Brilio.net - Rasanya seperti tak pernah ada habisnya masalah yang mendera maskapai Lion Air. Seperti masalah keterlambatan jam penerbangan yang sering dikeluhkan banyak penumpang. Kali ini ada salah satu penumpang yang menceritakan pengalaman tak menyenangkan saat bepergian dengan Lion Air. Ialah Kartini Kongsyahyu yang menuliskan pengalaman yang mengancam nyawa bersama Lion Air lewat akun Facebooknya.
Dalam postingan di Facebook yang ditulis pada hari Senin (28/12) tersebut, Kartini menceritakan pengalaman penerbangan pada 27 Desember 2015 dari Denpasar, Bali menuju Makassar, Sulawesi Selatan. Pesawat yang hendak ditumpangi Kartini dijadwalkan terbang pukul 21.00 waktu Bali, namun delay satu jam tanpa alasan jelas.
Setelah satu jam berlalu, Lion Air mengumumkan delay kembali, namun disertai dengan berbagai macam alasan delay yang tak jelas. "Delay lagi dengan berbagai macam alasan dari pesawat dibersihkan dulu, pesawat rusak, tunggu pesawat pengganti dari Jogja atau Surabaya datang, sampai akhirnya jam 12 malam barulah naik ke pesawat (total 3 jam delay). Anak saya sudah lelah, ngantuk dan begitupun dengan saya, kami hanya berharap bisa sampai ke Makassar secepatnya," tulis dia.
Tak hanya rasa lelah yang dirasakan oleh Kartini akibat pesawat delay selama tiga jam, ia juga menuliskan bahwa saat pesawat lepas landas mulai terdengar suara aneh yaitu suara gemuruh keras seperti bunyi 10 vacuum cleaner atau 20 hair dryer dinyalakan bersamaan.
Awalnya, Kartini berpikir suara aneh itu berasal dari suara hujan, tapi setelah melihat ke luar jendela ternyata cuaca agak sedikit berawan dan menyebabkan pesawat sedikit berguncang. Kartini pun mulai merasa makin tak tenang dan curiga karena selama ia traveling tak pernah sekalipun ia mendengar suara ribut gemuruh seperti itu sebelumnya.
Firasat Kartini pun mengatakan ada yang tak beres. "Dan ternyata benar, tidak lama kemudian keluar pengumuman dr awak pesawat kalau pesawat akan mendarat kembali di Bandara Ngurah Rai karena alasan kerusakan teknis!! Lampu di luar pesawat terus menyala berkedip, entahlah itu penanda SOS atau apa, yang pasti jantung saya serasa berhenti berdetak, saya hanya bisa menatap suami dan anak-anak sambil berdoa semoga bisa mendarat kembali dengan selamat," kata dia.
Saat mendarat kembali, Kartini menuliskan, awak kabin tak menjelaskan kerusakan apa yang terjadi. Penumpang hanya diminta menunggu dalam pesawat selama 20 menit untuk memperbaiki kerusakan dan penerbangan akan dilanjutkan kembali dengan pesawat yang sama! Dan kalaupun tidak, pihak maskapai akan mengganti dengan pesawat Lion Air lainnya dan masih harus menunggu.
Dalam situasi waktu sudah masuk 28 Desember 2015 pukul 02.00, anak Kartini sudah menangis, tertidur tidak jelas arah. Sementara Kartini dan penumpang lainnya memaksa turun dari pesawat dan sempat berdebat dengan pramugara, walaupun ancaman tiket akan hangus, tapi ia tetap bersikukuh untuk turun sekeluarga dengan beberapa penumpang lainnya dan tak peduli dengan situasi tak pasti di dalam pesawat.
Begitu turun dari pesawat, alangkah kagetnya Kartini, sebab di landasan sudah bersiap mobil SAR. Belakangan diketahui kerusakan ada di pintu depan pesawat yang tidak bisa tertutup rapat. Kerusakan itu juga yang menyebabkan suara bising seperti badai di dalam pesawat.
"Bisa anda bayangkan kalau tekanan udara kuat maka bisa membuat kabin pesawat hancur seketika, semua penumpang akan beterbangan di langit malam Bali!!! Saya tidak berhenti berucap syukur masih diberi kesempatan hidup. Untunglah Tuhan masih melindungi kami sekeluarga," tulis dia.
Baginya, uang masih bisa dicari tapi nyawa tidak akan bisa kembali.
Pukul 03.00 waktu Bali, akhirnya pihak Lion Air mengembalikan tiket penuh walaupun diakuinya tak akan bisa menyembuhkan trauma psikis yang Kartini alami.
Tak cukup sampai disitu, Kartini masih harus berkutat mencari hotel terdekat untuk istirahat karena anak-anaknya sudah kelelahan. "Tak ada taxi dan hampir semua hotel penuh, atau dengan harga yg menggila, tentu saja semua dengan biaya SAYA SENDIRI. Jam 4 subuh akhirnya kami menemukan hotel yg tersedia dan bisa menjemput di bandara," tulis dia.
Menutup keluhannya tersebut, Kartini menyindir pelayanan dan jaminan keamanan yang diberikan Lion Air. Pengalaman itu membuatnya kapok untuk menggunakan layanan Lion Air di masa depan.
"Terima kasih Lion air untuk pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. Dan untuk sekarang tidak akan ada Lion Air dalam kamus traveling saya! Lion Air mmg layak mendapat rating sebagai maskapai penerbangan terburuk sedunia!," tulis dia.
BACA JUGA :
Ini dia langkah mengurus tiket pesawat jika gagal terbang