Brilio.net - Mikroplastik, partikel plastik berukuran sangat kecil yang berasal dari berbagai produk plastik yang terurai, kini semakin banyak ditemukan di berbagai aspek lingkungan kita. Temuan terbaru yang mengejutkan adalah mikroplastik ditemukan di otak manusia.
Seiring dengan meningkatnya produksi dan penggunaan plastik di seluruh dunia, mikroplastik menjadi polutan lingkungan yang signifikan. Partikel ini berasal dari berbagai sumber, termasuk barang-barang sehari-hari seperti botol air, pakaian sintetis, dan kosmetik. Ketika plastik terurai, ia membentuk partikel mikro yang sangat kecil dan mudah menyebar ke dalam ekosistem.
BACA JUGA :
Percepat penyembuhan, 9 buah ini dikenal ampuh redakan penyakit cacar
Penelitian terbaru oleh Matthew Campen, seorang ahli toksikologi dan profesor ilmu farmasi di Universitas New Mexico, menyatakan bahwa temuan ini sangat memprihatinkan.
"Ada jauh lebih banyak plastik di otak kita daripada yang pernah saya bayangkan atau yang saya rasa nyaman. Saya tidak tahu berapa banyak lagi plastik yang dapat dimasukkan ke dalam otak kita tanpa menimbulkan masalah," ucap Campen, dikutip brilio.net dari People, Rabu (28/8).
Riset Campen yang lain memeriksa 12 sampel otak dari individu yang meninggal karena demensia, termasuk penyakit Alzheimer. Ia menemukan bahwa otak pasien tersebut mengandung mikroplastik dengan konsentrasi 10 kali lebih tinggi, berdasarkan beratnya, dibandingkan dengan sampel otak yang sehat.
BACA JUGA :
Aktivitas di ruang publik tetap aman, ini 8 cara melindungi diri dari penularan virus mpox
Selain itu, selama delapan tahun dari 2016 hingga 2024, sampel otak menunjukkan total mikroplastik 50 persen lebih tinggi, yang mencerminkan peningkatan serupa dalam jumlah mikroplastik yang ada di lingkungan. "Anda dapat melihat pola ini jumlah mikroplastik akan terus meningkat seiring waktu. Ini konsisten dengan tren yang terlihat di lingkungan sekitar," tambahnya.
Penelitian ini menegaskan bahwa mikroplastik semakin banyak masuk ke dalam tubuh manusia. Temuan ini sejalan dengan penelitian dari National Institutes of Health yang dipublikasikan pada Mei 2024, yang menunjukkan bahwa rata-rata 91 sampel otak mengandung mikroplastik sekitar 10 hingga 20 kali lebih banyak dibandingkan organ lainnya, seperti hati dan ginjal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa otak adalah salah satu jaringan yang paling banyak tercemar plastik.
Risiko kesehatan akibat keberadaan mikroplastik di otak manusia masih dalam tahap penelitian awal, namun beberapa studi telah mengidentifikasi potensi dampak negatif. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Environmental Science & Technology menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menimbulkan peradangan dan stres oksidatif di otak, yang dapat berkontribusi pada gangguan neurologis dan penyakit neurodegeneratif.
Dampak jangka panjang dari paparan mikroplastik pada kesehatan otak manusia masih perlu diteliti lebih lanjut, namun hasil awal ini memberikan gambaran tentang kemungkinan risiko yang dihadapi. Brilio.net memberikan penjelasan mengenai penyebab, risiko, dan dampak mikroplastik di otak manusia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/8).
Penyebab keberadaan mikroplastik di otak manusia
foto: freepik.com
Kehadiran mikroplastik di otak manusia disebabkan oleh beberapa faktor utama:
1. Paparan lingkungan
Mikroplastik tersebar luas di lingkungan, termasuk udara, air, dan makanan. Penelitian oleh Ragusa dengan tajuk Plasticenta: First evidence of microplastics in human placenta. Environment International, (2021), menemukan mikroplastik dalam plasenta manusia, menunjukkan kemampuan partikel ini menembus barrier plasenta.
2. Inhalasi
Partikel mikroplastik di udara dapat terhirup dan masuk ke aliran darah melalui paru-paru. Studi oleh Zhang dengan judul A Review of Microplastics in Table Salt, Drinking Water, and Air: Direct Human Exposure (2020) mendeteksi mikroplastik dalam sampel udara perkotaan, menunjukkan potensi paparan melalui inhalasi.
