Brilio.net - Sejak Pemerintah Indonesia mengumumkan adanya pasien positif pada 2 Maret 2020, jumlah pasien positif masih terus bertambah. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih diberlakukan untuk mengurangi penyebaran virus corona Covid-19.
Pasalnya hingga saat ini jumlah pasien positif corona terus bertambah dan belum juga ditemukan vaksin corona. Sehingga masyarakat diminta untuk tetap di rumah saja dan menjaga daya tahan tubuh agar tetap baik.
BACA JUGA :
Kerap ngantuk dan lemas saat puasa? Ini 8 cara mengatasinya
Merebaknya virus tersebut berbarengan dengan bulan Ramadhan, di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Ini perlu menjadi perhatian khusus.
"Pada saat puasa di masa Covid-19, orang tetap harus waspada terhadap penularan penyakit, sehingga dari segi ibadah, sekarang juga dibatasi. Jadi, kita memang harus lebih meningkatkan lagi daya tahan tubuh," kata Dokter Spesialis Paru Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam siaran pers Curcuma Plus yang diterima Brilio.net, Senin (11/5).
Walaupun memang menurut Dr. Erlina bahwa puasa tidak terlalu berefek pada ketahanan tubuh atau sistem imun karena orang tetap makan dan minum. Perbedaannya adalah pada waktu makan dan minumnya.
BACA JUGA :
4 Fakta potensi eucalyptus jadi antivirus corona, bisa bunuh H5N1
Dalam bulan puasa orang tidak bisa makan sepanjang waktu. Namun hanya bisa makan di malam hari, sejak saat buka puasa sampai dengan saat sahur.
Oleh karena itu, upaya pencegahan pada masa Covid-19 termasuk di bulan Ramadan ini dan pandemi tidak berbeda, yaitu antara lain dengan social distancing, physical distancing, pakai masker, cuci tangan, kemudian hidup bersih dan sehat.
Hidup sehat artinya makan teratur, mengonsumsi nutrisi yang baik, jangan begadang, tidak merokok, dan lainnya. Virus ini harus dilawan dengan imunitas yang baik dan nutrisi yang baik itu akan meningkatkan sistem imun.
Menurutnya, nutrisi sangat penting untuk meningkatkan sistem imun, sehingga jangan sampai kekurangan nutrisi. Kita tidak tahu apakah makanan kita ini seimbang atau tidak.
"Kalau vitamin biasanya kita dapat dari sayur dan buah-buahan. Namun kadang anak-anak tidak suka makan sayur. Nah, mungkin ada baiknya diberikan juga multivitamin atau suplemen," tuturnya.
Selain itu, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr Inggrid Tania, M.Si, menambahkan, untuk meningkatkan dan memelihara daya tahan tubuh upayanya harus holistik. Misal, tidur yang cukup, istirahat yang cukup, makan yang bergizi seimbang, sebisa mungkin hindari stres, air putih yang cukup. Itu sudah menjadi keharusan.
"Ketika memang kebutuhannya mengharuskan kita perlu suplemen, maka konsumsilah suplemen itu sesuai dengan kebutuhan. Ketika kita harus konsumsi setiap hari, kita bisa mengonsumsinya setiap hari, tetapi tetap dibarengi dengan upaya lain yang mampu menjaga dan meningkatkan sistem imun, seperti minum air putih cukup, istirahat cukup, dan sebagainya. Artinya, mengonsumsi suplemen itu bukan satu-satunya, tetapi sebagai salah satu upaya," kata Dr. Inggrid.
Ia memberikan contoh curcumin yang terkandung dalam temulawak. Khasiatnya, yakni sebagai zat bioaktif memiliki sifat-sifat misalnya, antioksidan, anti inflamasi, imunomodulator.
"Sifat-sifat itu bermanfaat pada berbagai kondisi kesehatan maupun kondisi yang patologis. Termasuk saat pandemi ini. Penelitian-penelitian yang sudah ada juga menunjukkan bahwa curcumin memiliki sifat anti virus," tandasnya.