1. Home
  2. »
  3. Musik
13 Maret 2017 16:50

NDX A.K.A: Dulu kuli dan juru parkir, kini duo hip hop dangdut ngetop

Nanda dan PJR mengaku kini dibayar sampai Rp 30 juta sekali manggung. Aprilia Nurohmah

Brilio.net - Musik dangdut saat ini sedang dalam perkembangan pesat. Musik asli Tanah Air ini terbukti mampu menghipnotis berbagai kalangan, dari tua-muda, kalangan bawah hingga kalangan atas sekali pun juga banyak penikmatnya. Akhirnya semakin ke sini dangdut tak lagi dipandang sebagai musik kaum bawah, tapi musik universal yang nyatanya bisa menyatukan semua kalangan.

Berawal dari kesukaan terhadap musik dangdut, dua orang pemuda pinggiran Yogyakarta ini mengawali kesuksesannya. Ia adalah Nanda atau Yonanda Frisna Damara (22) dan Fajar Ari alias PJR (23) pemuda asli Imogiri, BantuL, Yogyakarta.

Dengan mengusung genre musik hip hop dangdut dan lirik patah hati, duo yang dikenal sebagai NDX A.K.A ini mampu menjelma menjadi bintang baru Indonesia. NDX A.K.A memberikan 'angin segar' bagi para penikmat musik dangdut serta hip hop.

Memadukan dua aliran ini, NDX A.K.A telah sukses mengeluarkan single laris seperti Sayang, Kelingan Mantan, Bojoku Ketikung, Tewas Tertimbun Masa Lalu, Terminal Giwangan dan masih banyak lagi.

Pantauan brilio.net, duo fenomenal ini memang sudah malang melintang di panggung musik Jogja dan sekitarnya sejak beberapa tahun lalu. Namun puncaknya adalah ketika perhelatan akbar Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-28 pada 2016 silam ketika NDX A.K.A tampil di sana.

BACA JUGA :
Menanti 'Forbidden Knowledge', album solo gitar perdana Eross Candra


foto: NDX A.K.A saat diajak berkolaborasi oleh Shaggydog beberapa waktu lalu


Pada kesempatan itu bisa dibilang sebuah rekor untuk FKY. Sebab, baru di FKY 28 ini penontonnya bisa sangat banyak. Ribuan penonton datang membludak hanya untuk melihat penampilan Nanda dan PJR ini.

Nah, kalau kamu penasaran dengan perjalanan NDX A.K.A dari awal karier hingga sekarang, yuk simak wawancara brilio.net dengan keduanya di basecamp NDX, di Jl Imogiri-Siluk Km 6, Bantul, pada Kamis (9/3) lalu.


Sejak kapan pertemanan kalian terbentuk hingga solid sampai sekarang?
Nanda: Sejak kecil, karena kita masih saudara dan juga rumah kami bertetangga.

Yang pertama kali suka musik dan suka nulis siapa?
Nanda: Sejak SMP iseng bikin lagu dan jalan sendiri tampil di pensi-pensi, tapi kok merasa sepi. Saya akhirnya mengajak PJR tahun 2011 dan sampai sekarang.

Siapa yang nulis lirik lagu NDX?
PJR: Kebanyakan Nanda, tapi juga sebagian Mas Andy Bendol dari Crazy Gila Production. Nggak cuma bantu nyiptain lagu, Andy juga membantu NDX di beat, produser sampai rekaman.

Inspirasi nyiptain lagu dari mana?
Nanda: Dari pengalaman pribadi sampai curhatan teman. Kita buat lagu itu nggak bisa kalau disuruh, tapi tahu-tahu inspirasi datang kapan saja. Pas nyetir, mandi atau duduk santai. Terus kita rekam dadakan dan kita olah lagi, cari nada sama produser kita. Proses buat lagu nggak cepet, mungkin bisa seminggu.

Kenapa liriknya memilih pakai Bahasa Jawa?
Nanda: Kami mencoba membuat ciri khas sebagai orang Jawa. Dan juga ingin seperti idola kita, Jogja Hip Hop Foundation (JHF) yang membawa Bahasa Jawa sampai kancah dunia.

Sebenarnya aliran musik kalian apa?
Nanda: NDX itu hip hop dangdut.

Bedanya sama grup hip hop dangdut yang sudah ada?
Nanda: Musisi Jogja sebenarnya sudah banyak yang pakai genre ini. Tapi kita lebih memodifikasi, nggak cuma hip hop sama dangdut saja tapi juga ska, reggae, keroncong dan ciri khas kita nada rap.

Sebelum terkenal kegiatan kalian apa?
Nanda: Kuli. Setelah lulus SMA saya ikut PJR jadi kuli di daerah Kasihan, Bantul karena bingung mau kerja apa. Nggak punya masa depan lah rasanya. Sebelum jadi kuli bangunan dengan upah Rp 50.000/ hari kita sempat jadi tukang parkir di daerah Lempuyangan, dengan pendapatan Rp 30.000 dari jam 7 malam sampai subuh.

Pengalaman manggung paling seru di mana?
PJR: Kalau yang tak terlupakan pernah tampil tiga kali berturut-turut lupa bawa laptop. Padahal kan di sana lah master musik kami, jadi terpaksa pinjam pihak penyelenggara.

Nanda: Pernah waktu itu di Kediri, sekitar tahun 2015. Kita sama kru terpaksa tidur di emperan toko. Saat itu kita belum tahu tentang MoU, jadi saya lupa minta hotel pada pihak panitia. Saking dinginnya sampai gigi belakang saya copot satu, hehehe.

Tahu nggak, siapa yang pertama mengunggah video kalian?
Nggak tahu. Memang kita sangat dibantu dengan akun-akun yang mengunggah video kami. Tapi ada juga rasa kecewa, yang kita kecewakan itu banyak akun yang tak meminta izin sama kita. NDX nggak dapat royalti dari hak cipta lagu-lagu kami.

Apakah sudah ada usaha buat mendapat hak cipta?
Kemarin kita sudah ke WAMI (Wahana Musik Indonesia) di Jakarta untuk mengajukan hak cipta supaya dapat royalti dari karaoke, Smule, Playstore, YouTube. Jujur aja, kita kalah pintar dan nggak tahu aplikasi NDX yang berisi full mp3, padahal sekali download itu Rp 19.000. Kita nggak tahu siapa yang mengunggah.

Punya banyak fans atau Familia itu rasanya seperti apa sih?
PJR: Fans adalah keluarga, fans adalah penyemangat kami, fans adalah segalanya.
Nanda: Fans adalah teman yang selalu ada, keluarga yang selalu ada di belakang kita juga, fans itu seperti sepatu , kita yang kanan dia yang kiri.

Banyak fans pasti banyak haters. Kalau kalian gimana? Punya haters nggak sih?
Kami sadar banyak yang suka NDX, tapi pasti banyak juga yang nggak suka. Kami pernah dibilang merusak citra hip hop. Hip hop kok dangdut dan sebagainya. Tapi kita cuek saja, kita tetap di pendirian dnegan musik seperti ini hingga akhirnya sukses sampai seperti sekarang.

Rencana bikin album lagi kapan?
Belum tahu, masih nunggu donatur. Pengennya ya secepatnya.

Di balik lagu galau dan patah hati yang kalian ciptakan, sebenarnya gimana sih kisah asmara NDX sendiri?
PJR: Ya, ada yang dekat tapi belum pacaran. Saya masih takut takut pacaran, takut patah hati lagi.

Nanda: Jalani aja dulu.. Hehehe..

Pengen kolaborasi sama siapa? DJ misalnya?
Kalau DJ enggak, kita malah pengen sama Endank Soekamti, JHF, atau Didi Kempot.

Mimpi terdekat NDX?
PJR: Buat Familia tetap setia jadi penyemangat NDX.
Nanda: Kalau saya pengennya NDX punya bisnis kontrakan atau kos-kosan, yang dikelola NDX dan punya kantor pribadi.

Apa arti Nanda bagi PJR dan sebaliknya?
PJR: Nanda itu penyemangat saya, sudah ngajak saya jadi seperti ini. Ngenalin saya sama Familia semua.
Nanda: PJR itu saudara, teman, pokoknya yang selalu mengerti saya saat saya membuat kesalahan, memaafkan semua kesalahan saya.

Nah, buat yang penasaran cuplikan wawancara lebih lengkapnya lagi, kamu bisa langsung tonton video di bawah ini:

BACA JUGA :
Mengenal Post Dangdut Electronika ala Libertaria, hok ya!

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags