Brilio.net - Indonesia dan Singapura, dua negara tetangga bersahabat yang punya hubungan cukup unik. Bahkan presiden pertama Singapura, Yusuf Bin Ishak berdarah Indonesia. Ayahnya orang Minangkabau dan ibunya asal Langkat (Sumatera Utara).
Nggak heran jika kedua negara punya kedekatan yang begitu kental. Hubungan diplomatik kedua negara pun sudah berjalan cukup lama, setengah abad. Nah dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura nggak selalu lewat jalur politik loh.
BACA JUGA :
8 Karya seni bentuk vas besar ini tersusun dari bahan tak terduga
Tapi bisa lewat cara lain. Salah satunya pameran seni kontemporer kedua negara yang baru-baru ini digelar di galeri lobi Gedung World Trade Center (WTC) 2, Jakarta.
Ajang bertajuk Rising 50: The Contemporary Art of Singapore and Indonesia yang digagas Singapore Tourism Board (STB) bekerjasama dengan PT Jakarta Land dan ISA Art Advisory ini berlangsung selama satu bulan penuh loh mulai 12 September hingga 12 Oktober 2017.
BACA JUGA :
Paper bag ini dihargai Rp 200 ribu, apa istimewanya ya?
Pameran yang dibuka secara resmi oleh Duta Besar Republik Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar ini menampilkan sederet karya-karya seniman kedua negara seperti Putu Sutawijaya, Kinez Riza, Irfan Hendrian, Naufal Abshar dan Kendra Ahimsa dari Indonesia serta Chua Ek Kay, Kumari Nahappan dan Robert Zhao dari Singapura.
Pameran seni kontemporer ini memperlihatkan hubungan kedua negara yang telah terjalin selama 50 tahun, ujar Anil Kumar, Selasa (12/9/2017) malam.
Oh ya, pameran seni kontemporer Singapura dan Indonesia ini menggambarkan pertemuan ide-ide artistik seniman kedua negara. Namun mereka tetap mempertahankan gaya masing-masing. Karya-karya seni ini sekaligus menggambarkan hubungan hangat kedua negara di bidang seni loh.
Indonesia memiliki banyak talenta dan lanskap seni dinamis yang bisa terhubung dengan Singapura. Banyak karya seni master Indonesia yang ditampilkan di National Gallery Singapore yang merupakan tempat bagi salah satu koleksi seni Asia Tenggara terbesar, kata Raymond Lim, Area Director, Indonesia, Singapore Tourism Board.
Menurut Raymond, Indonesia punya banyak talenta dan lanskap seni dinamis yang bisa terhubung dengan Singapura. Banyak karya seni master Indonesia yang ditampilkan di National Gallery Singapore yang merupakan tempat bagi salah satu koleksi seni Asia Tenggara terbesar.
Kami menantikan kesempatan berikutnya untuk berkolaborasi dengan PT Jakarta Land untuk menampilkan karya seni dari Singapura ke hadapan masyarakat Indonesia di lokasi yang sangat bagus ini, tambah Raymond Lim.
Salah satu seniman turut dalam acara ini, Naufal Abshar dikenal sebagai seniman pop art. Ia juga dikenal sebagai seniman tertawa karena karya-karyanya yang selalu menampilkan tawa.
Nah Naufal ini menghabiskan lima tahun hidupnya di Singapura sejak 2011 sampai 2016. Dia belajar seni pop di Lasalle College of the Arts, Singapura. Setelah lulus, ia menghabiskan satu tahun bekerja di sejumlah galeri Singapura dan perusahaan seni.
"Saya memilih belajar seni di Singapura, karena tidak hanya belajar teknik melukis. Saya juga belajar bagaimana mengemas karya seni dengan cara yang menarik. Belajar menjadi pengusaha seni profesional dengan mempraktikkan kemampuan presentasi saya, yang sangat penting saat berhubungan dengan galeri, katanya.
Ia sangat mengapresiasi ISA Art Advisory salah satu institusi yang membantu menghubungkan seniman Indonesia dan Singapura untuk menyelenggarakan pameran ini bersama-sama. Dalam pameran ini salah satu karya Naufal menampilkan kepala Merlion, sementara ada juga lukisan yang menunjukkan pasangan tua yang merayakan ulang tahun ke 50 mereka, sebagai metafora untuk hubungan kedua negara.
Oh ya, pameran seni ini juga berkaitan dengan brand destinasi Singapura Passion Made Possible yang diluncurkan secara global pada 24 Agustus 2017 lalu di Singapura dan 6 September 2017di Indonesia. Brand baru ini menangkap semangat dan sikap Singapura, serta menceritakan sebuah kisah tentang Singapura yang lebih dari sekedar destinasi wisata.