Brilio.net - Kian hari, industri musik Tanah Air terus melahirkan musisi-musisi bertalenta. Salah satunya adalah grup musik Lomba Sihir. Grup band ini merupakan grup all-star dari Sun Eater yang terdiri Baskara Putra alias Hindia (vokal), Natasha Udu (vokal), Rayhan Noor (gitar, vokal), Wisnu Ikhsantama (bas, vokal), Tristan Juliano (kibor, vokal) dan Enrico Octaviano (drum).
Sebelumnya Lomba Sihir dikenal sebagai pemain pendukung Hindia. Tetapi sekarang mereka membentuk grup ini dan menyatukan kesenangan dalam bermusik. Dengan latar belakang, kepribadian dan ketertarikan bermusik yang beraneka ragam.
BACA JUGA :
'Festival Caci Maki', penanda ALTEREGO sudahi hibernasi
Untuk menunjukkan eksistensinya di dunia hiburan, Lomba Sirih merilis album perdana bertajuk Selamat Datang di Ujung Dunia, album perdana mereka yang dirilis oleh Sun Eater pada 26 Maret 2021.
Single yang hadir di seluruh layanan musik digital mempersembahkan 12 lagu yang eklektik tentang suka duka kehidupan di ibu kota alias Ujung Dunia, yang terasa dekat sekaligus jauh dari berbagai hal baik di dunia.
"Album ini adalah bagaimana kami, enam anak muda yang tumbuh besar di Jakarta, mencurahkan pahit manis yang kami rasakan di sini," ujar Udu dalam siaran pers yang diterima brilio.net, Sabtu (27/3).
BACA JUGA :
Kembalinya ZUES, 'mengamuk' dengan single baru berjudul Blacklist
Di album ini ada juga lagu-lagu tentang tekanan untuk segera menikah (Semua Orang Pernah Sakit Hati), frustrasi mengejar karier (Polusi Cahaya), amarah terhadap pemerintah (Nirrrlaba), berbohong demi mencari aman (Jalan Tikus), pedoman untuk bertahan di Jakarta (Hati dan Paru-Paru) dan tema-tema lain yang familiar, terutama bagi yang berusia pertengahan 20-an tahun seperti halnya para anggota Lomba Sihir.
Kibordis sekaligus vokal, Tristan, menjelaskan bahwa Lomba Sihir sendiri terdiri dari musisi-musisi yang mengiringi Hindia sejak pertunjukan pertamanya di We The Fest 2019 dan terlibat di pembuatan album Menari dengan Bayangan. Kini, Lomba Sihir adalah band yang semua anggotanya berkontribusi secara merata dalam berkarya.
"Perjalanan bersama Lomba Sihir semakin hari semakin melebur. Meski setiap anggota memiliki band-nya masing-masing, entah bagaimana Lomba Sihir selalu berhasil mengeluarkan sisi lain yang super fun," ucap Tristan.
Dengan adanya enam kepala di Lomba Sihir, maka musik di tiap lagu di album ini pun beraneka ragam. Ada lagu rock seperti 'Seragam Ketat' yang mengkritik sistem pendidikan, 'Ya Mau Gimana?' yang membahas kenakalan anak muda diiringi hentakan musik dansa, maupun 'Mungkin Takut Perubahan' yang mengemas keengganan keluar dari zona nyaman dalam balutan pop.
"Enam kepala ini punya warna sendiri-sendiri. Itu yang mau kami sampaikan di album ini. Setiap lagunya beda-beda. Itu yang bikin seru," sambung sang drummer, Enrico.
Pengerjaan Selamat Datang di Ujung Dunia berlangsung di Studio Soundpole, ditambah sesi rekaman drum di SoundVerve Studio bersama engineer Rama Harto Wiguna. Prosesnya berjalan relatif cepat, yakni dari Januari hingga Februari 2021.
Alhasil, Enrico, Tama, Rayhan dan Tristan berbagi tugas sebagai produser. Kemudian Tama, Enrico dan Rayhan mengerjakan mixing sebelum akhirnya dikirim ke Marcel James untuk mastering.
"Album ini kalau dipikir-pikir seharusnya jadi materi paling sulit," kata Rayhan.
"Kenyataannya ini malah jadi yang paling menyenangkan dan paling dimudahkan pengerjaannya. Semua di band ini tahu apa yang dikerjakan dan apa yang mau dituju," lanjut Tama.
Selain keenam anggota Lomba Sihir, album ini juga melibatkan Mohammed Kamga sebagai pengarah vokal dan pengisi vokal latar di 'Selamat Datang' dan 'Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat Jalan)'. Matter Mos membantu aransemen lagu 'Ya Mau Gimana?', serta Kusuma Widhiana yang ikut menggubah 'Polusi Cahaya' juga bermain piano di lagu itu.
Tak ketinggalan juga salah satu sosok penting di awal perjalanan Lomba Sihir, yakni Petra Sihombing yang menyumbang vokal, gitar dan lirik di lagu penutup 'Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat Jalan)'.
Sementara itu, untuk cover album sendiri digarap oleh Sun Eater Studio dan menampilkan para anggota Lomba Sihir bersama rekan-rekannya yang memerankan berbagai macam warga yang dapat ditemukan di Jakarta. Menyusul 'Hati dan Paru-Paru' dan 'Apa Ada Asmara', pada bulan April mendatang akan tayang juga video klip untuk 'Nirrrlaba' yang disutradarai oleh Agung Pambudi dan bekerjasama dengan QUN Films.
"Album ini semacam foto keluarga besar kami ramai-ramai dengan latar belakang Jakarta untuk dikenang oleh kami berenam dan tim kami selama-lamanya," tutup Baskara.