Brilio.net - Tingkah laku manusia memang banyak yang diteliti melalui pendekatan keilmuwan. Salah satunya adalah mengapa menguap bisa menular. Mungkin ini hanyalah masalah sepele. Akan tetapi, hingga saat ini menguap merupakan aktivitas yang masih menjadi misteri bagi beberapa ahli. Perdebatan hasil riset pun menjadi warna tersendiri untuk menguak fenomena ini dikutip brilio.net dari sciencedaily.com, Senin (13/4).
Riset pendahulu menungkap bahwa menguap bisa menular karena rasa empati manusia. Bahkan kamu bisa tertular untuk menguap hanya melihat atau mendengar orang melakukan hal ini. Itulah kenapa para ilmuwan berpendapatan bahwa ada tingkat korelasi yang tinggi antara menguap dan emosi manusia.
Studi yang dilakukan di Universitas Duke membantah temuan tersebut. "Menguap bisa menular bukan karena semata-mata empati manusia," tutur Elizabeth Cirulli, assistant professor di fakultas kedokteran dari universitas tersebut.
Elizabeth menyangkal temuan tersebut dengan dalih orang dengan kemampuan empati rendah seperti autis dan schizophernia bisa tertular untuk menguap meski hanya tidak sebanyak orang normal. Jadi temuan yang mengatakan menguap ada kaitannya dengan emosi manusia sangat lemah.
Untuk membuktikan argumennya, Elizabeth merekreut 328 orang untuk diteliti. Semua peserta tersebut disuruh untuk melihat video yang menunjukkan seseorang sedang menguap dalam durasii tiga menit. Kemudian sang peneliti, merekam berapa kali setiap peserta tersebut tertular menguap.
Hasilnya menunjukkan 222 peserta menguap sekurang-kurangnya sekali dalam percobaan tersebut. Faktor yang menonjol dari temuannya tersebut adalah usia peserta. Semakin tua usianya, peserta tersebut berkurang untuk terluar menguapnya. Meskipun, faktor ini sangat lemah. Terlebih lagi datanya hanya berkisar 8%. Artinya angka ini belum terlalu signifikan. "Misteri tentang mengapa menguap bisa menular masih belum bisa dijelakan," ungkap Elizabeth untuk menyimpulkan fenomena ini.
Untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat, Elizabeth menyarankan untuk meneliti dengan pendekatan biologi. Diharapkan dengan penelitian genetik bisa menemukan sudut pandang baru dibalik misteri menguap ini.