Brilio.net - Penyakit jantung kini tak lagi menyerang usia lanjut. Penyakit ini juga mengintai mereka yang masih berusia muda. Serangan jantung memiliki risiko pemicu, salah satunya adalah makanan. Serangan jantung dapat mengancam jiwa seseorang jika aliran darah ke jantung tersumbat.
Penyumbatan biasanya merupakan hasil dari penumpukan lemak, kolesterol, dan zat-zat lain yang membentuk plak di arteri yang memberi makan jantung (arteri koroner).
BACA JUGA :
Ini alasan kenapa rutin olahraga tetap kena serangan jantung
Dilansir dari Express, makan makanan tidak sehat dan tinggi lemak dapat membuat seseorang terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Makanan tinggi lemak jenuh diyakini sebagai penyebab terburuk karena makan tersebut dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah, yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan penyakit jantung koroner.
BACA JUGA :
Orang sehat juga berisiko serangan jantung, ini penyebabnya
foto: liputan6.com
Sebuah penelitian di Northwestern Medicine terhadap hampir 30 ribu orang melaporkan, orang dewasa yang makan lebih banyak telur dan yang mengandung kolesterol jahat memiliki risiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi serta penyebab kematian.
"Pesannya adalah ini benar-benar tentang kolesterol, yang kebetulan mengandung banyak telur dan khususnya kuning telur," kata penulis studi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Norrina Allen seperti dikutip brilio.net dari liputan6.com, Kamis (20/2).
"Orang perlu mengonsumsi jumlah kolesterol yang lebih rendah. Orang yang mengonsumsi lebih sedikit kolesterol memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung, " lanjutnya.
Para peneliti dari European Society of Cardiology juga telah menemukan bahwa terlalu banyak dan sering mengonsumsi makanan cepat saji dapat berdampak langsung pada kesehatan konsumen, dengan tingkat serangan jantung yang cenderung tinggi.
"Penyakit jantung iskemia, termasuk serangan jantung, adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia," kata peneliti Tarunpreet Saluja.