1. Home
  2. »
  3. Komunitas
16 Maret 2018 07:25

Mengulik Sleman Creative Space, ruang kumpul dan berkarya anak muda

Kelahiran komunitas kreatif berawal dari sini. Vindiasari Putri

Brilio.net - Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota yang melahirkan seniman-seniman besar. Tak heran jika berbagai karya seni tercipta dari tangan dan ide segar para pekerja industri kreatif dari Kota Pendidikan.

Kini geliat berkesenian tumbuh subur di kalangan anak muda. Di antaranya kriya bambu, seni pertunjukkan, hingga film animasi dan video. Ketiga potensi tersebut mendapat dukungan penuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

BACA JUGA :
13 Objek ini sekilas bikin lapar, tapi aslinya bakal bikin kamu kaget


Pemkab Sleman mencoba mengembangkan sektor ekonomi kreatif yang dimilikinya. Lewat bantuan komunitas Jogja Creative Society (JCS), Pemkab Sleman bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong lahirnya komunitas kreatif di Sleman.

Kerja sama itu menuai hasil. Terbentuklah Sleman Creative Space yang terletak di Taman Kuliner Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.

BACA JUGA :
7 Kreasi wagashi, kuliner manis dari Jepang yang imut abis

Tampak depan gedung Sleman Creative Space. foto: brilio.net/@vindiasari

Gedung Sleman Creative Space dapat ditemui di samping gapura masuk kawasan Taman Kuliner Condong Catur. Bangunan yang sebelumnya mangkrak ini diubah menjadi tempat unik. Berdiri di samping Jalan Angga Jaya nomor 3, Sleman Creative Space memiliki desain modern sekaligus dipadukan unsur alam.

Susilo Dwi Murwanto, Ketua Sleman Creative Community ditemui brilio.net, Kamis (15/3), menyebutkan desain bagunan itu dirancang khusus oleh anggota Jogja creative Society. Pada tampilan depan unsur sirap, salah satu elemen desain untuk mengangkat nuansa lokal dan secara visual mirip sisik salak. Lalu ditambah bambu dalam desain fasad bangunan karena Sleman memiliki banyak jenis bambu endemik.

"Bentuk sirap disusun dari bambu endemik dari Sleman. Kabupaten Sleman memiliki potensi buah salak dan bambu yang telah dikenal luas," terangnya.

Memadukan unsur modern dan khas Sleman lewat bambu yang dibentuk menyerupai kulit salak. foto: brilio.net/@vindiasari

Lanjut dia, lahirnya Sleman Creative Space ini bermula dari inisiasi JCS yang biasa membantu pihak pemerintah dalam mengembangkan industri kreatif. "JCS membantu Pemkab Sleman dalam Penilaian Mandiri Kota Kreatif Kabupaten Indonesia (PMK3I) untuk memilah dan memilih potensi seni untuk dijadikan unggulan," tambahnya.

Susilo mengungkapkan dari tiga potensi di Sleman, yang diajukan hanya satu terpilih, yakni sektor film animasi dan video. Pemilihan sektor tersebut telah melalui pengkajian yang cukup panjang. "Hal tersebut disebabkan lantaran kekuatan film Indonesia banyak di Sleman. Di Kabupaten Sleman terdapat 16 studio animasi yang terus berkarya dan memiliki proyek. Ada banyak sekolah maupun 4 perguruan tinggi di Sleman yang memiliki jurusan multimedia atau broadcast seperti MMTC, Poliseni, AMIKOM hingga AKRB," ujarnya.

Coworking space baru di Kabupaten Sleman yang didesain santai. foto: brilio.net/@vindiasari

Setelah terpilih potensi unggulan, anggota komunitas seni membentuk Sleman Creative Community (SCC). Komunitas tersebut mendapat wewenang dari Pemkab Sleman dan Bekraf untuk pengelola Sleman Creative Space untuk lima tahun mendatang.

Tak sembarangan mengelola, SCC juga memiliki business plan untuk beberapa tahun ke depan. "Tahun pertama, Sleman Creative Space ini mendapat suntikan dana dari Pemda dan Bekraf. Tahun kedua mendapat bantuan 50 persen, dan tahun ketiga murni dari kami 100 persen," terang Susilo.

