Brilio.net - Tulisan adalah seni. Banyak orang yang menuangkan ide, gagasan, pikiran, bahkan curahan hati dalam bentuk tulisan. Tak heran, banyak pula orang yang lebih memilih menulis dengan cara yang berbeda.
Komunitas Khatulistangan di Pontianak yang terbentuk pada awal Agustus 2016 adalah kelompok orang yang meyakini hal itu. Khatulistangan berisi orang-orang yang gemar seni dan mengekspresikan dalam bentuk tulisan 3D maupun 4D.
BACA JUGA :
Komunitas ini beraksi Jumat malam beri sedekah untuk warga miskin
Mereka mempunyai beberapa agenda, salah satunya adalah 'Pen Meet Up', yaitu pertemuan rutin yang di selenggarakan seminggu sekali. Saat ini mereka belum memiliki basecamp tetap, jadi mereka lebih memilih keliling-keliling dari kafe ke kafe yang ada di kota Pontianak.
Zulfian Rahman, pengasuh Khatulistangan.
BACA JUGA :
Ini alasan tuna rungu berpotensi lebih terampil saat ngerjain tugas
Zulfian Rahman (23) adalah salah satu pegiat komunitas ini. Menurut dia komunitas ini terbuka bebas tanpa syarat bagi siapapun. Dia juga menuturkan, dalam 'Pen Meet Up', selain langsung belajar praktek, juga selalu disisipkan materi berbeda mengenai tulisan, teknik penulisan, dan jenis-jenis tulisan.
Terbentuk dari awal Agustus, Pen Meet Up pertama dilakukan pada pertengahan Agustus. Kami terbuka untuk umum, di sini kami ngumpul bawa kertas atau buku, pulpen, spidol, dan penggaris, lalu belajar barengan deh, katanya.
Selain Pen Meet Up, Komunitas ini juga aktif menjadi partisipan dalam berbagai event di Kota Pontianak. Tak jarang pula, salah satu dari anggota mengikuti ajang lomba, dan berlatih bersama-sama dengan komunitas ini.
Salah satu kegiatan Khatulistangan.
Kita juga biasa hadir di berbagai event, dengan menuangkan hasil karya kami kepada orang banyak. Sebenarnya menulis seperti ini sangat bisa dikompetisikan, tapi bagi kami lebih enak bila dituangkan saja hasil karya nya, tanpa harus merasa aku lebih bagus dari dia, kan belajarnya juga barengan, katanya.
Bertanya soal terciptanya nama Khatulistangan, Zulfian mengatakan, karena di setiap provinsi di Indonesia sudah memiliki komunitas semacam ini. Nama khatulistangan didapatkan dari hasil diskusi dua orang pendiri komunitas ini, yaitu Edi Mora dan Theo.
Kini, komunitas yang beranggotakan 20 orang ini terus meningkatkan kemampuan mereka, lewat diskusi dan latihan menulis bersama. "Khatulistangan dipilih karena di setiap provinsi di Indonesia kan punya komunitas kayak gini, nah biasanya mereka pakai nama seperti daerah seperti Medan Menulis, Jakarta Menulis, dan lain-lain. Nah kalo Pontianak Menulis itu agak gak enak nyebutnya, jadilah Khatulistangan, jelasnya.
Hasil-hasil karya mereka benar-benar keren dan memanjakan mata yang melihat, tak jarang setiap Pen Meet Up dilakukan, mereka selalu menjadi pusat perhatian.