Brilio.net - Blantika musik dunia digemparkan dengan kabar dari Ariana Grande. Bukan soal karya dan kariernya di dunia musik, melainkan kondisi kesehatannya. Melalui Instagram Story, pelantun tembang '7 rings' ini mengumumkan bahwa dirinya mengidap penyakit Post-traumatic stress disorder (PTSD). Ariana mengunggah hasil scan bagian kepala yang menunjukkan adanya gejala penyakit PTSD.
BACA JUGA :
Gara-gara salah ejaan, tato Ariana Grande ini tuai cibiran
foto: Instagram/ @arianagrande
Pada 2018 lalu, Ariana sempat curhat dalam acara British Vogue edisi Juni 2018. Ia mengungkapkan kesedihannya yang begitu dalam terhadap kesehatannya. PTSD sendiri merupakan gangguan mental yang disebabkan oleh peristiwa mengerikan, baik yang dialami atau yang disaksikan. Salah satu gejalanya adalah mimpi buruk yang berisi kilas balik peristiwa mengerikan.
Untuk mengetahui jauh terkait penyakit PTSD, brilio.net telah merangkum informasinya dari berbagai sumber pada Senin (15/4). Mari kenali penyakit gangguan kecemasan yang dialami oleh Ariana Grande.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) merupakan penyakit yang ditimbulkan setelah mengalami kejadian traumatis. Charles B Nemeroff, profesor kesehatan jiwa dari University of Texas ini menyebutkan PTSD merupakan gangguan kecemasan yang muncul setelah melihat atau terlibat dengan kejadian traumatis.
Gangguan kecemasan PTSD sendiri membuat otak mengalami perubahan. Diketahui, Ariana Grande mengalami PTSD semenjak kejadian bom bunuh pada konsernya di Manchester, Inggris tahun 2017 lalu. Sejak kejadian itu, Ariana mulai mengalami kecemasan.
Adapun gejala dari penyakit Post-traumatic stress disorder (PTSD) antara lain:
1. Ingatan yang terus mengganggu.
BACA JUGA :
6 Fakta lagu Ariana Grande 'Thank U, Next' raih no. 1 Billboard
foto: freepik.com
Ingatan yang datang terus menerus bisa menjadi gejala pertama PTSD. Ingatan tersebut bersifat mengerikan, baik yang dialami maupun yang pernah disaksikan. Selain itu, kesedihan yang mendalam juga termasuk gejala awal.
2. Merasa khawatir berlebihan.
Penderita akan melakukan penghindaran dari tempat, kondisi, lingkungan yang ia anggap berbahaya bagi dirinya. PTSD juga memengaruhi suasana hati sang penderita.
3. Perubahan negatif.
Penderita PTSD mengalami keputusasaan terhadap masa depan. Akibatnya, sang penderita susah mempertahankan hubungan dekat. Selain itu, penderita selalu merasa jauh dengan keluarga dan teman baik, merasa emosinya mati dan kurangnya menikmati aktivitas yang sebelumnya disukai.
4. Mulai mengalami susah tidur hingga mudah marah.
foto: freepik.com
Perubahan reaksi dan fisik meliputi susah tidur, mengemudi terlalu cepat, mudah marah, merusak diri sendiri hingga ingin bunuh diri. Namun, tidak semua penderita berlaku merugikan orang lain. Beberapa penelitian mengatakan bahwa kurang dari delapan persen penderita yang melakukan tindak agresif.
5. PTSD tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan.
Sejauh ini, dunia medis menyatakan bahwa penyakit PTSD tidak dapat disembuhkan. Namun, penyakit bisa dikurangi dengan pengurangan tingkat depresi. Penderita dianjurkan mengonsumsi obat anti depresi dan sesekali obat tekanan darah. Penanganan juga dapat dilakukan dengan psikoterapi.
Penderita PTSD disarankan ke dokter bila mengalami gejala-gejala di atas dalam kurun waktu lebih dari satu bulan. Penderita juga harus berkonsultasi ke dokter jika sudah merasa tidak dapat mengendalikan hidupnya. Kemungkinan gejala akan semakin parah jika tak diatasi dengan cepat. Terapi dapat dilakukan dengan memahami apa yang tengah terjadi dalam tubuh sang penderita.