Brilio.net - Sehat itu mahal. Pepatah itu ternyata dimentahkan oleh Sutarno (65), lelaki asal Klaten yang membuka terapi pengobatan berbagai penyakit tanpa mematok bayaran alias para pasien dapat bayar seikhlasnya dan semampunya.
Awalnya Sutarno sama sekali tidak ada niatan untuk membuka klinik terapi. Namun segalanya berubah saat pada tahun 2011 dia harus dilarikan ke RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten lantaran terkena diabetes.
BACA JUGA :
Ini penjelasan aman tidaknya terapi ikan buat kamu
Kadar gula darah Sutarno mencapai 527, kolesterol hingga 390, dengan tekanan darah 190/100. Selama tujuh hari, yaitu pada tanggal 30 November hingga 6 Desember, kondisi Sutarno tidak mengalami perubahan yang berarti. "Waktu itu diabetes saya sudah parah, sampai berjalan saja susah," ujar Sutarno kepada brilio.net, Selasa (28/7)
Akhirnya pihak keluarga menyerah dan memutuskan untuk kembali merawat Sutarno di rumah. Kala itu dia hampir putus asa. Kabar sakitnya Sutarno terdengar hingga saudaranya yang tinggal di Jakarta, pada tanggal 10 Desember Sutarno mendapatkan kiriman sebuah alat terapi buatan Korea.
Tiga minggu Sutarno menggunakan alat terapi itu, gula darahnya turun hingga 210, lama-kelamaan kondisinya semakin prima. Atas kesembuhan ini Sutarno amat bersyukur. Atas rasa syukur yang dirasakan Sutarno, dia menawarkan bantuan kepada tetangga sekelilingnya yang sedang mengalami gangguan kesehatan.
BACA JUGA :
Smartphone ternyata bisa deteksi tingkat depresi penggunanya
Hingga pada bulan Maret 2012 Sutarno membuka tempat praktik terapi dengan nama terapi "Nuga Best" dan membeli sebuah alat terapi lagi agar tidak banyak yang mengantre. "Awalnya saya tidak memungut bayaran sama sekali, tapi para tetangga malah merasa tidak enak jadi mereka bayar seikhlasnya buat iuran listrik," cerita Sutarno.
Pada awal dibukanya terapi Nuga Best, ada sekitar 60 pasien dalam satu hari datang untuk ikut terapi. Hingga saat ini tercatat setidaknya sudah ada lebih dari 6.000 pasien yang ikut terapi.
Pasien lemah jantung, stroke, diabetes, kolestrol tinggi, asam urat, sulit mendapatkan keturunan, hingga pasien yang ingin menurunkan berat badan, pernah menjalani terapi di Nuga Best. Pasiennya tidak hanya dari Klaten saja, banyak yang datang dari Sleman, Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali dan lain sebagainya.
"Kebanyakan yang datang ke sini itu mereka yang sudah frustasi karena berobat di rumah sakit itu tidak sembuh-sembuh. Selain itu biaya rumah sakit juga sangat mahal," lanjut Sutarno
Bagi pasien yang benar-benar tidak mampu, Sutarno dengan senang hati mengulurkan tangan untuk membantu kesembuhan mereka, tidak perlu bayar bagi kaum dhuafa.