Brilio.net - Menjadi penjaga palang pintu kereta api memang terdengar pekerjaan yang ringan namun sebenarnya pekerjaan tersebut memiliki tanggungjawab yang besar lantaran diiringi suka duka yang mendalam.
Nawi (52) adalah penjaga palang pintu kereta api yang bertempat di perempatan kecil daerah Berbah, Yogyakarta. Pekerjaan ini telah dia lakoni selama 17 tahun. Dalam sehari dia bisa berjaga selama 8 hingga 16 jam, tidak jarang pula dia harus menggantikan rekannya yang sedang cuti.
Pekerjaan ini membuat penjaga palang pintu kereta api kadang terlihat santai, namun sebenarnya dia sulit bersantai-santai saat jam kerja. Karena, sedikit saja lengah nyawa orang lain bisa menjadi taruhannya. Hal itu sudah menyangkut tanggung jawabnya.
Apalagi di lintasan kereta api yang rawan kecelakaan. Sebab, lintasan keretanya berkelok-kelok dan kadang suara kereta tidak terdengar karena kalah oleh bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang.
"Saya paling susah kalau banyak motor yang nekat menyerobot, nanti kalau terjadi kecelakaan takutnya saya yang disalahin," katanya ketika berbincang kepada brilio.net, Minggu (22/3).
Tidak hanya itu, Nawi pun pernah menyaksikan kejadian tragis ketika pada tahun 2014 lalu secara tiba-tiba seorang laki-laki berlari ke tengah rel dan menabrakkan dirinya pada kereta yang melaju kencang.
"Itu hal paling mengerikan yang terjadi selama saya menjadi petugas palang pintu, walaupun kadang saya takut kalau jaga malam tapi harus tetap saya jalani demi anak istri," ujarnya.
Harapannya saat ini adalah Kementerian Perhubungan mau memperhatikan kesejahteraan para pegawai kecil seperti dirinya.