Brilio.net - Ketatnya persaingan kerja saat ini membuat orang menjadi cemas akan masa depan. Belum lagi berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang membuat persaingan semakin tambah ketat dengan masuknya para pekerja asing.
Namun pengalaman dari Eko Septiyan Putra (20) ini setidaknya bisa membuktikan bahwa ijazah bukanlah jaminan mendapat pekerjaan yang layak dengan gaji yang tinggi.
Bercerita kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa di 0-800-1-555-999, Minggu (13/3), pria yang akrab dipanggil Eko ini mengisahkan tentang perjuangannya dalam persaingan kerja yang ia rasakan di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan Timur.
Pada mulanya Eko hanyalah seorang lulusan SMK yang bekerja sebagai admin di perusahaan swasta di Kota Surabaya. Namun setelah enam bulan bekerja, pada 2014 ia memutuskan mencoba peruntungannya mencari pekerjaan yang lebih baik.
"Setelah serangkaian tes yang cukup panjang, akhirnya saya diterima di perusahaan tambang sebagai admin produksi," kata Eko.
Awalnya, pekerjaan berjalan baik dan lancar. Hubungan dengan rekan kerja pun terbilang harmonis. Di perusahaan barunya ini ia berada di antara karyawan yang rata-rata berpendidikan S1. Tanpa kenal lelah, Eko yang masih terbilang junior di perusahaan mencoba bekerja sebaik mungkin.
Hingga akhirnya, pada awal 2015 pimpinan memutuskan memindahkan Eko ke bagian lapangan sebagai Pengawas Lapangan. Sebuah posisi yang diidam-idamkan banyak pekerja lainnya, apalagi bagi mereka yang telah lama bekerja di perusahaan ini.
Tak berjalan lama, posisi barunya ini ternyata membuat suasana kerja berubah. Rekan kerja yang semula baik dan akrab, mendadak menjadi dingin dan jarang tegur sapa. Tak ayal, kondisi ini akhirnya membuat pertemanannya menjadi tidak akur.
Tidak hanya itu, Eko mengungkapkan dari situ mulai sering terjadi persaingan tidak sehat di lingkungan kerja. Mulai dari menjerumuskan teman hingga sabotase. Hal ini perlahan membuat Eko tak nyaman. Hingga akhirnya ia memutuskan bertanya langsung kepada pimpinan, apa perihal yang membuatnya dipercaya menjadi pengawas lapangan.
Padahal jika dipikir-pikir, ia hanya pekerja baru lulusan SMK yang berada di antara sarjana-sarjana. Dari cerita pimpinannya inilah ia mulai mendapat pencerahan. Bahwa kepercayaan itu sejatinya tak datang dari coretan ijazah. Melainkan murni dari kinerja yang baik dan loyalitas.
"Banyak pekerja yang bekerja seadanya. Kalau sudah selesai jam kerja ya selesai, nggak peduli kerjaan masih banyak atau nggak. Padahal kalau di proyek tambang itu 24 jam jalan terus," ujar pria asli Gresik, Jawa Timur ini.
Eko mengatakan, selain mendapat penjelasan soal pekerjaan, pimpinan perusahaan juga banyak memberi 'wejangan' kepadanya. Salah satu yang ia ingat adalah nasihat 'Nandur ngunduh: Siapa yang menanam ia yang menuai. Bagaimana pun perlakuan orang, kita tetap harus berbuat baik'.
"Nasihat itulah yang membuat saya terinspirasi hingga sekarang," sambung Eko.
Eko sendiri berharap, pengalamannya ini dapat memotivasi orang lain. "Walau pun keadaan seperti apapun, kita harus tetap berbuat baik terhadap orang lain. Karena Tuhan itu pasti bakal membalas," ujarnya.
Kerja keras memang diperlukan dalam setiap sisi kehidupan ya guys. Kalau pengalamanmu bagaimana?
Cerita ini disampaikan oleh Eko melalui telepon bebas pulsa brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!
BACA JUGA :
Abaikan nasihat ustaz, santri ini sekarang menyesal seumur hidup