Bioskop mini di Sleman Creative Space. foto: brilio.net/@vindiasari

Taman Kuliner dipilih menjadi lokasi Sleman Creative Space karena lokasinya yang strategis. Sleman Creative Space juga memiliki beberapa fasilitas seperti foyer dan lorong untuk display karya seni, coworking space, bioskop mini, studio editing film, dan satu ruang workshop, hingga amphiteater terbuka di bagian belakang gedung.

Bioskop mini yang ada di Sleman Creative Space ini memuat sebanyak 48 orang. Pihak pengelola telah menyediakan LCD dan proyektor yang bisa digunakan kegiatan workshop hingga pemutaran film. Ada yang berbeda dari bioskop pada umumnya, kursi yang digunakan di bagian sandaran tangan memiliki meja kecil untuk menulis.

Gedung yang digunakan Sleman Creative Space ini dulunya bernama Gedung Harjuno dan Janoko. Pemanfaatan Sleman Creative Space ini untuk sementara diperuntukkan untuk kegiatan Sleman Creative Community. Kendati demikian Susilo mengungkapkan tak menutup kemungkinan ke depan bisa digunakan oleh komunitas-komunitas lain. Ada beragam kegiatan seni kreatif yang menanti diselenggarakan di Sleman Creative Space seperti workshop perfilman, penanyangan film secara berkala di mini bioskop.

Susilo Dwi Murwanto, Ketua Sleman Creative Community yang juga pengelola Sleman Creative Space. foto: brilio.net/@vindiasari

Sleman Creative Space ini membuka kesempatan luas bagi para anak muda yang bekerja di bidang kreatif. Pihak pengelola menyebutkan masih menyusun segala teknis operasional karena gedung baru selesai direvitalisasi pada Desember 2017 lalu. Pihak Pemda pun telah menyetujui pengelola untuk menentukan sendiri retribusi untuk penggunaan Sleman Creative Space. "Penarikan retribusi ini digunakan untuk pemeliharaan alat yang ada di sini. Biaya pemeliharaan sendiri pun terbilang mahal. Oleh sebab itu, pemda memberikan kelonggaran pada pengelola sebab pemda juga tak ingin dibebani," ujarnya.

Susilo menerangkan sejak pre-launching pada Selasa (13/3), antusias para pekerja kreatif luar biasa. Astra Honda dan Google sudah memesan untuk menyelenggarakan kegiatan di Sleman Creative Space.

Kopi untuk pekerja seni

Sementara, Bagas Wisnu Putro, barista yang juga perwakilan dari Kopi Nusantara, mengungkapkan ada keterlibatan Kopi Nusantara dalam Sleman Creative Space untuk mengkampanyekan kopi kepada para pekerja seni. Wujudnya, Sleman Creative Space dilengkapi fasilitas pantri kecil yang diisi Komunitas Kopi Nusantara.

"Ada banyak kesalahpahaman pengetahuan masyarakat tentang kopi. Lewat kerja sama ini, pihak Kopi Nusantara ingin mengkampanyekan konsep coffee break yang sesungguhnya," katanya.

Pojok kopi di Sleman Creative Space yang diisi oleh Komunitas Kopi Nusantara. foto: brilio.net/@vindiasari

Barista yang biasa meracik kopi di Nyonthong Coffee ini ingin memberikan edukasi pada masyarakat tentang kopi yang memiliki manfaat besar dalam kesehatan. "Jika biasanya kopi yang disediakan dalam coffee break hanya sekadar kopi, lewat Kopi Nusantara kami menyajikan kopi yang disesuaikan dengan kebutuhan penikmatnya."

Komunitas Kopi Nusantara ini telah ada sekitar tiga hari di Sleman Creative Space. Kopi yang ditawarkan pun dibagikan secara cuma-cuma. Hal tersebut selaras dengan tujuan komunitas untuk kampanye pengetahuan tentang kopi secara luas.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags