Brilio.net - Alangkah banyaknya grup band di Tanah Air hingga saat ini. Dan tentunya kamu juga tahu, industri musik Indonesia sekarang memang sudah berbeda ketimbang zaman dulu.
Sekarang, banyak bermunculan band baru yang semangatnya sudah sangat mandiri. Alih-alih dulu berharap pada mayor label alias perusahaan rekaman besar, kini banyak band yang sudah berjuang sendiri dengan mengoptimalkan apa yang ada sekarang, seperti media sosial dan teknologi lainnya yang semakin maha canggih serba cepat menyampaikan pesan.
Mungkin bagi kamu sudah cukup familiar dengan istilah 'startup'. Ya nggak? Startup bisa dipahami sebagai satu usaha yang dimulai dan dirintis dari kecil dengan segala keterbatasannya, hingga akhirnya memiliki berbagai keunggulan dan berkembang secara luas, memberikan manfaat dan mendatangkan keuntungan.
Sebagai contoh sederhana, mungkin kamu ingat sedikit cerita bagaimana dulu Apple, Google, atau Amazon semua memulai bisnisnya dari satu garasi kecil, hingga akhirnya masing-masing sukses banget sampai saat ini. Atau mungkin kisah-kisah awal Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak juga bisa memberikan masyarakat banyak inspirasi serta ide, berawal dari startup.
Pada intinya semua tahapan mereka adalah sama, termasuk juga halnya pemahaman bahwa 'band = bisnis' dan setiap proses yang berjalan pastinya dimulai dari yang kecil. Makanya sejak dari awal untuk membangun band harus memiliki perencanaan yang matang, dikelola dan dieksekusi secara profesional.
Nah, apa saja langkah-langkah mudah yang bisa dimulai untuk membangun sebuah band dan membuatnya menjadi 'besar' dan berpotensi sukses terus-menerus?
Bagi kamu yang kini sedang memulai berkarier di bidang musik, mulai merintis band, silakan simak tips-tipsnya di bawah ini seperti dirangkum brilio.net dari blog musik ciamik milik Anton Kurniawan, mantan manager Sheila On 7, Minggu (2/7).
BACA JUGA :
Ini penyebab lagu religi Ramadan tak seramai dulu lagi
Pemahaman soal startup ala konsep Anton Kurniawan ini bukan merupakan suatu 'cara', tapi lebih merupakan mindset atau pola pikir, dan kombinasi kerja keras.
1. Memilih nama grup band. Zaman sekarang nama grup band = brand. Catet!
Inget guys, jangan sampai kamu memilih nama band yang biasa-biasa saja, apalagi menggunakan istilah yang terlalu umum/public domain. Sebisa mungkin pilih nama band yang 'luar biasa', memiliki nilai jual dan tentu saja 'keunikan'.
Ada beberapa situs yang bisa menjadi acuan atau membantu kita mempertimbangkan beberapa nama, seperti: Namerific, Naminum, Wordoid, Anadea, Namesmith, Brand Root, Wordlab, dll. Contoh paling dekat di Indonesia, kamu bisa pelajari beberapa grup band baru yang moncer seperti Barasuara, Endank Soekamti, Kelompok Penerbang Roket, Dialog Dini Hari, Payung Teduh, Momo dan Parabiru, Sisir Tanah, Efek Rumah Kaca dll. Nama mereka unik bukan? Dan apakah mereka sekarang sukses? Silakan cari infonya sendiri dan telusuri track record mereka deh.
Selain sebagai branding, nantinya pemilihan nama band ini juga akan mewakili dalam pembelian domain situs band kamu. Karena zaman sekarang ini band harus punya website, tidak hanya pamer akun media sosial. Perlu dibayangkan bahwa band dan lagu-lagu karya kamu suatu saat akan dikenal tidak hanya dari Sabang hingga Merauke, tapi dikenal di segala penjuru dunia.
2. Mendaftarkan merek atau hak cipta.
Sudah menentukan nama band, memiliki lagu-lagu karya sendiri, kemudian sudah menentukan desain grafis logonya, saatnya untuk belajar mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan kekayaan intelektual. Memilih berkarya di jalur seni musik yang merupakan bagian dari industri kreatif, tentunya akan menambah wawasan kalau kita juga mau mempelajari hal yang berhubungan dengan hukum, termasuk karya cipta, merek, paten, dan lain-lain.
Permohonan mengenai hak cipta, permohonan merek, atau pun informasi lain yang berhubungan dengan kekayaan intelektual bisa mengakses detailnya melalui situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Atau aplikasi BISMA milik BEKRAF bisa juga diunduh untuk membantu kamu semuanya belajar mengenai ekonomi kreatif.
3. Merilis single/mini-album/album.
Agar dikenal secara profesional tentunya kamu perlu memiliki karya atau lagu-lagu ciptaan sendiri dengan kualitas rekaman yang sangat memadai. Sebagai band pendatang baru untuk memulai debut disarankan tidak hanya merilis satu karya lagu (single), tapi wajib minimal memiliki beberapa karya lagu yang bisa dirilis dalam format mini-album ataupun full-album.
Dengan memiliki banyak karya lagu dan dirilis secara kontinyu nantinya pendengar atau penggemar akan lebih mudah untuk 'menemukan' dan akhirnya 'menyukai' band kamu.
Era maraknya aplikasi pengaliran musik/music streaming saat ini seperti: Spotify, Deezer, JOOX, Apple Music, Napster, Soundcloud, Tidal, Pandora, yang masing-masing memiliki jumlah katalog hingga puluhan juta lagu dari berbagai genre dan negara asal, menjadikan konsumen memiliki banyak pilihan dan cara dalam mengapresiasi sebuah karya.
4. Melakukan marketing/re-marketing.
Adalah satu kesalahan besar jika kamu memiliki produk dan service yang bagus tapi kita tidak memahami teknik pemasaran. Sedari awal, sebaiknya tentukan dulu siapa saja yang akan menjadi target pasar dari karya-karya band kamu.
Era digital saat ini dengan segala kemudahan dan kemurahannya memberikan peluang besar bagi para seniman musik untuk melakukan pemasaran tanpa batas. Tidak ada salahnya jika kamu juga mulai mempelajari teknik internet marketing dan juga SEO (Search Engine Optimization). SEO for band!
5. Melakukan tur/roadshow.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan memiliki beraneka ragam budaya serta kehidupan sosial secara geografis sangat mendukung band untuk melakukan kegiatan traveling sekaligus promosi. Di era saat ini jangan membayangkan bahwa ada sponsor besar yang akan membiayai perjalanan band kamu untuk keliling negeri ini mengunjungi ratusan kota untuk melakukan konser dan menjumpai langsung para penggemar.
Saat ini adalah masa kemandirian bagi setiap band untuk mengorganisir tur sendiri. Membangun komunitas-komunitas solid di tiap daerah, memanfaatkan networking antar musisi, meminta dukungan dari media lokal, seperti radio adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk melakukan kegiatan tur dan promosi.
6. Melatih mental.
Pertanyaan mendasar banget nih, sebelum kamu berkarier di bidang musik. Apakah kamu siap untuk populer, dikenal dan 'digilai' oleh banyak orang? Atau apakah kamu juga sudah siap untuk menjadi sosok yang kurang dikenal?
Kuncinya adalah kamu harus siap dalam keadaan apa pun. Yang penting adalah, sebagai musisi kamu terus produktif untuk berkarya, terus kreatif, dan memiliki mental baja.
Ada banyak cara dan jalan untuk menjadi dikenal. Dengan berbagai upaya mungkin saja suatu saat lagu-lagu karyamu bisa viral, disukai hingga menjadi legenda. Persiapkan diri dari sekarang!
Dari semua langkah tersebut di atas, masih banyak 'hal lain' yang pokok dan bisa secara rinci disebutkan disini adalah berkaitan dengan 'komitmen'. Kalau nggak mau ribet dan repot, akan lebih tepat kalau kamu memilih jalur sebagai penyanyi/pemusik tunggal saja.
Solois kalau sukses duitnya bakal lebih banyak dibanding anak band. Sementara dengan memiliki tujuan untuk membangun band, berarti kamu harus siap untuk membangun komitmen secara bersama, dan berbagi tentunya. Bagaimana kita harus bisa berkomunikasi antar personel, bagaimana cara kamu membangun kebersamaan, memiliki visi dan mindset yang jelas, dan semua hal yang akan dilakukan adalah mengutamakan kepentingan bersama sebagai band.
Kamu bisa belajar dari pengalaman beberapa kejadian yang menimpa beberapa band nasional di negeri ini, di mana saat berada di puncak kesuksesan dan popularitas, tiba-tiba ada satu personel yang diberhentikan/dipecat secara mendadak tanpa alasan yang jelas. Kalau kamu merupakan seorang founder dalam band tersebut dan kemudian 'disingkirkan' oleh teman-teman band kamu, sementara band yang telah kamu jalani merupakan band yang selling-out, sudah selayaknya kamu mendapatkan apresiasi khusus.
Sedikit contoh lagi kisah untuk diingat dari para pendiri Facebook: Eduardo Saverin saat 'disingkirkan' oleh Mark Zuckerberg. Setelah dikeluarkan dari Facebook, kini Eduardo Saverin memilih untuk tinggal di Singapura dan memiliki harta ratusan triliun yang diperoleh dari Facebook.
Nah, kembali ke cerita soal band, bila sejak dari awal masing-masing antar personel band memiliki komitmen yang jelas dan 'resmi', hal-hal yang demikian bisa dihindari atau pun diantisipasi.
Jadi gimana guys, sudah siapkah membangun band dan menjadi anak band? Tetap semangat dan selamat berkarya!
BACA JUGA :
Mengenal Safina Nadisa X Ari Hamzah, proyek musik berbahaya asal Solo