1. Home
  2. »
  3. News
26 Maret 2015 23:06

Cerita Gereja Gotik Jogja, bukan tempat ibadah tapi rumah hunian

Sebagian masyarakat Sayidan, Jogja, menganggap bangunan ini sebagai bangunan cagar budaya yang umurnya sudah ratusan tahun. Andi Rosita Dewi

Brilio.net - Gereja Gotik atau Gereja Tua Yogyakarta, saat ini menjadi sorotan para masyarakat. Bentuk dari bangunan yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa acap kali mencuri perhatian masyarakat, baik mereka yang bermukim di Yogyakarta ataupun bagi mereka yang sekedar berkunjung dan melihat bangunan ini.

Gereja Gotik ini terletak di gang sempit Sayidan, Gondomanan, Yogyakarta. Keberadaan bangunan ini memang terlihat sudah tidak terawat lagi. Sebagian masyarakat menganggap bangunan ini sebagai bangunan cagar budaya yang umurnya sudah ratusan tahun, bahkan banyak yang menganggap bahwa bangunan ini merupakan tempat angker dengan segala mitos yang beredar di masyarakat.

Setelah brilio.net melakukan penelusuran tentang asal muasal dari bangunan yang dianggap gereja tersebut, ternyata faktanya terkuak bahwa bangunan yang bergaya seperti bangunan di film-film Disney ini bukanlah gereja, melainkan sebuah rumah hunian.

"Bangunan tersebut (gereja gotik) bukan gereja, tapi rumah hunian," ujar Joko selaku ketua RW dan masyarakat asli yang tinggal di Sayidan.


Dipaparkan Joko, Kamis (26/3), sebutan gereja itu adalah sebutan yang lahir dari masyarakat sendiri karena bentuknya yang memang menyerupai gereja. Tapi pada kenyataannya bangunan itu merupakan rumah hunian yang dimiliki oleh Thietikhien dan sekeluarga. Thietikhien merupakan warga keturunan Tionghoa yang dulunya memiliki usaha konfeksi di rumah tersebut.

"Dulu bentuk rumah ini tidak seperti ini, tapi setelah Thietikhien wafat, anaknya yang pulang dari Belanda kemudian merenovasi rumah tersebut" ujar Tari, salah seorang warga Sayidan.

Ternyata rumah tersebut dibangun atas inisiatif anak kedua Thietikhien yang baru saja menyelesaikan gelar spesialis kesehatannya di Belanda. Rumah tersebut dibangun oleh anak-anaknya pada tahun 1979.

Sepeninggalan sang suami, Ester Haryono (istri dari Thientikhien) yang merawat rumah tersebut. Di rumah itu mereka merintis bisnis konfeksi batik yang di ekspor ke luar negeri.

Setelah nyonya rumah meninggal, sisa sang anak yang mengurusi rumah tersebut. Salah satu anak bungsu dari Ester Haryono sempat menempati rumah tersebut, namun pada akhirnya juga meninggalkan rumah itu.

Anak bungsu dari Ester Haryono itu kini membuka museum Ullen Sentalu. "Biasanya utusan dari ahli waris sering mengunjungi rumah untuk sekedar membayar pajaknya," lanjut Joko.

Sekedar diketahui, bangunan ini pernah pula digunakan solois kenamaan, Ari Lasso, sebagai setting video klipnya. Namun apapun isu mistis yang berkembang tentang bangunan ini, yang pasti bangunan tersebut bukanlah gereja dan tidak pernah terjadi kegiatan peribadahan di dalamnya. Jika ada patung-patung yang ada di interior ataupun eksteriornya, semuanya hanya hiasan yang digunakan rumah tersebut.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags