Gejala-gejala baru virus corona menjadi pertanda seseorang terus saja bermunculan. Beberapa gejala baru itu di antaranya adalah radang dingin (frostbite), gatal-gatal, dan kulit kemerahan yang menyakitkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Persatuan Ahli Dermatologi dan Venereologi Nasional (SNDV) di Prancis. Mereka adalah kumpulan dokter ahli penyakit kulit dan kelamin menular.
BACA JUGA :
Cerita lansia donasikan tabungan Rp 550 juta demi lawan corona
Dalam siaran pers SNDV disebutkan para dokter banyak menerima laporan kasus dengan gejala tersebut di atas pada pasien Covid-19.
Dikutip dari laman JPost, ini berarti orang bisa terinfeksi virus corona tanpa menunjukkan gejala pernapasan, tapi mengalami masalah kulit.
Melalui grup WhatsApp, sebanyak lebih dari 400 ahli dermatologi di SNDV membahas kasus pasien Covid-19 yang menunjukkan gejala memiliki masalah kulit setelah terinfeksi virus corona.
BACA JUGA :
Lansia ini donasikan tabungan Rp 550 juta demi lawan corona
Namun, Jerome Salomon, yang menjadi Direktur Jenderal Kesehatan Prancis, membantah bahwa gatal-gatal menjadi salah satu gejala baru pasien yang positif Covid-19.
"Itu di luar pengetahuan saya. Tidak banyak yang diketahui tentang virus corona ini. Dari aspek dermatologi, saya juga tidak pernah membaca publikasinya," kata Salomon kepada Le Figaro.
Sebelumnya, berbagai gejala baru terkait infeksi virus corona telah ditemukan selama sebulan terakhir. Beberapa kasus positif Covid-19 bahkan tidak menunjukkan adanya gejala yang menyerang pernapasan seperti yang terlihat selama ini.
Pada akhir Maret, British Rhinological Society dan American Academy of Otolaryngology yang membahas masalah operasi pada leher dan kepala juga menemukan gejala baru Covid-19.
Mereka melaporkan bukti informal yang menunjukkan bahwa hilangnya daya penciuman dan perasa bisa menjadi gejala Covid-19.
Laporan dari berbagai negara telah mengindikasikan bahwa sejumlah besar pasien Covid-19 juga mengalami anosmia, kehilangan indera penciuman, dan ageusia, penurunan indera perasa, menurut The New York Times.
Para profesional medis tidak yakin apa yang menyebabkan hilangnya indera penciuman dan perasa ini.
Beberapa virus diyakini telah merusak sel atau reseptor sel di hidung. Sementara yang lain menginfeksi otak melalui saraf sensor penciuman.
Kemampuan menginfeksi otak dapat menjelaskan beberapa kasus kegagalan pernapasan pada pasien Covid-19. Bukti ini menunjukkan bahwa virus corona dapat menyerang sistem saraf pusat.
Beberapa pasien Covid-19 juga mengalami masalah neurologis, termasuk kebingungan, stroke dan kejang, menurut Times.
Selain itu juga dilaporkan bahwa pasien Covid-19 mengalami acroparesthesia (kesemutan atau mati rasa di kaki dan tangan). Sedangkan yang lain menderita gejala serangan jantung serius, tetapi tanpa penyumbatan pembuluh darah.
Penelitian terhadap banyaknya gejala ini masih belum bisa dilakukan secara menyeluruh. Karena para ilmuwan masih sibuk mencari vaksin atau obat bagi virus corona ini.