Brilio.net - Berbicara mengenai anak jalanan, mungkin yang ada di pikiran kamu adalah pemalas, rusuh, kasar. Paling tidak, mereka yang banyak menghabiskan waktu di jalan kerap diberi label negatif. Ya kan?
Tapi jangan salah, tak semua anak jalanan seperti itu. Banyak dari mereka justru punya talenta dalam hal berkesenian, tepatnya bermusik. Hanya saja, mereka tak memiliki kesempatan unjuk kebolehan. Padahal, tak sedikit karya-karya ciamik lahir dari anak jalanan.
Melihat keprihatinan semakin sempitnya ruang berkarya bagi musisi jalanan, Andi Malewa, aktivis sosial pendiri Rumah Baca Terminal Depok dengan dua rekannya, Iksan Skuter, musisi dan music director yang telah malang melintang dalam industri musik, serta Frysto Gurning yang berlatar belakang entrepreneur, mendirikan Institut Musik Jalanan (IMJ).
"Sebagian besar pengamen memang pemalas, tapi tidak semua seperti itu. Banyak dari mereka orang-orang yang memiliki talenta. Sayangnya ruang berkarya untuk mereka sangat sempit. Maka di sini kami sediakan tempat untuk mereka mendapat ilmu tambahan dalam bermusik," kata Andi Malewa ketika berbincang dengan brilio.net, Sabtu (12/3).
Di IMJ, para musisi jalanan dibina untuk mematangkan karya milik mereka sendiri. Mereka juga diajarkan mengaransemen karya sendiri, belajar memproses lagu sampai tahap recording, mixing, dan mastering. Karya yang telah direkam kemudian diproduksi ke dalam bentuk kepingan CD yang juga diproses di IMJ.
BACA JUGA :
Pengamen pasar ini punya suara merdu bak idol
Andi sangat berharap ada kerja sama dari Pemerintah Kota Depok dalam memperlakukan musisi jalanan. Sebab tak semua anak jalanan berperilaku buruk. Buktinya tidak sedikit seniman besar Tanah Air justru lahir dari jalanan. Iwan Fals salah satunya.
"Jika melakukan razia pengamen dan anak jalanan, kami berharap agar dipilah mana pengemis, anak jalanan, pengamen, musisi, atau preman yang berkedok musisi," imbuh Andi.
BACA JUGA :
Curhatan pengamen Kota Tua Jakarta, revitalisasi mengancam pekerjaan