Brilio.net - Banyak orang yang beranggapan bila telapak tangan seseorang sering basah karena keringat, itu merupakan salah satu gejala paru-paru basah. Ternyata asumsi ini tidak selalu tepat, lho. Sering berkeringat dan telapak tangan basah bukan cuma gejala paru-paru basah, bisa jadi gejala dari penyakit hiperhidrosis.
Dilansir dari nhsinform.scot, hiperhidrosis adalah suatu kondisi umum di mana seseorang berkeringat berlebihan, baik diseluruh tubuh maupun di area tertentu.
BACA JUGA :
Cuma pakai 2 bahan dapur, ini cara melembutkan telapak tangan kering agar kembali halus
Gejala utama hiperhidrosis adalah keringat berlebih. Hal ini lebih dari sekadar berkeringat karena berada di lingkungan yang panas, berolahraga, merasa cemas atau stres. Hiperhidrosis biasanya menyerang tangan, kaki, ketiak, atau wajah.
Penyakit hiperhidrosis sangatlah menganggu penderitanya. Selain karena faktor kenyamanan, faktor sosial juga ikut terdampak. Pakaian yang basah di area tertentu, juga disertai dengan bau badan, turut memperburuk kondisi ini.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui informasi seputar pengertian, gejala, serta cara mengatasi penyakit hiperhidrosis. Jika kamu tertarik, silahkan baca informasi di bawah ini.
BACA JUGA :
Tak pakai aloe vera gel, ini cara meredam rasa gatal akibat biang keringat dengan 1 jenis tepung
Berikut pengertian, gejala, serta cara mengatasi penyakit hiperhidrosis. Seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (14/5).
Pengertian penyakit hiperhidrosis.
Menyadur dari laman resmi National Library of Medicine, Hiperhidrosis adalah kelainan keringat berlebihan akibat stimulasi berlebihan pada reseptor kolinergik pada kelenjar ekrin. Gangguan ini ditandai dengan keringat melebihi jumlah yang digunakan tubuh untuk pengaturan suhu homestatis.
Ada dua jenis utama hiperhidrosis. Pertama, hiperhidrosis primer. Penyakit ini adalah bentuk yang paling umum, di mana keringat berlebih biasanya terjadi di area tertentu seperti tangan, kaki, ketiak, atau wajah. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, namun sering kali ada kecenderungan genetik.
Kedua, hiperhidrosis sekunder. Penyakit ini terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain, seperti gangguan tiroid, diabetes, menopause, infeksi, atau penggunaan obat tertentu. Keringat berlebih dalam jenis ini cenderung terjadi di seluruh tubuh.
Gejala penyakit hiperhidrosis.
Mengutip dari laman Cleveland Clinic, gejala utama hiperhidrosis adalah berkeringat. Saat berkeringat, kamu mungkin juga merasakan:
- Basah di permukaan kulit.
- Pakaian cepat lembap.
- Butir-butir cairan menetes dari pipi atau dahi.
- Rasa gatal dan peradangan saat keringat mengiritasi kulit.
- Bau badan, yang terjadi ketika bakteri di kulit bercampur dengan partikel keringat.
- Kulit kaki pecah-pecah atau terkelupas.
Gejala hiperhidrosis bisa bervariasi tingkat keparahannya. Kamu bisa saja merasakan gejala ringan yang datang dan pergi, begitu juga sebaliknya.
Cara mengatasi hiperhidrosis.
Dilansir dari Cleveland Clinic, perawatan hiperhidrosis dapat melibatkan berbagai pendekatan, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab kondisi tersebut. Penyedia layanan kesehatan atau dokter kulit dapat membantu menemukan pilihan pengobatan yang tepat untuk kamu.
Kendati demikian, kamu bisa mengatasi gejala hiperhidrosis di rumah dengan melakukan beberapa aktivitas ini:
- menggunakan antiperspiran dan deodoran. Deodoran terbaik untuk hiperhidrosis adalah produk berbahan dasar aluminium.
- Mandi atau berendam lebih sering.
- Mengenakan pakaian yang menyerap keringat, misalnya seperti katun.
- Hindari menggunakan baju atau kain dari bahan campuran dan poliester.
Itulah pengertian, gejala, serta cara mengatasi penyakit hiperhidrosis. Jika kamu mengalami hiperhidrosis, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis dermatologi. Mereka dapat menentukan penyebab pasti dan merekomendasikan perawatan yang paling sesuai, berdasarkan kondisi dan kebutuhan spesifik kamu. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
(Magang/Zidan Fajri)