Brilio.net - Kecelakaan yang diduga akibat microsleep belum lama ini merenggut nyawa tiga kru TVOne di Tol Pemalang-Batang. Peristiwa ini terjadi saat sebuah truk ekspedisi Rosalia Indah menabrak mobil rombongan yang sedang berhenti di bahu jalan.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menyatakan bahwa sopir truk tersebut kemungkinan mengalami microsleep atau tidur sejenak ketika mengemudi, yang membuatnya kehilangan kendali. Insiden ini mengingatkan akan bahaya microsleep, khususnya saat berada di balik kemudi kendaraan.
BACA JUGA :
5 Fakta microsleep yang bikin pengendara harus lebih waspada
Microsleep merupakan kondisi di mana seseorang tertidur secara singkat, biasanya hanya beberapa detik, tanpa disadari. Pada situasi berkendara, tidur sejenak ini bisa memicu kecelakaan fatal karena hilangnya fokus dalam sekejap. Banyak pengendara yang tidak menyadari bahwa microsleep bisa terjadi kapan saja, terutama saat tubuh merasa lelah atau kurang tidur.
Bahaya yang dihadirkan tidak main-main karena hanya dalam beberapa detik, kendaraan bisa melaju tanpa kendali. Untuk memahami lebih dalam mengenai fenomena ini, penting mengetahui penyebab, gejala, serta cara mengatasinya. Nah, berikut rangkumannya seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (1/11).
Penyebab microsleep
BACA JUGA :
Tak hanya mengganggu penampilan, 7 risiko kesehatan akibat psoriasis
foto: freepik.com
1. Kurang tidur.
Kurang tidur menjadi penyebab utama microsleep. Tubuh yang kekurangan waktu istirahat akan mencoba "memaksakan" tidur, meski hanya sejenak, saat tubuh dalam kondisi sangat lelah. Tidur yang kurang dari 7 jam per malam meningkatkan risiko microsleep terutama dalam aktivitas berisiko tinggi seperti berkendara.
2. Tugas yang membosankan.
Aktivitas yang monoton dan membosankan, seperti mengemudi di jalan tol yang lurus dan panjang, dapat memicu rasa kantuk. Tubuh akan lebih mudah masuk ke kondisi tidur singkat saat otak tidak terstimulasi oleh hal-hal baru atau menarik.
3. Kelelahan mental dan fisik.
Rasa lelah yang berkepanjangan, baik fisik maupun mental juga bisa mengakibatkan microsleep. Ketika tubuh sudah terlalu letih, ada dorongan alami untuk istirahat. Jika tidak dipenuhi dapat menyebabkan microsleep mendadak.
4. Berkendara di malam hari.
Mengemudi di malam hari ketika ritme sirkadian tubuh (jam biologis) sudah terbiasa untuk beristirahat meningkatkan risiko microsleep. Pada malam hari, tubuh secara alami ingin beristirahat, dan memaksakan berkendara pada jam ini bisa berakibat fatal.
5. Penyakit diabetes.
Penderita diabetes sering mengalami fluktuasi kadar gula darah yang dapat menyebabkan rasa kantuk. Kondisi ini dapat mengurangi fokus dan perhatian saat berkendara, sehingga meningkatkan risiko microsleep.
6. Tekanan darah tinggi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat berpengaruh pada kondisi tubuh secara keseluruhan, termasuk sistem saraf. Ketidakstabilan tekanan darah dapat menyebabkan kelelahan dan mengantuk, sehingga mengancam keselamatan saat berkendara.
7. Efek samping obat tertentu.
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang dapat menginduksi rasa kantuk. Pengemudi yang mengonsumsi obat-obatan tersebut harus sangat berhati-hati karena risiko microsleep menjadi lebih tinggi.
8. Kegemukan.
Individu dengan berat badan berlebih sering mengalami masalah tidur, seperti sleep apnea. Gangguan tidur ini dapat menyebabkan kantuk yang berlebihan di siang hari dan meningkatkan risiko microsleep saat berkendara.
Gejala microsleep
foto: freepik.com/senivpetro
1. Kedipan mata yang tidak teratur.
Kedipan mata menjadi lebih lambat dan tidak teratur ketika seseorang mulai memasuki kondisi microsleep. Mata terasa berat dan sulit untuk tetap terbuka, menandakan tubuh berusaha untuk tidur sejenak.
2. Kehilangan fokus atau lupa sesaat.
Seseorang yang mengalami microsleep mungkin mendadak kehilangan fokus, bahkan tidak sadar dengan jalan yang sudah dilalui dalam beberapa detik. Hal ini disebabkan oleh "tidur sejenak" yang menyebabkan hilangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
3. Menguap terus-menerus.
Sering menguap adalah salah satu tanda tubuh menginginkan istirahat. Jika ini terjadi berkali-kali saat berkendara, ini adalah sinyal bahwa tubuh mendekati kondisi microsleep.
4. Kepala tersentak.
Seringkali, orang yang mengalami microsleep mengalami gerakan tersentak pada kepala atau leher ketika otak secara otomatis terjaga dari kondisi tidur sejenak. Ini merupakan salah satu tanda utama bahwa seseorang hampir tertidur.
Cara mengatasi dan mencegah microsleep
foto: freepik.com/senivpetro
1. Cukup tidur sebelum berkendara.
Mengatur waktu tidur yang cukup sebelum perjalanan jauh menjadi langkah pencegahan utama. Usahakan tidur minimal 7-8 jam, terutama jika harus berkendara dalam jangka waktu lama. Dengan tidur yang cukup, tubuh lebih siap untuk beraktivitas.
2. Istirahat secara berkala.
Mengemudi untuk jangka waktu lama bisa menyebabkan kelelahan. Berhenti sejenak setiap dua jam untuk meregangkan otot dan mengambil napas segar. Istirahat ini dapat membantu tubuh kembali segar dan waspada.
3. Jangan mengemudi di bawah pengaruh obat penenang.
Jika sedang mengonsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk, sebaiknya hindari berkendara. Beberapa obat penenang atau antihistamin memiliki efek samping yang memicu kantuk dan menurunkan kewaspadaan.
4. Konsumsi kafein dengan bijak.
Kafein dapat membantu menambah kewaspadaan dalam jangka pendek. Kopi atau minuman berenergi bisa membantu mencegah kantuk, namun efeknya bersifat sementara. Jangan hanya mengandalkan kafein tanpa istirahat yang cukup.
5. Gunakan stimulus eksternal.
Menghidupkan musik yang cukup keras atau mengatur suhu kabin menjadi lebih dingin dapat membantu menstimulasi otak agar tetap terjaga. Ini bisa menjadi langkah sementara untuk mencegah kantuk, namun tetap harus diimbangi dengan istirahat berkala.
6. Berbagi tugas mengemudi.
Jika memungkinkan, bergantian mengemudi dengan teman atau keluarga saat perjalanan panjang. Dengan berbagi tugas, risiko kelelahan berkurang dan semua pengendara tetap berada dalam kondisi yang lebih segar.