Brilio.net - Kebanyakan orang Indonesia selalu merasa bangga ketika mampu membeli produk atau menjalankan pengobatan di luar negeri. Hal tersebut seolah menunjukKan kelas seseorang di dalam masyarakat.
Biasanya, saat menjalankan pengobatan, orang Indonesia memilih negara tetangga seperti Singapura. Selain itu, Malaysia juga jadi salah satu negara pilihan. Tren memilih negara tetangga sebagai tempat pengobatan bukan semata ahli medis di Indonesia tidak bagus, namun biaya berobat di luar negeri seperti Malaysia jauh lebih murah.
BACA JUGA :
Begini cara pulihkan trauma pada anak pascabencana
Bahkan menurut data dari Malaysia Health Travel Council Tahun 2016 lalu menunjukan bahwa bahwa ada 1 juta pasien asing yang datang berobat dan 500.000 di antaranya adalah pasien asal Indonesia.
Meningkatnya tren pengobatan ke luar negeri khususnya di Malaysia menurut Direktur BerobatKePenang.com, Birgita Adelia, menuturkan bahwa biasanya pasien yang berobat ke luar negeri biasanya mencari second opinion atau untuk medical check up. "Dari segi kualitas dokter baik di dalam maupun di luar negeri, saya rasa sama saja. Hanya saja banyak pasien bilang kalau dokter di luar negeri lebih enak kalau menjelaskan tentang keluhan medis pasien juga peralatan medisnya lebih lengkap dan canggih," kata Birgita melalui keterangannya, Kamis (25/10).
Brigita mencontohkan pengalaman yang dirasakan salah satu pasien asal Palembang, Patih yang didiagnosa kanker kulit, tepatnya di pipi sebelah kiri. Saat hasil biopsi keluar, pihak keluarga ingin segera melakukan operasi namun karena jadwal dokternya sudah penuh, pasien diminta menunggu hingga 2-3 minggu. "Begitu pihak keluarga menghubungi kami, kami segera memberikan perkiraan biaya operasi di Malaysia dan jadwal operasi terdekat. Dalam 2 hari, pasien sudah tertangani," ujar Birgita.
BACA JUGA :
Orang yang malas berolahraga sama seperti perokok, ini penjelasannya
Hal serupa dirasakan Dita Amalia, pasien asal Lampung yang mengaku sempat kebingungan saat mendapati adanya benjolan di leher. Sempat berobat di Jakarta tapi belum jelas penyebabnya, Dita memutuskan untuk berobat di Penang, Malaysia.
Setelah dicek di Penang, ternyata benjolan tersebut bukan tumor ganas. Untuk mengangkat benjolan tersebut, dokter di Penang menggunakan teknik minimally invasive surgery.