1. Home
  2. »
  3. Life
4 Juni 2015 08:40

Mengenal jenis-jenis tidur dan risikonya

Penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bawah tidur terlalu banyak maupun terlalu sedikit, bisa meningkatkan risiko stroke. Agustin Wahyuningsih

Brilio.net - Sebagian besar dari kita tidak asing lagi dengan yang namanya gangguan tidur. Nah, gangguan tidur menimbulkan dampak yang tidak main-main, seperti obesitas, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan depresi. Bahkan, penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bawah tidur terlalu banyak maupun terlalu sedikit, terutama bagi mereka yang bertekanan darah tinggi, bisa meningkatkan risiko stroke sebesar dua kali lipat.

Nah, kira-kira bagaimana pola istirahatmu, guys? Dikutip brilio.net dari laman Telegraph, Rabu (3/6), berikut jenis pola tidur yang bisa memengaruhi kesehatan kamu.


1. The Under Six Hour sleeper
Kalau kamu tahu Margaret Thatcher, perdana menteri perempuan pertama dan satu-satunya Inggris, memiliki waktu tidur hanya empat jam. Faktanya dia bisa produktif. Namun begitu, itu bukan alasan kamu ikut-ikutan, ya, guys.

Dr Vikki Revell, dari Surrey University Sleep Research Centre, memang menyatakan bahwa kebutuhan tidur setiap orang itu bervariasi dan sebagian ditentukan oleh gen, usia, dan gaya hidup. Artinya, beberapa orang ada yang bisa tetap berfungsi dengan baik dengan jam tidur sedikit, tapi belum tentu kamu juga begitu. Akan tetapi, ada bukti bahwa tidur kurang dari enam jam saat malam hari, bisa memiliki efek pada sel-sel kekebalan, gen, dan metabolisme.

Tidur tetap menjadi kebutuhan penting untuk memulihkan otak dan seluruh organ tubuh setelah bekerja seharian. Maka, kalau tidur kurang dari enam jam, bisa membuat kita mudah lupa, moody, dan sulit berkonsentrasi.

Nah, penyebab kita memiliki waktu tidur yang sedikit, bisa juga karena kebiasaan yang telah menjamur pada banyak orang, misalnya bermain ponsel sebelum tidur. Perlu kamu tahu, paparan sinar ponsel bisa mengganggu irama sirkadian (jam internal tubuh yang mengatur tidur dengan membuat tubuh kita menanggapi terang dan gelap).

Dr Revell menyarankan, "Kamu harus mematikan atau mengurangi paparan cahaya ponsel dua jama sebelum tidur." Selain itu kita harus bisa tenang menjelang tidur, supaya tidur juga cukup waktu dan berkualitas.

2. The Napper
Di Spanyol ada kebiasaan tidur siang selama empat jam. Oke, kebanyakan ahli setuju bahwa tidur siang teratur dapat berdampak positif pada kognitif. Studi pada tahun 2008 juga menemukan bahwa tidur siang lebih efektif daripada kafein. Selain itu, penelitian lain di Amerika Serikat juga menemukan bahwa tidur siang selama enam menit dapat meningkatkan pembelajaran dan memori.

Namun begitu, Profesor Jim Horne, mantan kepala pusat penelitian tidur di Loughborough University, menyatakan bahwa tidur siang tidak boleh lebih dari 20 menit karena bisa menimbulkan kondisi mirip jet lag yang memicu sakit kepala. Di sisi lain, terkadang tidur pada siang hari bisa menjadi pertanda diabetes, depresi, atau sakit kronis, terutama pada orang tua.

3. The Disturbed Sleeper
Apa kamu pernah terbangun pada tengah-tengah tidur, kemudian merenungkan banyak hal yang kamu alami? Ternyata kasus ini memengaruhi sekitar sepertiga dari penderita insomnia dan bisa membentuk lingkaran setan: semakin cemas kamu, maka kemungkinan kembali tidur juga semakin kecil.

Kalau kamu sering mengalaminya, lebih baik konsultasi dengan dokter ahli. Atau mungkin kamu mencoba sendiri dulu untuk memperbaiki beberapa hal, misalnya meredupkan cahaya kamar, menjauhkan ponsel, mandi air hangat, atau sebagainya yang bisa membuatmu segera tertidur. Namun bila tidak, barulah ke dokter. Pasalnya, bangun terlalu cepat kala tidur bisa juga disebabkan menopause, depresi, diabetes, atau sakit perut.

4. The Sofa Sleeper
Kamu suka tertidur di sofa? Ternyata menurut Dr Neil Stanley, seorang ahli tidur independen yang berbasis di Farnley, Hampshire, pola ini disebabkan kamu merasa sudah aman dan nyaman tidur di sofa.

Nah, biasanya, orang yang tidur di sofa, mengalami ngantuk pada jam lebih awal. Profesor Horne menyatakan bahwa tidur pada sore hari atau waktu lebih awal bisa menjadi pertanda terjadinya gangguan tidur pada malam sebelumnya. Lagi-lagi, selain dikaitkan dengan kondisi psikologis, juga karena kondisi medis, seperti sleep apnea (kondisi saat tidur dan saluran napas tertutup sehingga tidak ada udara mencapai paru-paru) atau gerakan kaki periodik (bangun dengan mendadak), dan bisa juga disebabkan efek samping obat.

5. The Weekend Binger
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur sampai siang hari pada hari Sabtu bisa memulihkan daya yang terkuras pada hari aktif, apalagi kalau kamu masih muda. Studi lain pada tahun 2013 menemukan "pemulihan" tidur pada akhir pekan dapat mencegah diabetes. Tapi eits, jangan kegirangan dulu!

Tidak semua orang setuju. Tidur berlebihan pada akhir pekan ditambah begadang malam harinya, bisa "merusak" jam tubuhmu. Akibatnya, Senin buatmu terasa kacau. Padahal, kamu sendiri yang kacau. Maka dari itu, jangan menebus kurangnya waktu tidur pada hari aktif dengan tidur berlebihan dan begadang berlebihan pada akhir pekan. Tetaplah menjaga pola tidurmu, guys.

6. The Vampire Sleeper
Persis seperti vampire, kamu tidurnya siang hari, dan kelayapan alias beraktivitas malam hari. Ritme tidur seperti inilah yang meningkatkan risiko kesehatan, seperti diabetes, obesitas, sakit kepala, sakit punggung, penyakit jantung, depresi, bahkan kanker payudara bagi wanita. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya, evolusi telah memprogram kita untuk tidur pada malam hari.

Nah, dari tipe-tipe tidur di atas, semuanya hampir memiliki risiko kesehatan dan psikologis. Maka, jika kamu tidak ingin mengalami masalah berkelanjutan, kamu bisa mencoba tips berikut.

1. Ciptakan "kebersihan tidur"
Maksudnya adalah kamu menciptakan gaya hidup tidur yang sehat, mulai dari mengurangi kafein, rutin berolahraga, segera tidur ketika mengantuk alias jangan begadang, matikan lampu kamar, mandi air hangat, atau apa pun yang bisa membuat tidurmu nyenyak, tepat waktu, dan berkualitas.

2. Menjalani Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
Ini termasuk terapi psikologis untuk mengurangi kecemasan tentang tidur, sekaligus mengajari teknik relaksasi.

3. Konsumsi pil tidur
Obat tidur bisa jadi efektif tapi tentu saja perlu konsultasi dokter dan jangan dikonsumsi terlalu sering.

Well, guys, perhatikan kesehatanmu, lho!

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags