1. Home
  2. »
  3. News
18 Juli 2015 16:39

Ajak masyarakat peduli sampah visual, komunitas ini dipuji peneliti AS

Komunitas ini telah banyak melakukan gerakan melawan teror sampah visual, dengan mengajak masyarakat dan pemerintah kota. Irwan Khoiruddin

Brilio.net - Komunitas Reresik Sampah Visual, merupakan komunitas yang dengan konsisten memerangi aktivitas pemasangan iklan komersial, iklan sosial dan iklan politik, menggunakan media iklan luar ruang yang penempatannya tidak sesuai dengan peruntukkannya dan keberadaannya yang cenderung ilegal.

Hadir di Yogyakarta pada Oktober 2012, komunitas ini telah banyak melakukan gerakan melawan teror sampah visual, dengan mengajak masyarakat dan pemerintah kota, untuk bersama-sama agar tidak segan mencopot semua bentuk iklan luar ruang, seperti baliho dan reklame, yang dipasang ditempat yang tidak seharusnya, meliputi ruang hijau terbuka, taman kota dan tiang-tiang listrik serta penerang jalan.


Sumbo Tinarbuko, penggagas komunitas sosial ini mengungkapkan, komunitas sosialnya ternyata mendapat perhatian dari seorang profesor peneliti Antropologi dari New York, Amerika Serikat (AS). "Surat tersebut ditulisnya pada bulan September tahun lalu," ujarnya pada brilio.net, Sabtu (14/3).

Dalam surat yang diterimanya, profesor bernama Karen Strassler mengungkapkan perhatian dan pujiannya kepada Komunitas Reresik Sampah Visual yang berkomitmen mengambil kembali ruang publik dari iklan-iklan yang semakin menjamur di Yogyakarta dan kota-kota lain di Indonesia.

Dalam suratnya, Strassler menulis begini,

"Gerakan ini menarik perhatian saya sebagai peneliti dari AS karena saya melihatnya sebagai usaha pemberdayaan masyarakat urban, yang tidak mau lagi menjadi penonton pasif atas perkembangan kota mereka. Masyarakat Yogyakarta semakin sadar atas hak mereka terhadap ruang publik yang berorientasi kepada kepentingan mereka dan tidak hanya kepada kepentingan korporat. Dengan gerakan "grass roots" seperti Reresik Sampah Visual, orang Yogyakarta membuktikan bahwa demokrasi partisipatif berakar di Indonesia." Karen Strassler, Associate Professor Anthropology, City University of New York.

BACA JUGA:

15 Meme kocak THR yang bikin waktu nunggu THR nggak berasa (seri 1)

Meme kocak THR yang bikin waktu nunggu THR nggak berasa (seri 2)

24 Meme skripsi yang akan membuatmu meringis

20 Rasa rindu ini hanya dimengerti kamu yang pernah tinggal di Jogja

22 Gambar ini membuktikan kenapa fotografer adalah profesi yang keren!

12 Foto tato orang yang salah tulis, apes betul mereka ini!

15 Emoji yang sering salah digunakan saat chatting

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags