Brilio.net - Beberapa hari belakangan, lagu 'Bocah Kampung' tiba-tiba menyita perhatian netizen. Lagu hip-hop itu dibawakan oleh tiga orang bocah dianggap menyaingi rapper Young Lex. Tak cuma terkesan dengan kemampuan tiga bocah tersebut, tapi juga banyak orang yang terpukau dengan lirik yang dibawakan oleh Rapper Bunot itu. Kamu tentu sudah menontonnya kan? Kalau belum, coba deh klik video berikut.
Ridho Muhammad Farid adalah sosok di balik munculnya lagu itu. Cowok 23 tahun inilah yang pembuat lirik, komposer, produser, director, hingga kameramen dari pembuatan lagu 'Bocah Kampung' dan video klipnya. Dengan kata lain, hampir semuanya Ridho yang menghandelnya. Wuih, top!
Ridho bercerita jika ide membuat lagu hip-hop 'Bocah Kampung' muncul saat melihat adik-adik di kampungnya sering menonton YouTube, padahal ada banyak konten dewasa yang tak semestinya ditonton. Ia pun lalu menegur dan merayunya dengan cara mengajak membuat video.
"Akhirnya tertarik dengan ide saya, maka jadilah video bocah kampung," kata Ridho saat dihubungi brilio.net, Selasa (22/11).
BACA JUGA :
Kevin Hendrawan, YouTuber berprestasi yang cakep dan ngegemesin abis
Ia sendiri merasa prihatin dengan perilaku anak sekarang yang harus butuh bimbingan dalam segala hal.
Lalu siapa sih, Rapper Bunot itu?
Tiga orang yang menyanyikan lagu 'Bocah Kampung' itu bernama Alfariza, Afif, dan David. Mereka adalah anak-anak kampung Bunot, Tongas, Probolinggo, Jawa Timur, kampung di mana Ridho tinggal.
Tiga anak ini sebenarnya sama dengan bocah kampung pada umumnya, suka bermain layangan, bersepeda, dan aktivitas bermain anak kampung lainnya.
"Saya memilih mereka bertiga karena mereka yang sering ke rumah saya. Saya coba ajak anak-anak lain di kampung saya, tapi yang mau ternyata mereka bertiga," ujar mahasiswa jurusan TI Desain Grafis STMIK Asia Malang ini.
Tak ada latihan khusus untuk mereka bertiga agar bisa menyanyi rap. Semua serba sederhana. Mereka hanya dilatih sebentar sesaat sebelum take vocal di studio.
"Dengan muncul lagu rap ini, saya berharap agar anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh sinetron dan vlog, yang tidak semestinya anak di bawah umur lakukan. Karena seharusnya mereka mengajarkan anak-anak untuk belajar dan berkarya," terangnya.
BACA JUGA :
Cerita Dubes Inggris sebulan ngekos di Jogja, terkesan dengan gudegnya