3. Konsumsi makanan dan minuman
Mikroplastik telah ditemukan dalam berbagai produk makanan dan minuman, termasuk air kemasan. Penelitian oleh Cox dengan judul Human Consumption of Microplastics. Environmental Science & Technology, (2019), memperkirakan konsumsi tahunan mikroplastik manusia mencapai 39.000 hingga 52.000 partikel.
4. Penetrasi barrier darah-otak
Meskipun barrier darah-otak sangat selektif, partikel mikroplastik yang sangat kecil dapat menembusnya. Studi oleh Gopinath denagn judul Assessment on interactive prospective of nanoplastics with human serum albumin and induced hemolysis. Scientific Reports,(2019) menunjukkan bahwa nanopartikel plastik dapat menembus sel-sel endotel otak in vitro.
Risiko dan dampak kesehatan
foto: freepik.com
Keberadaan mikroplastik di otak manusia menimbulkan beberapa risiko dan dampak kesehatan:
1. Inflamasi
Mikroplastik dapat memicu respons inflamasi di otak. Penelitian oleh Deng, Tissue accumulation of microplastics in mice and biomarker responses suggest widespread health risks of exposure. Scientific Reports, (2020) mengungkapkan bahwa penelitian kepada tikus terlihat paparan mikroplastik meningkatkan penanda inflamasi di otak.
2. Stres oksidatif
Partikel mikroplastik dapat menginduksi stres oksidatif, yang berpotensi merusak sel-sel otak. Studi oleh Schirinzi, Cytotoxic effects of commonly used nanomaterials and microplastics on cerebral and epithelial human cells. Environmental Research, (2017) menunjukkan bahwa mikroplastik meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif dalam sel manusia in vitro.
3. Gangguan fungsi saraf
Mikroplastik dapat mengganggu sinyal saraf dan fungsi neurotransmitter. Penelitian oleh Rafiee dengan tajuk Neurobehavioral assessment of rats exposed to pristine polystyrene nanoplastics upon oral exposure, (2018) menjelaskan bahwa nanopartikel plastik dapat mempengaruhi viabilitas dan fungsi sel saraf.
4. Akumulasi jangka panjang
Potensi akumulasi mikroplastik di otak selama bertahun-tahun dapat menyebabkan efek toksik kronis. Studi longitudinal oleh Xu dengan tajuk Microplastics in aquatic environments: Occurrence, accumulation, and biological effects. Science of The Total Environment, (2020) pada ikan menunjukkan akumulasi mikroplastik di otak seiring waktu.
5. Gangguan perkembangan otak
Pada janin dan anak-anak, paparan mikroplastik dapat mengganggu perkembangan otak normal. Penelitian oleh Fournier dengan judul Nanoplastics impair placental and fetal development in rats. Particle and Fibre Toxicology, (2020) menunjukkan potensi dampak neurotoksik mikroplastik pada perkembangan otak.
Langkah pencegahan dan mitigasi
foto: freepik.com
Meskipun penelitian tentang dampak mikroplastik di otak masih berlangsung, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi paparan:
1. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
Cara ini dapat menurunkan jumlah mikroplastik yang dihasilkan. Studi oleh Jambeck dengan tajuk Plastic waste inputs from land into the ocean. Science, (2015) menunjukkan hubungan antara konsumsi plastik dan polusi mikroplastik.
2. Menggunakan filter air
Filter air berkualitas tinggi dapat mengurangi mikroplastik dalam air minum. Penelitian oleh Pivokonsky dengan judul Occurrence of microplastics in raw and treated drinking water. Science of The Total Environment, (2018) menunjukkan efektivitas beberapa metode filtrasi dalam menghilangkan mikroplastik .
3. Meningkatkan kesadaran dan kebijakan
Edukasi publik dan regulasi yang lebih ketat tentang produksi plastik dapat membantu mengurangi paparan mikroplastik. Studi oleh Xanthos & Walker dengan tajuk International policies to reduce plastic marine pollution from single-use plastics (plastic bags and microbeads): A review. Marine Pollution Bulletin,(2017) membahas efektivitas kebijakan dalam mengurangi polusi plastik.
4. Mendukung penelitian lebih lanjut
Investasi dalam penelitian tentang dampak mikroplastik pada kesehatan manusia sangat penting. Sebagaimana digarisbawahi oleh Wright & Kelly dengan tajuk Plastic and Human Health: A Micro Issue? Environmental Science & Technology,(2017), masih banyak yang perlu dipelajari tentang efek jangka panjang mikroplastik pada kesehatan manusia.