Brilio.net - Akhir-akhir ini Electronic Dance Music (EDM) memang sedang hits. Apalagi bagi anak muda yang menyebut dirinya sebagai ravers. Selain itu, beberapa karya DJ juga sering nongkrong di beberapa chart baik di dalam ataupun mancanegara. Wajar saja banyak festival yang mengusung genre ini.
Meski terdengar populer, EDM masih sering dilabeli dengan stereotip yang tidak seharusnya. Apakah kamu sadar dengan hal itu? Berikut adalah 9 kesalahapahaman tentang EDM dikutip oleh brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Senin (7/12).
1. EDM adalah hal baru
BACA JUGA :
7 Alasan kamu patut mendengarkan musik saat olahraga
Istilah Electronic Dance Music sebenarnya pertama kali muncul pada pertengahan tahun 1980an. Jadi bukan musik baru lagi kan? Genre musik ini mulai populer dan menjadi mainstream di masyarakat Amerika pada pertengahan 1990an. Jika kamu sudah mengenal gaya musik house dan techno satu dekade lalu, seharusnya kamu tidak asing dengan EDM.
2. Semua musik EDM terdengar sama
Banyak orang menganggap musisi yang mengambil jalur EDM menciptakan lagu yang terdengar sama. Memang kenyataannya menulis lagu ini ada peraturan tersendiri. Mungkin itu yang membuat kita merasakan hal yang sama. Meski begitu, kamu tidak boleh menganggap bahwa semua lagu EDM terdengar sama. Jika masih, mungkin cara menikmatinya saja yang berbeda.
3. EDM hanyalah satu genre, tidak lebih!
BACA JUGA :
10 Member JKT48 ini nggak kalah imut dari Nabilah, intip yuk!
EDM layaknya populasi manusia, banyak tipenya. Musik ini terbagi dalam beberapa sub-genre. EDM merupakan payung besar yang menaungi dance music atau electronic music. Meski begitu, masih banyak juga yang menyebut EDM dengan istilah techno.
4. Semuanya hanya tentang remix
Remix memang masih dominan di jagat EDM. Bahkan ada anggapan musik remiks mengambil peruntungan dari karya orang yang sudah populer. Padahal, remix sebenarnya dianggap sebagai reinterpretasi dari karya tersebut.
5. Semuanya harus serba elektronik
Apakah jika ada sebuah terompet dalam lagu EDM, musiknya kurang terkesan EDM? Sebenarnya tidak bisa dikatakan seperti itu. Meksi mengusung genre EDM, alat musik instrumental tetap bisa masuk. Bahkan seorang DJ, London Elektricity, juga pernah bereksperimen dalam karyanya.
6. Serang DJ hanya Push Play
Ada anggapan bahwa seorang DJ hanya bermain dengan piringan mereka. Sebenarnya perdebatan ini tidak perlu dibesar-besarkan. Terkadang mereka juga menciptakan ulang lagu-lagu mereka saat live performances. Meskipun, dia juga menyiapkan beberapa track lagu yang sudah siap.
7. EDM selalu dikaitkan dengan narkoba
Inilah yang masih menjadi stigma negatif di dalam masyarkat. Padahal, untuk menikmati EDM, kamu tidak perlu mengkonsumsi barang terlarang. Selain itu, tidak semua orang datang ke EDM festival untuk memenuhi hasratnya untuk mabuk.
8. EDM Outfit
Tank top, topi baseball, celana ketat, dan sepatu boots sering diartikan sebagai fashion item yang harus dipakai untuk pergi ke EDM festival. Padahal itu bukanlah sebuah keharusan. Pernah ada juga orang yang pergi ke acara yang totally EDM dengan dengan kostum Sailor Moon. Bahkan ada juga yang memakai sandal jepit.
9. Budaya hedonisme
EDM sering kali dilabeli sebagai bagian dari budaya hedonisme karena slogannya free and be yourself. Selain itu, kurangnya muatan politik dan emosi menjadikan musik ini dianggap sebagai ajang hura-hura. Ditambah lagi, banyak juga yang DJ yang menjadi simbol brand tertentu. No matter what, put your hands up!