Brilio.net - Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama di usia muda. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga dapat menginfeksi individu yang masih dalam masa produktif. Menurut data World Health Organization (WHO), pada 2020 terdapat 10 juta orang jatuh sakit karena TBC di seluruh dunia, dan 1,5 juta orang meninggal karena penyakit ini.
TBC juga merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di dunia serta penyebab utama kematian dari agen infeksius tunggal, melampaui HIV/AIDS. Banyak orang mengabaikan gejala-gejala awal TBC, menganggapnya sebagai batuk biasa atau kelelahan semata. Ketidaktahuan tentang faktor risiko alami tuberkulosis di usia muda sering menyebabkan keterlambatan diagnosis maupun pengobatan.
BACA JUGA :
Wabah mpox penyakit menular di Afrika mengkhawatirkan dunia, kenali penyebab dan proses penularannya
Padahal, pengenalan dini terhadap faktor-faktor risiko ini dapat membantu mencegah penyebaran penyakit hingga meningkatkan peluang kesembuhan. Nah, supaya lebih memahami apa saja faktor risiko alami tuberkulosis di usia muda, yuk simak ulasan lengkapnya seperti brilio.net sadur dari berbagai sumber, Senin (5/8).
Apa itu tuberkulosis?
foto: freepik.com
BACA JUGA :
[KUIS] Bentuk 5 bahan makanan ini mirip organ tubuh manusia, bisakah kamu menebak manfaatnya?
Tuberkulosis, yang sering disingkat sebagai TBC atau TB, merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini tak hanya menyerang paru-paru, namun juga mempengaruhi organ lain di dalam tubuh.
Mycobacterium tuberculosis ialah bakteri berbentuk batang yang bersifat tahan asam, artinya bakteri ini memiliki lapisan lilin yang melindunginya dari lingkungan luar dan membuat bakteri ini sulit untuk dihancurkan. Tuberkulosis umumnya menyebar melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, melepaskan droplet yang mengandung bakteri ke udara.
Ketika orang lain menghirup droplet ini, mereka dapat terinfeksi. Meski begitu, tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB akan mengembangkan penyakit aktif. Banyak orang memiliki apa yang disebut TB laten, di mana bakteri ada dalam tubuh mereka tetapi tidak aktif dan tidak menyebabkan gejala. Gejala umum tuberkulosis aktif meliputi batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu, kadang disertai dahak berdarah, nyeri dada, kelelahan, berat badan menurun, demam, dan keringat malam.
Namun, gejala dapat bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi. Misalnya, TB yang menyerang tulang dapat menyebabkan nyeri tulang, sedangkan TB yang mempengaruhi ginjal dapat menyebabkan darah dalam urin. Diagnosis tuberkulosis melibatkan beberapa metode, termasuk pemeriksaan fisik, tes kulit (tuberculin skin test), tes darah (interferon-gamma release assays atau IGRA), rontgen dada, dan pemeriksaan dahak.
Dalam beberapa kasus, biopsi jaringan mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis, terutama untuk TB ekstrapulmoner (TB yang menyerang organ selain paru-paru).
Faktor risiko alami tuberkulosis di usia muda
foto: freepik.com
1. Kontak langsung dengan penderita TB aktif.
Faktor risiko utama untuk tuberkulosis di usia muda yaitu melakukan kontak langsung dengan seseorang yang memiliki TB aktif, seperti anggota keluarga, teman sekamar, atau rekan kerja yang terinfeksi.
Merujuk penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases menunjukkan bahwa risiko infeksi TB meningkat hingga 10 kali lipat bagi mereka yang tinggal bersama penderita TB aktif. Usia muda, terutama remaja dan dewasa muda, sering memiliki interaksi sosial yang lebih intensif sehingga meningkatkan kemungkinan paparan terhadap bakteri TB.
2. Sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah meningkatkan risiko seseorang terkena TB. Pada usia muda, faktor-faktor seperti stres kronis, kurang tidur, dan pola makan yang buruk dapat mempengaruhi sistem imun.
Studi yang diterbitkan Journal of Immunology Research, menunjukkan bahwa stres bisa menurunkan respons imun terhadap mycobacterium tuberculosis. Selain itu, kondisi medis seperti HIV/AIDS, diabetes, atau penggunaan obat-obatan imunosupresan juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan mengalami TB.
3. Kondisi lingkungan yang kurang baik.
Lingkungan tempat tinggal yang padat, kurang ventilasi, dan sanitasi buruk meningkatkan risiko penularan TB. Banyak kaum muda, terutama di daerah perkotaan, tinggal di asrama, apartemen bersama, atau perumahan padat penduduk yang dapat mempercepat penyebaran penyakit. Menurut WHO, kepadatan hunian maupun ventilasi yang buruk bisa meningkatkan risiko penularan TB hingga 70%.
4. Malnutrisi.
Kekurangan gizi, terutama protein maupun vitamin D, ternyata bisa meningkatkan risiko terkena TB. Kebanyakan orang terlebih remaja seringkali tidak memerhatikan pola. Bahkan ada yang tidak mengonsumsi makanan dengan seimbang.
Menurut The Journal of Nutrition menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan peningkatan risiko TB aktif sebesar 70%. Malnutrisi juga dapat melemahkan sistem imun. Akibatnya membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi TB.
5. Kebiasaan merokok.
Merokok telah menjadi gaya hidup, bahkan pada beberapa kalangan anak muda rokok dianggap dapat meningkatkan nilai diri agar terlihat lebih keren. Terlebih saat ini sudah ada alternatif rokok elektrik yang membuat siapa saja secara bebas menggunakan tanpa khawatir bau di badan.
Padahal rokok seringkali menjadi salah satu penyebab meningkatkan risiko penyakit berbahaya termasuk tuberkulosis ini. Bagaimana tidak, merokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru, sementara alkohol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pada studi yang diterbitkan dalam The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko dua kali lebih tinggi terkena TB dibandingkan non-perokok.
6. Faktor genetik.
Selain faktor kebiasaan, risiko penyebab tuberkulosis juga dipengaruhi oleh genetik. Jika ada keluarga yang pernah terinfeksi penyakit ini, maka kemungkinan besar seseorang terkena juga.
7. Kondisi medis lain.
Beberapa kondisi medis yang dapat muncul di usia muda, seperti diabetes tipe 1, penyakit autoimun, atau gangguan paru-paru kronis, dapat meningkatkan risiko TB. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam "BMC Medicine" menunjukkan bahwa penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk mengembangkan TB aktif.
8. Kebersihan diri yang tidak terjaga.
Kebiasaan enggan mencuci tangan secara teratur atau bahkan tidak menjaga kebersihan tubuh bisa meningkatkan risiko terinfeksi TBC. Oleh karena itu, pentingnya menjaga kebersihan diri seperti mandi usai dari luar rumah, jangan pakai pakaian dua kali tanpa dicuci, rutin cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, dan sebagainya.