Brilio.net - Jatuh bangun dalam dunia bisnis sudah menjadi hal lumrah. Itu ibarat menjadi bumbu pemanis dalam meraih kesuksesan. Hal itu pula yang dirasakan Filsa Budi Ambia (29), setelah mengalami gonta-ganti usaha, akhirnya ia menemukan kecocokan usaha dengan memanfaatkan kepiting. Ia sulap kepiting yang melimpah di Balikpapan menjadi peyek.
Filsa bukan putra asli Balikpapan. Ia merupakan orang Jawa yang lahir dan besar di Banyumas Jawa Tengah. Setamat SMA, ia memutuskan untuk merantau. Karena merasa Jakarta sudah terlalu penuh saat itu, ia memilih untuk ikut pamannya ke Balikpapan.
BACA JUGA :
Usia senja, Mbah Temo semangat jualan peyek demi untung tak seberapa
"Hanya mengadu nasib saja sebenarnya. Nggak ada janji, cuma ikut paman saja dan cari kerjaan sendiri," kata Filsa kepada brilio.net, Senin (3/8).
Kehidupannya mulai tahun 2006 di Balikpapan pun penuh dengan lika-liku. Mulai berjualan martabak hingga mencoba usaha rumah makan, pernah ia jalani. Hingga pada awal 2013 ia melihat peluang berlimpahnya kepiting di Balikpapan. Ia ubah kepiting yang biasa menjadi sajian berat itu menjadi sebuah makanan ringan yang tahan lama.
"Makanan berat kan sehari sudah basi, nah saya kepingin diolah jadi snack. Saya pikir-pikir snack apa yang bisa dibuat dari kepiting, akhirnya saya pilih peyek. Hampir semua orang kan tahu peyek, meskipun itu makanan jawa," terang bapak satu anak ini.
BACA JUGA :
Boniyem, umur 70 tahun masih jualan peyek demi makan dan mainan cucu
Produknya yang menarik membuat banyak orang yang penasaran dengan rasa peyek kepiting berlabel "Kampoeng Timoer" ini. Apalagi dengan kemasan yang menarik, Filsa telah berusaha mengangkat peyek menjadi makanan berkelas. Kini, modal Rp 100.000 yang ia gunakan pertama telah berubah menjadi usaha beromzet Rp 150 juta per bulan.