Brilio.net - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu bermain video game dapat meningkatkan risiko terkena gangguan neurologis seperti penyakit alzheimer.
Bermain terlalu banyak video game bisa menurunkan aktivitas otak fungsional dalam hippocampus yang memainkan peran utama dalam pembentukan memori dan navigasi spasial, kata para peneliti, seperti yang dilansir brilio.net dari Times of India, Kamis (21/5).
BERITA TERKAIT:
Cewek yang cemburuan rentan terkena alzheimer, hiii....
"Orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bermain video game mungkin telah mengurangi integritas hippocampus, yang berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan neurologis seperti penyakit alzheimer," kata Gregory West, asisten profesor di University of Montreal di Kanada.
Penelitian menunjukkan pemain video game memiliki kemampuan perhatian visual yang lebih efisien, mereka juga jauh lebih mungkin untuk menggunakan strategi navigasi yang mengandalkan bagian kunci dari otak yang disebut nukleus kaudatus dibandingkan dengan sistem memori spasial otak (hippocampus).
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengambil sampel di antara sekelompok gamer dewasa yang menghabiskan setidaknya enam jam per minggu pada kegiatan ini.
"Selama lebih dari satu dekade sekarang, penelitian telah menunjukkan bahwa pemain aksi video game menampilkan kemampuan perhatian visual yang lebih efisien, dan penelitian kami saat ini telah sekali lagi menegaskan gagasan ini," tambah Gregory West.
"Namun, kami juga menemukan bahwa gamer bergantung pada penggunaan nukleus kaudatus lebih besar daripada non-gamer. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa para penggemar permainan video ini memiliki materi abu-abu dalam hippocampus lebih sedikit dibandingkan orang normal, mereka akan lebih rentan terhadap penyakit mental.
Para peneliti mengungkapkan juga bahwa kini orang di seluruh dunia menghabiskan waktu tiga miliar jam sepekan untuk bermain video game. Menurut perkiraan, anak-anak akan menghabiskan waktu hingga 10 ribu jam untuk bermain video game saat berumur 21 tahun. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.