1. Home
  2. »
  3. News
14 Juli 2015 15:35

Bangunan sumur berusia 4 abad ini menyimpan sejarah Islam, apa saja?

Banyak yang belum tahu mengapa desain Sumur Gumiling, bangunan kuno milik Keraton Yogyakarta terlihat unik dan aneh. Irwan Khoiruddin

Brilio.net - Banyak yang belum tahu mengapa desain Sumur Gumiling, bangunan kuno milik Keraton Yogyakarta terlihat unik dan aneh. Seperti sumur yang terletak di bawah tangga dan banyaknya pintu yang mengelilingi di sekitarnya.

Selasa (14/7) Abdullah, salah seorang warga Desa Taman Sari, yang sudah 27 tahun dipercaya menjadi petugas keamanan situs bersejarah tersebut, bercerita kepada brilio.net soal sejarah yang melatar belakangi desain yang ada di tempat itu.

Abdullah menuturkan seluk beluk dan maksud dari uniknya desain bangunan yang dulu menjadi tempat persinggahan Raja Yogyakarta Hamengkubuwono I hingga Hamengkubuwono III itu.

Sebelum menggali lebih jauh, perlu diketahui bahwa bangunan Sumur Gumiling yang berada dalam satu kompleks dengan Taman Sari ini sebenarnya adalah sebuah masjid bawah tanah yang digunakan pada masa kejayaan Keraton Yogyakarta.

1. Bentuk bulat melingkar


Desain bangunan bulat dengan lubang besar di atasnya dimaksudkan agar suara yang dikumandangkan muadzin (orang yang adzan) bergema agar semakin banyak orang yang mengetahui waktu shalat. Karena belum ada pengeras suara pada zaman tersebut, sehingga dibuatlah bangunan masjid tersebut bulat dan melingkar.

2. Lima tangga di atas sumur Gumiling



Sudah seharusnya sebuah masjid memiliki tempat untuk mengambil air wudhu, begitu pula Sumur Gumiling. Di zaman dahulu, Sumur Gumiling ini digunakan untuk mengambil air wudhu. Adapun alasan mengapa ada tangga di atasanya adalah karena bangunan ini memiliki dua lantai bawah dan atas.

Mengapa harus lima? Sederhana, karena orang-orang dahulu yang sangat religius, lima tangga tersebut difilosofikan sebagai lima rukun Islam.

Empat tangga di bawah adalah syahadat, shalat, zakat, puasa. Sedangkan satu tangga teratas adalah haji. Hal ini dilakukan agar pemeluk Islam terdahulu selalu ingat dan menjaga kelima rukun tersebut.

3. Sembilan pintu mengelilingi sumur Gumiling

Agama Islam zaman dahulu masuk ke Pulau Jawa bukan tanpa perjuangan. Wali Songo, merekalah yang membawa ajaran Islam ke seluruh Pulau Jawa. Karenanya para Raja Yogyakarta zaman terdahulu mengenang kesembilan wali tersebut dengan menjadikan pintu masjidnya berjumlah sembilan pintu.

4. Satu pintu masuk dan keluar


Meskipun ada sembilan pintu yang dibuat, hanya ada satu pintu yang bisa diakses untuk masuk dan keluar dari bangunan masjid tersebut.

Hal ini merupakan filosofi bahwa manusia itu akan masuk (lahir) dan keluar (kembali) melalui pada tempat yang sama, yaitu tanah. Jadi desain pintu ini mengingatkan selalu akan kematian sehingga selalu menjaga ketakwaan.

5. Dua lantai dengan jamaah putri dan imam di bawah


Jika sebuah masjid berlantai ganda dengan jamaah putrinya di lantai dua adalah hal yang biasa, namun bangunan masjid kuno milik Raja yogyakarta ini justru menaruh posisi jamaah putri di bawah di dekat imam shalat, sedangkan jamaah putra berada di lantai dua.

Bukan tanpa dasar, ternyata hal itu dilakukan dalam rangka melindungi kaum wanita saat ada serangan dari penjajah Belanda secara tiba-tiba. Pintu masuk dan keluar yang hanya ada satu dan di lantai dasar, memungkinkan untuk mengedepankan keselamatan para wanita saat mereka berada di sana.

HOT NEWS:

Cek STNK-mu, ada biaya SWDKLLJ, ini penjelasannya

Penampakan unik 14 benda yang dibelah menjadi dua

12 Foto perjalanan ke sekolah yang berbahaya dan memprihatinkan

10 Foto kocak ini diambil dengan angle yang pas, bikin ngakak!

15 Foto penyajian makanan yang unik, bikin sayang buat dimakan!

Sosok ibu RCTI Oke tahun 90-an kini jualan kue dan gorengan

Ada-ada saja, ini 15 foto kelakuan orang di ATM

12 Foto tato orang yang salah tulis, apes betul mereka ini!

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags