Brilio.net - Jika kamu datang ke angkringan, di manapun itu, menu yang selalu ada adalah nasi kucing. Menu ini sangat identik dengan angkringan, sebab kalau tidak menjual nasi kucing berarti bukan angkringan namanya.
Nasi yang sangat populer ini bentuknya sederhana, demikian juga dengan lauknya. Hanya segenggam nasi dengan sedikit lauk berupa sambal dan potongan ikan bandeng lalu dibungkus dengan daun dan kertas.
BACA JUGA :
Begini tingkah orang berdasarkan 4 golongan darah saat makan bersama
Namun pernahkah kamu bertanya kenapa bisa disebut nasi kucing? Kenapa bukan nasi bungkus? Nah, brilio.net akan membeberkan hal-hal apa saja yang belum banyak diketahui dari nasi kucing itu.
1. Penamaan nasi kucing
Heru Nugroho, pengusaha angkringan asal Klaten mengungkapkan, disebut nasi kucing karena pada awalnya menu nasinya adalah sambal dan gereh (ikan asin) atau bandeng. "Merupakan makanan kesukaan kucing-kucing di kampung. Selain juga karena porsinya yang sedikit, jadi semakin terkesan sebagai makanan kucing," ungkapnya, Selasa (22/9). Kini sudah beragam menu lauk dari bungkusan nasi kucing. "Mulai dari rica-rica, nasi goreng, sambal teri, oseng jamur, oseng tempe, kering tempe dan lain-lain," sambungnya.
2. Mengapa porsinya kecil?
Angkringan pada awalnya memang bukan tempat dengan tujuan utama untuk makan. Angkringan adalah tempat nongkrong yang menyediakan makanan kecil untuk menemani perbincangan. Ini dilihat dari asal usul angkringan, yaitu hik dari Klaten. "Hik adalah singkatan dari hidangan istimewa kecil," tuturnya Heru.
BACA JUGA :
Nggak mau badan makin gendut? Hindari 7 kebiasaan ini setelah makan!
3. Tak berubah dari zaman ke zaman
Menurut Heru, karena sudah tekenal sejak dulu dengan bentuknya yang kecil seperti itu, maka kebanyakan angkringan tidak mengubahnya. Sebenarnya bisa saja pedagang menyajikan nasinya menggunakan piring layaknya makanan prasmanan, tapi itu bukan lagi sebagai nasi kucing. "Bisa jadi ketika disajikan dalam bentuk lain malah bikin pembeli enggan karena takut harganya jauh lebih mahal," kata pria berusia 30 tahun ini.
4. Efisien dan nggak repot
Meski porsinya kecil, sehingga terkesan boros alat untuk membungkusnya, tapi bungkusan nasi kucing punya nilai lebih dalam hal efisiensi. "Dengan disajikan secara bungkusan, saya jadi tidak perlu repot-repot membungkusi langsung ketika ada pelanggan yang beli untuk dibawa pulang. Apalagi kalo lagi rame, kalo udah bungkusan jadinya lebih efisien tenaga. Jadi ga perlu nyuci-nyuci segala," kelit Heru.
5. Cocok dengan sajian pendamping
Kesesuain selera makan orang kampung menjadi pertimbangan keberadaan ragam makanan pendampingnya itu. Kecocokan rasa antara gorengan, krupuk, sate usus dan kerang dengan nasi kucing menjadi alasan penyajian angkringan. Ditambah minuman teh, jahe, susu, dan jahe yang melengkapi suasana malam, karena memang pada awalnya angkringan hanya dibuka sore hingga malam. Bentuk angkringan selalu seperti itu. Bisa dibayangkan betapa janggalnya nasi kucing tapi disajikan dengan salad maupun cake.