Brilio.net - Selama ini makna tahun kabisat yang beredar di masyarakat berbeda-beda. Ada yang menganggap semua tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat. Namun, juga ada yang bilang tahun kabisat itu memiliki ketentuan lain yaitu bisa dibagi 400.
Ada juga anak muda kekinian yang nggak paham asal mula adanya tahun kabisat. Yang penting setiap 4 tahun sekali ada tanggal 29 Februari, sebatas itu. Lalu sebenarnya bagaimana asal usul tahun kabisat? Berikut brilio.net merangkum serba-serbi tahun kabisat yang didapat dari jurnal ITB (Institut Teknologi Bandung) dan UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), Rabu (6/5).
1. Asal kata kabisat
Sebagian besar negara menamai tahun yang memiliki jumlah hari berlebih dengan leap year, yang berasal dari bahasa Inggris. Berbeda dengan negara-negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura, Indonesia menggunakan kata Kabisat untuk merujuk kata Leap. Kabisat itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Kabisah, yang artinya melompat.
2. Alasan adanya tahun kabisat
Tahun Kabisat diusulkan pertama kali oleh astronom Sosigenes of Alexandria, hidup di zaman kepemimpinan Julius Caesar. Saat itu, menurut Sosigenes waktu yang dibutuhkan bumi untuk berputar mengelilingi matahari dalam orbitnya (revolusi) mendekati 365,25 hari. Itu berarti jumlah hari dalam setahun yang saat itu dibenarkan (365 hari) masih kurang 0,25 hari atau 6 jam.
Nah biar nggak pusing ngehitungnya kalau pakai seperempatan gitu, waktu revolusi yang kurang setiap tahunnya disimpan dan digabungkan ditahun ke empat (6 jam x 4 = 24 jam/1 hari). Akhirnya bertambahlah satu hari di tahun ke empat, bulan Februari.
3. Perhitungan Sosigenes ternyata masih meleset
Setelah dihitung-hitung secara teliti oleh Dr Aloysius Lilius, ternyata waktu revolusi bumi nggak bulat 365,25 hari. Menurutnya, bumi berevolusi selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Nah kalau mengikuti sistem pertanggalan Julian, waktu revolusi bumi malah kelebihan 44 menit setiap tahun kabisat. Kalau dihitung-hitung lagi, setiap 400 tahun waktu revolusi bumi berlebih hingga 3 hari (11 menit x 400=4400 menit = 73 jam = 3 hari 1 jam).
Mau nggak mau, supaya sistem pertanggalan nggak kacau balau, harus ada 3 hari yang dihilangkan. Untuk itulah ditahun ke 100, 200, dan 300 tidak ada tahun kabisat, sehingga jumlah hari tetap 365 hari. Dengan kata lain, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4, terkecuali untuk tahun abad baru (kelipatan 100) harus habis dibagi 400. Jadi kamu tahu ya sekarang, alasan tahun 2500 bukan tahun kabisat, tapi tahun 2400 dan 2404 adalah tahun kabisat.
Sistem pertanggalan itu disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Kini sistem itulah yang dipakai di berbagai belahan dunia, yang sering disebut Kalender Gregorian.
4. Sistem tahun kabisat yang digunakan sekarang pun masih belum sempurna
Perhitungan orang sekeren Dr Aloysius Lilius ternyata masih meleset. Sistem Gregorian akan menyimpang satu hari dari tahun tropis dalam kurun waktu 3300 tahun. Ya..masih lama sekali. Dan pastinya di tahun 3300 nanti ada sistem pertanggalan baru yang merevisi sistem Kabisat yang sekarang berlaku.
5. Tahun kabisat adalah tahun anugrah bagi kaum wanita
Banyak wanita Eropa yang mempercayai tanggal 29 Februari yang nyempil setiap tahun kabisat akan mendatangkan keberuntungan. Untuk itu, banyak wanita yang "nembak" bahkan mengajukan proposal lamaran ke pria yang dicintai. Mereka meyakini, cinta mereka akan kekal abadi bila jadian ditahun kabisat.
6. Tahun kabisat tidak hanya terbatas pada sistem kalender Julian dan Gregorian
Beragamnya jenis sistem pertanggalan membuat waktu munculnya tahun Kabisat berbeda-beda. Seperti pada sistem pertanggalan Islam yang sangat dikenal di Indonesia dengan sebutan Kalender Hijriyah. Pada Kalender Hijriyah, jumlah hari pada tahun biasa adalah 354. Sedangkan saat tahun Kabisat, jumlah hari bertambah 1, yaitu pada bulan ke 12 atau Dulhijah, sehingga jumlah hari dalam setahun menjadi 355.