Brilio.net - Bukan hal tabu lagi bila wanita yang melalui proses kehamilan hingga melahirkan kemungkinan bisa mengalami depresi hingga baby blues yang mengganggu kesehariannya. Perubahan-perubahan usai menjadi ibu ini juga dialami Nikita Willy.
Ketika menjadi narasumber di kanal YouTube Denny Sumargo beberapa waktu lalu, Nikita Willy mengakui bahwa perubahan pasca melahirkan tentu dialaminya termasuk sempat mengalami brain fog atau mom brain.
BACA JUGA :
7 Makanan penyebab kentut jadi bau dan lebih sering, hati-hati konsumsi berlebihan
"Jujur saja semenjak aku menjadi ibu sekarang ini, aku lebih sensitif. Aku lebih suka kadang-kadang dapat mom brain fog, gitu-gitu lho," ujarnya.
Ketika mengalami brain fog, Nikita sempat membaca komentar warganet baik yang bernada positif maupun negatif membuatnya mudah tersulut emosi bahkan tak jarang membuatnya sakit hati. Alhasil, Nikita pernah menjauh dari media sosial pasalnya hal-hal kecil sekalipun bisa membuatnya begitu sensitif.
Lantas apa itu brain fog yang dialami Nikita Willy ini? Supaya makin paham apa itu brain fog, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (11/6)
BACA JUGA :
Jangan dibiasakan, ini bahaya minum teh setelah makan bagi kesehatan, serta saran minuman penggantinya
Apa itu brain fog?
foto: freepik.com
Brain fog merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang seperti kesulitan fokus, kelelahan, kehilangan alur pikiran, lambat mencerna informasi, atau bahkan kesulitan dalam mengingat hal-hal secara detail. Menurut English Dictionary brain fog atau kabut otak menjadi kondisi berkurangnya kapasitas mental seseorang yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk konsentrasi, berpikir, atau berpikir secara logis.
Menyadur dari Every Health, penggunaan istilah brain fog berasal dari kata brain fag yakni frasa yang diciptakan pada tahun 1850 oleh dokter asal Inggris bernama James Tunstall, yang melakukan penelitian terhadap orang-orang yang bekerja menggunakan otaknya 'brain workers' contohnya pengacara, penulis, guru, maupun siswa. Penelitian tersebut berkaitan dengan proses belajar atau berpikir secara berlebihan bisa berpengaruh pada kondisi mental seseorang atau tidak.
Alhasil pada tahun 1960-an adanya sindrom 'brain fag' dikategorikan sebagai DSM-4 atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental untuk menggambarkan tekanan akademis yang dialami orang-orang dengan profesi mengandalkan pikiran tadi. Istilah ini terus berkembang dan digunakan untuk menggambarkan gejala akibat kelelahan pada masyarakat modern.
Penyebab brain fog.
foto: freepik.com
Melansir dari laman Healthline dan Every Health, menjelaskan terdapat beberapa penyebab brain fog, diantaranya:
1. Hormon.
Salah satu penyebab terjadinya brain fog yakni perubahan hormon yang terjadi pada saat kehamilan maupun proses menopause. Pada wanita hamil kadar progesteron dan estrogen terus meningkat selama kehamilan sehingga perubahan tersebut mempengaruhi memori otak dan menyebabkan gangguan kognitif jangka pendek.
Demikian pula, jika terjadi penurunan kadar estrogen selama menopause bisa menyebabkan mudah lupa, sulit konsentrasi, dan pikiran yang kalang kabut.
2. Stres.
Ketika stres tekanan darah meningkat sehingga melemahkan kekebalan tubuh. Alhasil picu depresi yang bisa membuat seseorang mengalami kelelahan secara mental. Apabila otak mengalami kelelahan maka bisa membuat kamu sulit berpikir, menalar sesuatu atau bahkan fokus pada satu hal.
3. Kurang tidur.
Brain fog bisa terjadi ketika seseorang kurang tidur. Pasalnya bisa mengganggu fungsi otak bekerja dengan baik. Selama sehari kamu butuh tidur selama 8-9 jam. Jika kurang tidur bisa memicu kamu nggak bisa konsentrasi sekaligus pikiran jadi keruh.
4. Pola makan.
Pola makan juga berpengaruh pada brain fog. Konsumsi vitamin B12 mendukung fungsi otak menjadi lebih sehat. Apabila kekurangan vitamin B12 bisa memengaruhi fungsi kognitif otak yang sebab brain fog atau kabut otak. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan sehat.
5. Obat-obatan tertentu.
Brain fog bisa dipicu ketika kamu konsumsi obat tertentu misalnya efek samping dari obat tidur, obat pereda nyeri, atau yang sedang jalani kemoterapi berpotensi alami brain fog.
6. Kondisi media tertentu.
Penyebab terakhir berkaitan dengan kondisi medis tertentu yang dialami seseorang. Ketika mengalami kondisi medis seperti anemia, depresi, diabetes, migrain, hipotiroid, autoimun, covid-19 dan dehidrasi. Kondisi ini berhubungan dengan peradangan, kelelahan, atau perubahan kadar glukosa darah yang menyebabkan kelelahan mental.
Gejala brain fog.
foto: freepik.com
Disadur dari Medical News Today, orang yang mengalami brain fog atau kabut otak memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1. Sering merasa bingung
2. Merasa lelah
3. Sulit berpikir cepat dan butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugas sehari-hari bahkan pada tugas sederhana sekalipun.
4. Mudah terganggu atau sensitif.
5. Mengalami kesulitan dalam mengatur pikiran.
6. Mudah lupa atau terkadang sering kehilangan pemikiran sendiri.
7. Sulit menemukan kosakata.
8. Pada beberapa kasus bisa menyebabkan gejala sakit kepala dan kelelahan secara mental.
Cara mengatasi brain fog.
foto: freepik.com
Dilansir dari laman Healthline, untuk mengatasi brain fog nggak sulit, kamu bisa mengikuti langkah sederhana ini, meliputi:
1. Tidur yang cukup
Sebelum tidur, pastikan hindari penggunaan ponsel sebelum tidur supaya tidur lebih berkualitas. Tidur yang cukup penting untuk otak maupun tubuh seseorang. Ketika tidur tubuh meregenerasi tubuh lalu membersihkan racun tubuh yang berpotensi memicu brain fog.
2. Mencoba hal baru.
Norepinefrin menjadi salah satu produksi zat kimia di otak. Zat inilah yang merangsang otak bekerja dengan baik sehingga menurunkan risiko terkena brain fog. Mencoba hal-hal baru bisa meningkatkan zat ini.
3. Jangan multitasking.
Multitasking cukup menguras energi, bukannya menyelesaikan pekerjaan malah justru bikin kamu sulit fokus. Jadi, coba deh fokus pada satu hal saja dalam menyelesaikan sesuatu.
4. Rutin olahraga.
Ketika berolahraga bisa mengatasi brain fog sehingga mampu melancarkan sirkulasi darah serta mengoptimalkan proses regenerasi sel saraf di dalam otak. Karena itu, kamu sangat dianjurkan untuk berolahraga selama 30 menit setiap harinya.