Brilio.net - Selain hewan kurban, salah satu fenomena yang kerap tertangkap di hari raya Idul Adha adalah profesi penyembelih binatang kurban atau kerap disebut "tukang jagal".
Berkaitan dengan profesi tersebut ada fakta menarik dari penduduk Desa Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Nama desa mereka juga dikenal dengan nama Desa Jagal, mengapa demikian?
Karena hampir semua lelaki di desa ini menjadi tukang jagal dadakan saat Idul Adha tiba. Sehari-hari sebagian besar dari mereka adalah petani. Sudah sejak 25 tahun yang lalu kampung ini menghasilkan jagal-jagal andal yang dikirim hingga ke kota sekitar Jogja.
Seperti yang diceritakan oleh Suparlan kepada brilio.net, Sabtu (19/9), profesi ini dimulai oleh dirinya sendiri pada tahun 1990. Kala itu Suparlan muda memang sudah menjadi peternak sapi. Selain disibukkan sebagai pedagang sapi harian, Suparlan juga sibuk melayani para pemburu sapi saat Lebaran Haji tiba.
"Saya nggak mau hanya sendirian menikmati keuntungan dari penjualan sapi tersebut, maka untuk berbagi dengan masyarakat sekitar saya koordinasi warga untuk jadi tukang potong hewan kurban. Lumayan untuk tambahan penghasilan mereka," ujar Suparlan saat ditemui brilio.net di Sleman, salah satu lokasi yang sedang disurvei Suparlan sebelum menerjunkan tim jagalnya.
Bagaimana awalnya, Suparlan bercerita biasanya selain pesan sapi pelanggannya juga pesan tukang jagal. Awalnya Suparlan meminta 10 orang tetangganya. "Lama kelamaan banyak peminat, dulu hingga mencapai 200 orang yang berada di bawah koordinasi saya. Sekarang masih ada sekitar 80 hingga 100 orang," terang Suparlan.
Mereka semua berasal dari delapan dusun dari total 13 dusun di Desa Sukoreno. Di antara dusun-dusun tersebut paling banyak berasal dari Dusun Banggan dan Blimbing. Tarif yang dipasang pun cukup murah yaitu berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000 saja. Walau begitu bagi warga Desa Sukoreno, uang segitu berharga untuk menambah uang belanja.