongan, penyakit ini akan menular mulai dari sebelum kelenjarnya membengkak hingga sesudah membengkak.
Apa saja penyebab penyakit gondongan
Penyakit gondongan terjadi ketika terinfeksi oleh virus paramyxovirus. Penyebab penyakit gondongan bisa melalui kontak fisik dari orang lain dengan air liur yang terinfeksi atau dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang telah terinfeksi. Berikut cara orang yang terinfeksi menyebarkan virus gondongan.
- Bersin.
- Batuk.
- Berbicara.
- Menyentuh benda yang mengandung air liur yang telah terinfeksi penyakit gondongan.
- Berolahraga dengan kontak fisik.
- Menari.
Adapun orang-orang yang mudah terkena penyakit gondongan sebagai berikut.
- Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
- Orang yang melakukan perjalanan internasional.
- Orang yang tidak menerima vaksinasi terhadap virus gondongan.
Apa itu gondok?
foto: freepik.com
Penyakit gondok merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang mengalami pembengkakan abnormal. Kelenjar tiroid terletak pada di bagian bawah leher tepat dibawah jakun. Kelenjar tiroid berperan untuk menjaga metabolisme seperti pengaturan suhu tubuh, detak jantung, suasana hati dan sistem pencernaan.
Apa saja penyebab penyakit gondok
foto: freepik.com
Penyebab penyakit gondok biasanya terjadi karena kekurangan yodium. Namun ada beberapa kasus yang penyebabnya diluar dari dua tersebut. Penyebab penyakit gondok bisa dilihat sebagai berikut.
1. Kurangnya asupan yodium
Kurangnya asupan yodium dalam pola makan sehari-hari bisa mengakibatkan pembengkakan kelenjar tiroid.
2. Penyakit autoimun
Penyakit gondok bisa terjadi ketika penyakit autoimun menyerang. Penyakit autoimun seperti tiroiditis dapat menyebabkan kelenjar tiroid dan mengakibatkan gondok.
3. Produksi hormon tiroid yang tidak normal
produksi hormon tiroid yang tidak normal dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar tiroid. Kondisi ini bisa terjadi ketika kelebihan hormon tiroid (Hipertiroidisme) atau kekurangan (hipotirodisme) sehingga penyakit semacam gondok bisa timbul.
4. Nodul dalam kelenjar tiroid
Nodul bisa mengakibatkan kelenjar tiroid bengkak dan menjadi penyakit gondok.
Pengobatan penyakit gondongan
Dilansir dari NHS penanganan dan pengobatan penyakit gondongan belum ada obatnya, namun infeksi akan hilang dalam waktu 1 atau 2 minggu. Pengobatannya juga bisa dilakukan dirumah. Adapun cara pengobatan penyakit gondongan sebagai berikut:
- Banyak istirahat dan minum
- Menggunakan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan parasetamol
Perlu diingat, walaupun obat Aspirin bisa digunakan untuk obat gondongan tetapi tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 16 tahun.
- Dikompres hangat atau dingin pada kelenjar yang bengkak untuk membantu meredakan nyeri.
Pengobatan penyakit gondok
Pengobatan penyakit gondok bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada ukuran benjolan, kadar hormon tiroid dan gejala serta penyebab lainnya. Adapun cara pengobatan penyakit gondok Sebagai berikut:
- Observasi
Observasi dilakukan jika pembengkakan kelenjar berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
- Medikasi
Medikasi dilakukan dengan pemberian obat untuk mengatasi kelainan pada hormon tiroid. Obat yang bisa digunakan untuk kelainan hormon tiroid seperti Levothyroxine, antitiroid, Yodium radioaktif. Levothyroxine berfungsi untuk mengganti atau menambah kadar hormon tiroid yang kurang pada penyakit gondok dengan hipotiroidisme. Antitiroid berfungsi untuk mengatasi penyakit gondok dengan hipertiroidisme, seperti propylthiouracil atau methimazole. Yodium radioaktif berfungsi menghancurkan jaringan sel tiroid sehingga ukuran gondok mengecil. Namun, metode ini dapat menyebabkan hipotiroidisme sehingga perlu diberikan tambahan hormon dari luar (terapi hormon).
- Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar tiroid yang menghalangi jalan napas. Pembedahan ini biasanya dilakukan jika ukuran gondok cukup besar dan menyebabkan gangguan dalam bernapas, menelan, atau tidak membaik dengan obat-obatan.
- Operasi pengangkatan tiroid
Operasi dapat dilakukan ketika ukuran gondok yang membesar sehingga mempersempit jalan napas. Namun, operasi ini memiliki risiko komplikasi seperti kerusakan saraf dan kelenjar paratiroid.